Happy eading 🌻🌻
____
Azzam sedang duduk menghadap ke jalanan kota Semarang. Ia berada di salah Satu hotel di Semarang. Ia di paksa Kyai untuk tinggal di hotel, padahal Azzam ingin di rumah Farid saja.
Ali sedang berdiri di depan TV sambil melihat ke arah Azzam. Ia sebenarnya prihatin dengan Azzam. Keponakan nya itu harus kehilangan orang tua di usia muda.
Ali juga mengetahui soal perilaku Azzam yang mulai menyeleneng dari perilakunya yang dulu. Azzam mulai meninggalkan Perintah Allah.
Tapi, Ali malah tidak bisa apa-apa.
"Zam!" Ali melempar sebotol minuman dingin pada Azzam. Azzam langsung menangkap nya dengan sempurna.
"Makasih" ucap Azzam lesu. Ali tertawa singkat.
"Kamu nge-khitbah cewek Yah?" tanya Azzam. Ali mendongak sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Iya, Kenapa?" tanya Ali. Azzam nampak menggeleng.
"Nanya doang. Gimana jawabannya?" tanya Azzam. Ali nyengir sendiri.
"Nggak tahu. Belum dapat jawaban, Aku baru bilang ke Ayahnya" jawab Ali. Azzam nampak menganggukkan kepalanya. Ia kemudian beranjak berdiri dan memasuki kamarnya.
"Zam minum obat!" titah Ali, Azzam hanya memberikan jempolnya saja sebagai jawaban. Ali menggeleng kepalanya.
Ali sedang sibuk mengetik di laptopnya. Semenjak lulus dari mesir, Ali sering di sibukkan dengan pekerjaan yang Abahnya berikan untuknya. Karena memang, Ali akan menjadi penerus perusahaan Abah yang sudah lama Abah titipkan pada orang.
Kyai Muhammad lebih fokus mengelola pesantren di banding perusahaan miliknya itu. Ia ingin fokus agama saja. Biarlah Ali yang akan mengurus nya kelak.Ali mendengar suara ketukan pintu.
"Assalamualaikum"
Ali menghampiri pintu kemudian membuka pintu itu.
"Walaikumsalam"
"Astagfirullah!" orang di depan Ali mundur kebelakang dan tak sengaja menginjak sepatunya sendiri dan alhasil Ia terjatuh mulus ke lantai.
"Eh, Kamu nggak apa-apa?" Ali nampak khawatir.
"Zahra?" Ali tersadar. Zahra nampak hendak berdiri, selagi memoerbaiki baju gamisnya.
"Ayo, Masuk" titah Ali. Zahra menggeleng.
"Saya salah alamat kali, Maaf permisi" Zahra hendak pergi, tetapi tangannya di tahan oleh Ali. tidak menyentuh kulit, itu terbatas gamis.
"Masuk aja dulu. Nggak usah sungkan" ucap Ali. Zahra dengan terpaksa masuk. Ia bingung kenapa Ali bisa ada disini? Bukannya ini alamat hotel Azzam?
Apa yang Ali lakukan disini?
"Ee... Ini hotelnya Az-" ucapan Zahra terpotong. Ali membawakan segelas jus padanya.
"Saya senang kamu datang kesini. Saya harap, dengan ini kita akan lebih akrab"
Zahra mengerutkan dahinya tak mengerti. Nampak juga Gus Ali seperti senang dengan kedatangan Zahra
"Saya heran, kenapa setiap kali bertemu dengan kamu, Kamu selalu saja terjatuh" bingung Ali. Mengingat, kejadian pertama kalinya Ia dan Zahra bertabrakan dan hal itu juga pertama kalinya Ali jatuh cinta.
Zahra hanya terkekeh. Ia sedikit canggung sekaligus takut jika bertemu dengan Ali. Mengingat dulu kejadian itu memalukan.
"Oh, ya sebentar" Ali berjalan ke arah meja. Ia mencari sesuatu di atas meja itu.
"Jadi bagaimana jawaban kamu?" tanya Ali seraya masih mencari sesuatu di sudut mejanya.
"Jawaban apa?" tanya Zahra bingung. Ia ingin pergi saja dan mencari alamat Azzam yang benar.
Mata Zahra menemukan seseorang keluar dari kamar. Zahra tersenyum senang melihatnya, ternyata ia tidak salah alamat.
"Kamu memilih saya atau.... "
"Azzzam!" pekik Zahra senang. Ali menghentikan aktivitasnya kemudin menoleh ke arah Zahra. Ia melihat Zahra tersenyum melihat ke arah Azzam.
"Za-zahra?"
Zahra dan Azzam nampak sedang tersenyum. Azzam menghampiri Zahra dengan senang. Ia merasa sakitnya langsunh hilang seketika.
"Calon makmum kok bisa disini?"
"Calon makmum?" batin Ali.
"Hmm... Ini aku kembalikan. Maaf sudah lancang membacanya" Zahra memberikan buku diary milik Azzam. Ia cukup menyesal telah membacanya tanpa izin bahkan merasa bersalah, itu sebabnya Zahra sengaja menemui Azzam untuk meminta maaf.
Azzam nampak tersenyum singkat. Ternyata Zahra merasa bersalah juga, Ia senang.
"Nggak apa-apa, Kok calon makmum. Azzam sudah maafin, bukan salah calon makmum sepenuhnya juga, Kok"
Zahra tersenyum mendengarnya. Kemudian sekilas melirik wajah Ali yang nampak bingung sekaligus kecewa.
"Gus Ali siapanya kamu?" tanya Zahra dengan berbisik.
"Oh, dia paman Azzam. Sebenarnya Kyai Muhammad itu Opa Azzam, tapi nggak ada yang tahu. Oh, ya jangan kasih tahu siapa-siapa, yah" pinta Azzam. Zahra hanya mengangguk.
Ali hanya tersenyum. Ia kemudian menggenggam cincin di tangannya yang sedari tadi ia cari. Padahal Ia akan memberikan cincin itu pada Zahra.
Ali cukup kaget ketika Azzam memanggil Zahra calon makmum. Apakah Ali telah salah mencintai seseorang?
_________
Vote komen gaess:))
Kalian nggak akan kecewa dengan Cerita ini:))
Mungkin awal-awal membosankan. Tapi lama-lama makin seruuuu:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
EspiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...