LCRG 25 : Kediaman Anderson

1.3K 93 1
                                    

Happy reading!!

"Kak Mil," panggil Luke seraya mendudukkan diri di atas ranjang Milly.

Gadis yang tengah berkutat dengan laptopnya di meja belajar itu mengalihkan pandangan pada Luke. "Apa?"

"HP lo buat gue, ya?" Lelaki itu memperlihatkan ponsel Milly yang sudah ada di tangannya, bahkan wallpaper-nya sudah berganti menjadi wajah Luke.

Milly kembali memfokuskan diri pada tugasnya. "Terserah lo aja. Nggak terlalu guna juga, kok."

"Okey, makasih." Luke langsung beranjak keluar kamar Milly setelah mendapatkan apa yang dia inginkan.

Luke, putra tunggal Hannah dan Adam. Usianya hanya terpaut dua tahun di bawah Milly, tapi tingkahnya masih seperti bayi manja. Semenjak kematian orang tua gadis itu seminggu yang lalu, Luke, Hannah dan Adam tinggal di kediaman Anderson bersama Milly.

Tidak berselang lama, Luke kembali ke kamar Milly dengan membawa sebuah kardus besar.

"Mau ngapain lagi?" tanya gadis itu keheranan.

"Kata mama, gue boleh tidur di sini," jawab Luke apa adanya.

"Tunggu ... tunggu." Milly meletakkan laptopnya ke atas meja belajar, gadis itu beranjak menuju hadapan Luke. "Lo mau tidur di kamar ini sama gue? Dalam kardus gitu?"

Luke menggeleng polos. "Nggaklah. Kak Mil pindah ke kamar tamu, ini kardusnya buat kemas barang-barang."

Dahi Milly berkerut mendengar menuturan cowok itu. "Ha? Kenapa gue yang pindah? Ini kamar gue. Lo aja yang pindah ke kamar tamu."

"Nggak mau, kamar tamu sempit. Gue udah izin sama mama dan dibolehin, kok," jawab Luke dengan santainya.

Milly mengusap rambutnya kesal. Gadis itu melayangkan tatapan tajam pada Luke dan hanya ditimpali cengiran tanpa dosa olehnya. Milly mengarahkan telunjuknya tepat pada wajah Luke. "Lo tunggu di sini! Gue mau bilang sama Tante Hannah."

"Bilang aja, mama bakal tetep dukung gue," ucap Luke sombong.

"Awas lo sampe berani pegang barang gue!"

Milly bergegas ke luar, mencari keberadaan Hannah seraya berteriak, "Tante Hannah!"

"Tante!"

Hannah keluar dari kamarnya, wajahnya kusut seperti baru saja terbangun dari tidurnya. "Apaan?"

"Kenapa Luke gangguin Milly terus? Aku mau ngerjain tugas aja nggak bisa fokus, Tan. Mana sekarang malah nyuruh Milly pindah kamar," jelas gadis itu panjang lebar.

Hannah menyandarkan tubuhnya pada gawang pintu, dia menguap lebar dan menatap Milly dengan mata malas. "Itu emang gue yang izinin. Gitu aja diributin, sih, Mil. Tinggal pindah aja. Jangan bikin kesel malem-malem, deh."

"Nggak bisa gitu, Tan!" sanggah Milly.

Brak!

Pintu kamar Hannah tertutup kasar.

"Lhah anaknya itu yang bikin kesel malem-malem," geram Milly yang berjalan menuju kamarnya seraya menghentak-hentakkan kaki sebal.

Di dalam sana, Luke sudah menunggu dengan senyum lebarnya. "Gimana? Bener, kan, kalo lo harus pindah?"

"Nggak! Gue nggak sudi diusir sama curut kayak lo!" tegas Milly.

"Ma—"

Teriakan Luke tertahan karena tangan Milly lebih dulu membungkam mulutnya. "Diem!"

Gadis itu dengan sigap mengambil gunting dari atas nakas dan mengacungkannya tepat di bawah dagu Luke.

"L-lo apa-apaan, sih, Kak Mil?" tanyanya tergugup.

Lost Control (Rebel Girl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang