Azzam nampak emosi ketika berjalan menuju rumah Kyai Muhammad yang tak lain adalah kakeknya. Azzam mendengar rumor yang beredar jika Zahra akan menjadi istri Gus Ali.
Azzam membuka pintu rumah Kyai kasar. Siapapun yang nekad melakukan hal itu pasti akan mendapat hukuman berat, namun tidak berlaku dengan Azzam.
"Ali!" Azzam meneriaki Ali yang sedang membaca buku hadist di ruang tamu. Ali menoleh ke arah Azzam, Ia tahu jika Azzam sedang emosi, akan tetapi Ali sudah biasa menghadapi Azzam seperti Ini. Jadi Ia nampak biasa.
"Ada apa anta? Masuk tanpa ucap salam, Sekarang meneriaki Ana?" sinis Ali. "Inget, Zam. Anta juga santri disini, Anta harus seperti santri lainnya. Jangan mentang-mentang Kamu adalah cucu Kyai, Kamu seenaknya" peringat Ali.
"Apa maksud Kamu mengatakan bahwa calon makmum itu calon istri Kamu?" tanya Azzam tak mau berbasa basi. Ia muak dengan ocehan Ali yang membuat kupingnya panas.
"Saya hanya bercanda" jawab Ali.
"Kamu mencintai calon makmum?"
"Dia punya nama Azzam! Namanya Zahra!" tegas Ali. Ia tak suka mendengar calon makmum seperti yang Ali katakan. Azzam selalu memanggil calon makmum, sama seperti Ia memanggil Fatimah.
"Memangnya Kenapa? Aku terbiasa memanggil dia seperti itu selama bertahun-tahun"
"Yang Kamu maksud adalah Fatimah! Bukan Zahra! Apakah Kamu juga masih menganggap Zahra itu Fatimah? Fatimah sudah Meninggal Azzam!"
"Ada apa ini?" Kyai Muhammad datang bersama beberapa orang muridnya. Ali nampak menunduk sedangkan Azzam nampak emosi lagi.
Ia menoleh ke arah Ali. Kemudian kembali menatap ke arah Kyai Muhammad.
"Opa, apakah boleh mencintai seseorang sehingga karena orang yang Ia cinta, Ia melupakan saudaranya sendiri?" tanya Azzam, Pandangannya tak lepas dari Ali. Ali yakin bahwa Ia sedang di sindir oleh Azzam.
"Jangan bicara soal Agama! Kamu saja menjadi seperti Ini, karena Seorang gadis yang telah meninggal'Kan?""Siapa yang melupakan saudaranya sendiri? Asal Kamu tahu, Saya tidak pernah merebut dan menyakiti Kamu, Azzam. Selama Ini saya mengalah demi kesembuhan Kamu"
"Sekarang Kamu bicara Agama, sedang Kamu sendiri bahkan menjadi sosok Islam akan tetapi dengan hati Kafir"
"Ali, hentikan!" suruh Kyai Muhammad
Usai mengatakan itu, Ali keluar dari rumah. Meninggalkan Azzam yang sedang terdiam mencerna ucapan Ali. Ia merasa sedikit pusing pada kepalanya.
***
Siapa sebenarnya yang sering Azzam temui. Zahra atau Fatimah? Siapa itu Zahra? Azzam bingung dengan otaknya sendiri. Dia mengenal adanya Zahra dalam Hidupnya, tapi dalam pikirannya Zahra adalah Fatimah.
Mendadak kepala Azzam terasa sakit.
"Astagfirullah Azzam Kamu kenapa?" Zahra hendak memegangi Akbar saat Ia merasa tubuh Akbar Mendadak oleng bahkan Akbar mimisan.
Zahra merasa tangannya di tarik seseorang.
"Nggak boleh, Zahra. Itu ada Gus Ali yang mau nolongin" Fidiya menarik tangan Zahra dari arah lain datang Gus Ali dengan berlari kemudian menghampiri Azzam yang nampak tak bertenaga itu. Zahra memandang Azzam iba. Ia menggenggam erat ujung kerudungnya ketika melihat Azzam yang sudah di bopong beberapa santriwan itu.***
Zahra tertunduk di depan ruangan rawat Azzam. Azzam semakin parah kondisinya, menyebabkan ia harus di rawat di rumah sakit Ali Saboe Gorontalo. Aisyah di ajak Gus Ali atas keinginan Azzam.
Rencananya mereka akan membawa Azzam ke luar Kota untuk menjalani perawatan lebih intensif. Biasanya Azzam akan menjalani pengobatannya pada dokter yang memang sudah ahli mengatasi penyakit sepertinya. Hanya saja, Semuanya seakan percuma jika Azzam enggan meminta kesembuhan kepada sang pencipta.
"Bagaimana keadaan Azzam?" tanya Zahra ketika melihat Ali sudah Keluar dari ruangan Azzam.
"Kamu sangat khawatir, yah?" tanya Ali. Zahra yang sedang menunduk hanya diam tak merespon. Ia takut akan menyakiti perasaan Ali.
Ali tersenyum kemudian mengumpulkan keberanian dalam dirinya. Ia menatap wajah Zahra yang tertunduk kebingungan itu.
"Saya tahu Zahra,"
Zahra menjadi tambah bingung.
"Saya tahu Kamu telah mencintai Azzam."
Zahra menggigit bibir bawahnya dengan perasaan tak enak hati.
"Tapi,"
"Saya tidak akan lelah menunggu Kamu mencintai Saya"
_________
Vote Komen selalu di tunggu demi kelanjutan cerita ini:)
Assalamuaikum
Komen jawab salam juga boleh:)
Baybay
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
EspiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...