Happy reading!!
Milly sedang mengerjakan tugas sekolah di ruang tamu saat Clay melintas. Gadis itu mendongak lalu memanggil sang kekasih, "Clay!"
Cowok itu menghentikan langkah lalu memutar tubuhnya menghadap Milly. "Eh, maaf, tadi nggak liat."
Milly mendengus kesal. "Ish! Mau ke mana, sih? Tumben Minggu gini kok buru-buru."
Clay menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu mendudukkan diri di samping gadis itu. "Mau ke rumah Robby, katanya butuh bantuan buat mandiin kucing barunya. Kualahan dia."
"Apa?"
Clay hanya mengangguk pertanda kalau apa yang didengar Milly barusan adalah benar adanya.
"Robby pelihara kucing?"
"Iya."
"Berapa banyak?" tanya Milly penasaran. Sudah lama gadis itu tidak bermain-main dengan kucing, tangannya terasa gatal.
"Em ...." Clay tampak mengingat-ingat. "Ada kali kalau 7 kucing, terus ditambah yang baru ada tiga ekor, jadi semuanya 10 kucing."
Mata Milly langsung berbinar mendengar penuturan Clay barusan. Dia langsung merangkul lengan Clay seraya melayangkan tatapan memohon. "Nanti kalau mau pulang mintain kucingnya satu aja ya dari Robby," mohon gadis itu.
Clay terkikik lalu mengusap puncak kepala Milly dengan gemas. "Segitu sukanya kamu sama kucing. Nanti deh aku mintain, pasti dikasih."
Milly mengangguk antusias.
"Mau warna apa?"
Gadis itu berpikir. "Kucing putih kayaknya lucu, deh."
"Okey. Kalau gitu aku pergi dulu." Clay hendak beranjak dari tempatnya, tapi lagi-lagi Milly menahan tangan cowok itu.
Clay menengok pada Milly seraya tersenyum manis. "Ada apa lagi? Mau nitip jajan?"
Milly menggeleng. "Nggak. Kamu hati-hati di jalan."
"Siap, Tuan Putri!" Setelah memberi hormat layaknya seorang prajurit, Clay membungkuk dan mencium singkat puncak kepala gadis itu.
Baru saja Clay meninggalkan rumah. Milly kembali memfokuskan diri untuk berkutat dengan tugas rumahnya yang menggunung. Sesekali gadis itu menguap, diliriknya layar persegi panjang itu.
"Udah jam dua." Milly menyandar pada tubuh kursi dan meregangkan tubuhnya yang kaku. "Enak kali kalau tidur dulu."
Tidak berselang lama, ponsel gadis itu menyala, berkedip beberapa kali menandakan adanya sebuah panggilan masuk. Milly langsung meraih benda pipih itu dari atas meja, dugaannya kalau itu bukan Clay pasti Robby, karena hanya mereka berdua yang memiliki kontak teleponnya.
"Nomor tidak dikenal?" gumamnya penasaran. "Siapa kira-kira?"
Milly tidak ambil pusing. Dia kembali meletakkan ponselnya ke atas meja. Panggilan tidak penting seperti itu mungkin hanya telepon iseng dari para penipu.
Dua kali. Milly masih abai.
Tiga kali. Gadis itu mulai melirik kembali pada layar ponselnya.
Empat kali. Milly memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut, mungkin saja ada sebuah pesan penting.
Baru saja gadis itu mendial tanda terima, seseorang di seberang sana langsung menyambutnya dengan berdecak.
"Ck! Ck! Ck! Kenapa lo lama banget ngangkat teleponnya, Mil?"
Tanpa orang itu menyebutkan namanya pun Milly sudah tahu kalau dia adalah Mario.
"Kenapa?" balas Milly dengan ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Control (Rebel Girl)
Mystery / Thriller[COMPLETE] Manik mata hitam dan sorot mata tajam yang begitu memesona. Tatapannya yang lekat dan dalam bisa membuat siapapun yang memperhatikannya merinding ketakutan, jangan lupakan juga sebuah gunting yang selalu terselip di saku rok seragamnya. G...