"Kamu itu seperti udara mampu membuat hari-hari ku hidup tapi tak mampu tuk digenggam"
•••••Syifa Zahara Ardelli
Ara hanya duduk termenung memandangi papan tulis melihat pak Naz menjelaskan tentang matematika. Tapi hanya mata nya saja yang memandangi papan tulis tapi pikiran nya kosong.
Entah apa yang sedang dipikirkan nya. Atau mungkin ia memikirkan Arkha dan Naya. Kenapa tiba-tiba Naya menetapkan Arkha sebagai tunangan nya.
Dan Arkha juga sedikit pun tak membantah. Apa benar semua itu? Lalu kenapa Arkha tak memutuskannya sekarang juga. Terlalu lama bukan kalau harus menunggu kontrak itu berakhir.
Apakah Arkha benar-benar tak menyukainya? Lalu kata-kata dan harapan yang diberikan kepada Ara kemarin apa? Apa dia sengaja ingin membalas dendam ke Ara karena sudah merusak ponselnya.
Tapi haruskah dia melakukan semua itu? Memberi harapan kepada Ara memberi sayap mengajaknya terbang jauh menembus awan lalu mematahkan nya begitu saja.
Tak terasa air mata Ara menetes mengingat semua kenangan nya bersama Arkha. Mengingat semua kata-kata yang pernah diucapkannya. Semua perlakuan yang membuat dirinya merasa aman.
"Ara lo kenapa lo sakit?" Tanya Reva yang menyadari Ara menangis.
Ara hanya menggeleng tanpa menoleh. Reva paham betul apa yang terjadi. Kasihan Ara padahal dia baru ingin merasakan manisnya cinta tapi malah sudah merasakan pahitnya patah hati.
Pukul 16.00
Hari ini nampak melelah kan dan membosankan kan bagi Ara setelah menjalankan seharian penuh dengan bengong Akhirnya seluruh siswa bisa pulang kerumah karena hari ini hari Jumat.
Setelah membereskan keperluan yang akan dibawa pulang Ara pun berjalan kegerbang depan. Dia bingung harus pulang pakai apa karena uang nya sudah habis. Bukan habis di jajan kan melain kan ditabungkan karena dia bertekad mengganti ponsel Arkha.
"Ra lo pulang naik apa?" Tanya Okta.
"Mungkin dijemput"ucapnya berbohong padahal siapa coba yang akan menjemputnya.
"Yaudah kita deluan yah"ucap Arum.
"Iya dadah"Sahut Sindy.
Ara hanya tersenyum dan melambaikan tangan pasalnya mereka bertiga sudah dijemput.
Nampak dari kejauhan ada Arkha disana. Dengan keberanian yang dikumpulkan nya Ara pun menghampiri Arkha disana.
"Kak bos Ara boleh nebeng gak soalnya ongkos Ara habis nih"sapa Ara.
Arkha tidak menoleh sedikit pun ia masih fokus ke ponselnya tanpa berniat menjawab Ara. Seperti angin yang berbicara Ara tidak dianggap.
"Kak Ara lagi..."
Belum sempat Ara berbicara lagi tapi Arkha sudah nyelonong pergi begitu saja. Ada apa dengan Arkha sedingin-dingin dia tapi dia tidak pernah pergi saat diajak berbicara.
Ara hanya menatap sendu punggung Arkha yang mulai menjauh. Apakah Arkha benar-benar pergi menjauh?
Kalau Awalnya Ara kuat tanpa dia lantas kenapa Ara sedih kalau dia pergi? Ucapnya membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
K1N9 NINETEEN [SELESAI]
Fiksi Remaja"Lo harus jadi pacar pura-pura gue selama 1 bulan.."ucapnya Datar "Hah pacar? Kegiatan apa itu?:v..."Jawab gadis itu lugu. Akan kah ini awal dari cerita cinta nya. Apakah Tuhan telah mendengar satu doanya untuk mengirim malaikat yang membawa kebah...