Happy reading!!
Milly segera membereskan buku-bukunya saat mendengar bel pulang sekolah berbunyi. Saat gadis itu hendak melenggang pergi, tapi tangan Clay lebih gesit untuk mencekalnya.
“Lepasin!” sentaknya.
Beberapa saat siswa yang belum pulang pun memperhatikan mereka, hanya beberapa detik karena kegiatan itu sudah rutin terjadi beberapa hari belakangan.
“Lo ada masalah?” tanya Clay dengan nada lembutnya.
“Nggak,” jawab Milly seperti biasanya.
Lelaki itu berdiri, menarik pergelangan Milly hingga gadis itu berbalik menghadapnya. “Coba, dong, cerita sama gue, Mil. Jangan diem-dieman gini terus. Gue bingung harus ngapain.”
Milly menatap lekat mata Clay. “Lo nggak perlu ngapa-ngapain. Cukup sampe di sini aja Clay.”
“Apanya yang sampe di sini?” Clay mengacak rambutnya frustrasi. “Gue suka sama lo, Mil. Harusnya lo tahu itu. Terus tiba-tiba lo nyuruh gue berhenti peduli, lo pikir gue bisa, huh?!”
Milly menunduk sesaat lalu kembali menatap cowok itu. “Gue cuma butuh waktu sendiri.”
“Sampe kapan?” tanya Clay tidak sabar. “Sampe lo jadian sama Mario?”
“Apaan, sih? Kok jadi bawa-bawa Mario.”
Saat ini hanya tinggal mereka berdua di kelas. Clay ingin mengeluarkan semua rasa yang mengganjal dalam hatinya pada Milly. “Iya. Lo minta gue menjauh, sedangkan lo akrab banget sama cowok itu.”
“Bukan gitu Clay.”
“Apanya yang bukan gitu?”
Kali ini Milly rasanya yang hendak meledak. “Gue sekarang lagi ada masalah. Dan sikap lo yang posesif kayak anak kecil ini bikin kepala gue tambah sakit. Ke mana Clay yang usil? Clay yang bisa bikin gue seenggaknya senyum gara-gara tingkahnya itu.”
“Lo beda. Lo sekarang kayak anak ayam yang ditinggal ibunya tahu nggak?”
Clay terdiam mendengar penuturan Milly barusan. Memangnya dia berubah? Dia tidak menyadarinya. Dia berubah juga karena Milly, lelaki itu tidak mau lagi kehilangan gadis yang ia cintai.
“Gue kayak gini gara-gara lo,” lirih Clay pada akhirnya. “Gue nggak mau lo pergi sama Mario dan ninggalin gue lagi di belakang.”
“Please, Clay. Gue sama Mario itu nggak ada apa-apa.”
“Tap—“
“Kayaknya lo yang butuh waktu buat mikir. Gue pulang dulu.”
∆ Milly Oswald ∆
Sepulang dari sekolah Clay mengikuti gadis itu menggunakan motor bututnya.
“Milly naik angkot?” tanya Clay pada dirinya sendiri. Dia terus berkendara. Banyak pertanyaan tentang gadis itu yang hinggap di otaknya.
“Kos-kosan? Sebenernya ada apa sama Milly?”
Clay memarkirkan motornya di tepi gang masuk. Dia membuntuti Milly tanpa gadis itu sadari. Di depan sana bisa Clay lihat kalau Milly tengah berinteraksi dengan gadis lain sebelum dia masuk ke dalam rumah.
Lelaki itu mendekat, memberanikan diri untuk mengetuk.
Tidak berselang lama, Milly membukakan pintu dengan ekspresi terkejut bukan main. “Clay,” cicitnya.
“Kok lo ada di sini?” tanya Clay keheranan.
“Tante Hannah ngusir gue dari rumah.”
Clay masih berusaha mencerna ucapan Milly barusan. “Kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mistério / Suspense[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...