Kamar 10 di Asrama Putra Sudah mulai di masuki para santri yang hendak beristirahat tidur. Setelah makan malam, mereka memilih langsung ke kamar. Padahal, biasanya para santri putra akan ke balkon dulu untuk menghafal.
Memasuki pukul 21.09 Wita, banyak yang sudah tidur. Sekarang hanya menyisakan Farid, Uki dan Azzam. Ketiganya tak saling bicara, mereka sibuk dengan urusan masing masing.
"Farid? Zahra itu teman kamu sejak MTs?" Farid yang sedang merapikan lemarinya mendongak. Ia kemudian segera mengangguk.
"Iya, kami berteman dekat. Sangat dekat," jawab Farid, sedikit bangga. Azzam kemudian mengangguk-anggukan kepalanya.
"Dia pernah pacaran?" Tanya Azzam. Farid kali ini mendongak dan menatap Azzam serius.
"Kenapa kamu bertanya-tanya?," jawab Farid terdengar sinis. "Dia tidak pernah pacaran.... Zahra itu gadis yang baik. Apa kau tau? Sikap Zahra berbeda sekali dengan sikapnya saat masih MTs,"
"Lalu, apa lagi?"
"Dia berbeda dengan gadis yang pernah aku kenal. Dia suka dengan Anime, Dia sangat tidak suka perawatan, Dia selalu dalam rumah saja, Malas berbaur, akan tetapi murah senyum," tutur Farid. Azzam menganggukan kepalanya.
"Kok dia sinis sekali sama kamu?" Tanya Azzam. Farid menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung harus menjawab apa.
"Yahh, sesuatu" jawab Farid. Ia tak mau menjawab pertanyaan Azzam. Azzam kemudian segera mendekati Farid sambil membawa sesuatu di tangannya.
Azzam memberikan secarik kertas yang sudah terlipat rapi pada Farid.
"Tolong berikan ini pada Zahra, sampaikan juga salamku untuknya" Farid kemudian langsung menatap Azzam tidak percaya. Ia tak menerima surat itu.
"Saya masih suka sama Zahra, ini kamu malah nyuruh saya nyampein salam kamu ke dia. Saya nggak mau!" Tegas Farid. Ia kemudian langsung menutup dirinya dengan selimut miliknya. Di sudut sana Uki sudah tertawa melihatnya.
"Apa ngana, tatawa?!"
(Kenapa kamu, ketawa?)"Stttt... sesuai perjanjian di masjid loh, nggak boleh lagi memakai bahasa sehari-hari itu. Kita harus mulai berbahasa baku di pesantren ini," Uki mengingatkan. Memang, tadi di masjid mereka sudah berjanji pada Ustadzah Miftah untuk mengganti bahasa mereka dengan bahasa baku. Itu sebabnya mereka harus terbiasa memakai bahasa baik dan benar.
***
Farid melangkah menuju kelasnya. Hari ini ia piket kelas bersama dengan Zahra. Ia melihat Zahra telah selesai menyapu, Farid kemudian mengumpulkan sampahnya.
Setelah sampah terkumpul, saat Farid ingin membuangnya ia masih menunggu Zahra keluar kelas. Zahra yang melihat Farid masih berada di tempat lantas menatapnya bingung.
"Cepet buang sana!" Ucap Zahra tidak menatap Farid. Santri harus menjaga pandangan.
"Za? Aku masih suka sama kamu," Zahra tidak terlihat kaget sedikitpun, ia terlihat biasa saja. Ia masih terus menyapu teras depan.
Entah kenapa, ia takut Zahra akan suka pada orang lain. Padahal, memang setahu Farid, Zahra tidak menyukai siapapun sampai sekarang ini.
"Kamu jaga hati untuk aku yah, Za!"lirih Farid. Zahra kemudian langsung masuk ke kelas, tak menjawab ucapan Farid.
Saat ke luar gerbang untuk membuang sampah di luar, Farid melihat Azzam dan lainnya sedang makan di kantin luar, Kantin Bibi Ama. Farid biasanya makan bersama mereka.
"Farid kenapa tidak gabung?" Tanya Anshori. Mereka menggeleng tidak tau. Uki kemudian menoyor kepala Azzam. Azzam tidak terima.
"Apaan sih? Sakit tau! Kamu mau berantam?" Kesal Azzam. Uki kemudian menyatukan tangan tanda meminta maaf. Sebenarnya Azzam peka dengan maksud Uki.
"Dia takut kehilangan kali, Aku rebut juga baru tau rasa Dia!" Celutup Azzam membuat Anshori, Aswan, Mario dan Rian menoleh aneh ke arahnya. Mereka agak tak mengerti dengan ucapan Azzam.
"Maksud kamu?" Tanya Aswan penasaran. Azzam menggeleng.
"Bukan apa-apa,"
Mereka melanjutkan kegiatan santapan mereka. Azzam yang sedang makan, kemudian menoleh ke arah depan. Zahra sedang berjalan bersama Fidiya ia menuju ke warung depan sekolah.
Azzam terus memperhatikan Zahra. Ia tau, itu tidak boleh, tapi namanya juga Azzam.
"Zahra!" Azzam menoleh ke arah Aswan yang memanggil Zahra, Ia kaget kenapa Aswan memanggil Zahra. Bahkan saat ini Zahra sudah berhenti.
"Kenapa, As?" Tanya Zahra.
"Aku besok mau pulang, kamu nggak ikut?" Tanya Aswan. Zahra nampak berfikir.
"Berapa hari?"
"Cuma tiga hari saja," jawab Aswan. Zahra terlihat sedikit kecewa.
"Enggak, Deh. Kegantung nanti kalau cuma tiga hari," jelas Zahra. "Makasih, Aku permisi," Pamit Zahra. Aswan dan Zahra saat berbicara saling menundukkan pandangan mereka masing-masing.
Aswan kembali ke tempat duduknya. Azzam menoleh ke arah Aswan.
"Kamu akrab dengan Dia?" Tanya Azzam. Aswan mengangguk.
"Dia kan teman Syila sekaligus, kami memang satu komplek saat di jawa. Hanya saja aku kan memang Alumni dari sini, jadi tidak terlalu akrab dengan dia, hanya saling tau muka, saat sudah di sini barulah kami berbicara," jawab Aswan. Azzam mengangguk saja.
_________________
AZZAM ITU BISA DI BILANG NAKAL YAH, MAKSUDNYA DIA BELUM SALEH BANGET GITU.
VOTE DAN KOMEN DONG:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
SpirituellesKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...