Menyadari

4.1K 193 3
                                    

"Kalo dasar nya emang baik mau diapain juga pasti bakal tetep jadi orang baik"



"Halo ayah, ayah dimana? Apa kabar? Baik-baik aja kan. Kapan ayah pulang?"

"Hem iya Ara nanti uang sekolah nya ayah transfer aja ini lagi sibuk"

"Tapi Ayah Ara gak nanya soal itu"

"Hai mas syafiq lagi telpon sama siapa"

Deg

"Ayah itu siapa kok kaya ada suara perempuan sih"

Hening

"Hallo Ayah"

Tut tut tut

Panggilan terputus begitu saja. Pikiran Ara sudah menjalar kemana-mana. Ara menggeleng pelan, gak Ara harus postif thingking mungkin itu hanya teman ayah.

"Gimana diangkat?"

Tanya seorang yang duduk disamping Ara dengan keringat bercucuran di wajah nya. Sambil menelan habis air mineral lelaki itu memandangi Ara yang sedang berpikir.

"Hey!" Rafly memegang bahu Ara "gimana diangkat?"

Ara mengangguk "terus kenapa lesu" tanya Rafly.

"Kaya nya Ayah lagi sibuk deh" ucapnya sambil memajukan bibir nya kedepan nampak sedih.

"Yaudah nanti coba lagi deh"

Ara hanya mengangguk lesu. "Gimana kalau kita main basket aja"

Ajak Rafly yang kemudian bangkit sambil memantul-mantulkan bola nya di lapangan belakang sekolah.

"Ara gak bisa"

Rafly menarik tangan Ara untuk ikut ke lapangan "yah maka nya belajar dong"

Ara pun mencoba mengikuti Arahan Rafly dengan kaku dia memantul-mantulkan bola nya. Berusaha memasukan ke ring namun berulang kali gagal.

Sedangan Rafly hanya terkekeh pelan gemas melihat eksperi Ara yang kelihatan sangat serius.

"Yah masa gak bisa sih ini kan mudah" ucap Rafly mengambil alih bola dan melemparnya ke ring tanpa menoleh dan dalam satu lemparan bola nya masuk.

Ara menganga lebar. Bagaimana bisa? Mata Rafly aja masih melihat Ara hanya tangan nya yang  melempar tapi melesat masuk sempurna ke dalam ring.

Rafly menaik turun kan alis nya sambil tersenyum angkuh "keren kan"

Ara pura-pura biasa saja "biasa aja tuh" lalu duduk di tengah lapangan karena mulai merasa lelah.

Ara masih fokus menatap Ring basket itu. Kelihatan nya sih mudah kalau di lihatin aja tapi kalau di praktekin susah setengah mati.

Rafly duduk di sebelah Ara dengan kaki yang dilurus kan "Semua nya juga butuh proses cukup bagus sih untuk pemula" ledek Rafly.

"Hem gak penting juga" kata Ara cemberut karena di ejek.

Rafly tersenyum "tapi lo pengen kan"

K1N9 NINETEEN  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang