"Bagaimana keadaannya?" tanya Kyai Muhammad di sampingnya juga ada Umi Sa'diyah istri Kyai Muhammad.
Dokter spesialis kanker Azzam mendengus pasrah.
"Semakin memburuk"
Umi Sa'diyah menutup mulutnya tak percaya. Ia menangis mendengarnya sedangkan Kyai Muhammad beristigfar mendengarnya.
Ali sudah berusaha menenangkan Uminya itu.
"Azzam tidak mengikuti semua saran yang Saya berikan. Dia tidak mengatur pola makan, tidak mengkonsumsi obatnya, tidak kemoterapi dan tidak Cek up"
"Kanker Bukanlah Penyakit sepele, jika terlambat menanganinya bisa-bisa Kanker itu semakin ganas. Beban pikiran Serta trauma yang Azzam alami membuat otaknya menjadi tertekan sehingga menjadi down"
Jelas dokter. Mereka hanya menunduk tak sanggup mendengar.
"Apa yang bisa Kami lakukan?" tanya Kyai Muhammad.
"Azzam harus menjalani pengobatan secara teratur," jawab Dokter.
"Baiklah, Saya akan rutin membawa Azzam kesini se-" ucapan Kyai Muhammad terptong.
"Bukan disini, tapi di rumah sakit yang lebih canggih dengan Dokter yang sudah sangat berpengalaman" sanggah Dokter.
"Tepatnya di Singapura. Saya mempunyai satu kenalan Dokter spesialis kanker Otak. Ia sudah sangat berpengalaman menangani kasus seperti Ini"
"Singapura?" ulang Ali. Ia kaget, kenapa harus sejauh itu?
Dokter itu mengangguk mengiyakan. Ia tersenyum kemudian menarik nafasnya dan menghembuskannya, berusaha menguatkan hati agar keluarga Azzam tegar menerima kenyataan Ini.
"Kanker otak Azzam semakin parah."
***
Ali terduduk merenung di koridor rumah sakit. Air matanya mendadak menetes, Ia begitu sedih sekarang. Ia bangkit dan memukul dinding rumah sakit.
Ali berada di tempat yang lumayan Sepi. Ia berusaha menenangkan dirinya menghadapi kenyataan yang menimpa Azzam. Walaupun sikap Azzam yang selalu membuat Ali kesal tapi Ali sangat menyayangi Azzam.
Walaupun Azzam mencintai bahkan di cintai oleh gadis yang Ali cintai Sejak lama, tapi Ia tetap menyayangi Azzam. Apakah Azzam mencintai Zahra?
Ali mengacak rambutnya frustasi, kemudian membenturkan kepalanya berkali Kali pada dinding rumah sakit. Ia sangat tak tega melihat kenyataan yang menimpa Azzam.
Zahra yang melihat itu berlari menghampiri Azzam dengan kekhawatiran. Ia menarik lengan Ali yang memakai kemeja lengan panjang itu sehingga menjauh dari dinding dan berhenti membenturkan kepalanya sendiri.
"Stop Kak"
Terdengar suara Zahra yang bergetar. Ia juga menangis melihat Ini semua, Ia tidak ingin Ini terjadi. Walaupun Zahra memang bukan siapa-siapa, Ia tetap merasakan kesedihan mereka.
Ali terduduk di lantai. Kedua lututnya sebagai tumpuannya, Zahra memegangi bahu Ali.
"Kita harus ikhlas atas semua ini"
"A-aku berusaha, Bunga. Ta-tapi A-aku aku" Ali serasa tak bisa berbicara. Ia menangis. Entah dorongan dari mana, Zahra perlahan memeluk Ali.
Walaupun tidak menyentuh kulit, tetap saja Ini salah. Tapi, Zahra hanya ingin menenangkan Ali. Ia tidak tega melihat Ali bersedih seperti itu.
***
Zahra membaca Al-Qur'an yang Ia bawa. Ia membacanya di ruangan Azzam, dengan terbatas oleh tabir sehingga Ia tak melihat Azzam secara langsung.Zahra tak tahu, bahwa Azzam sedari tadi mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an Zahra. Hati Azzam seakan bergetar, membuatnya serasa ingin menangis.
"Aku kafir"
Zahra mendengar suara Azzam. Ia menghentikan bacaannya, kemudian merapikan Al-Qur'an miliknya. Zahra ingin melihat Azzam secara langsung tapi seakan-akan kakinya menempel tak bisa bergerak.
"Aku nakal, Kafir, nggak tahu diri, Bodoh, berdosa, munafik, menjijikan, me-"
"Istigfar Azzam" potong Zahra. Azzam beristigfar dalam hatinya, Kali ini dengan sangat ikhlas.
"Allah menghukum Aku, Ra. Allah menjauhi Aku karena sikap Aku. Allah nggak ada bersama Aku"
Zahra mendekap Al-Qur'an nya erat. Ia berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Senakal apapun Azzam, Azzam harus percaya kalau Allah selalu bersama dengan Azzam. Azzam kuat, Kok!" Zahra mulai meneteskan air mata. Isakan tangis itu bisa di dengan oleh Azzam. Santri putra yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu.
Azzam melihat tabir yang berada di sampingnya. Di sebelahnya ada Zahra yang sedang bicara dengannya.
"Allah marah sama Aku, Ra. Makaya Dia ngasih Aku penyakit ini. Aku orang yang buruk!" ucap Azzam hampa.
"Azzam, denger! Tidak ada orang baik yang tidak mempunyai masa lalu yang buruk dan tidak ada orang buruk yang tidak mempunyai masa depan yang baik! " tegas Zahra.
"Masa depan?"
"Aku nggak punya itu........ Ra"
______
VOTE KOMEN!
JAHAT KALIANN:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
SpiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...