Hari Ini adalah hari dimana seluruh santri harus kembali ke pesantren. Tahun sudah berganti menjadi baru (Author Skip tahun Barunya).
Zahra sudah menunggu jadwal penerbangannya bersama dengan Ke-dua orang tuanya. Zahra merasa bahunya di tepuk seseorang.
Zahra menoleh dan mendapati Umi-nya memberi kode pada dirinya untuk menoleh ke suatu tempat. Zahra menoleh dan mendapati di dekat pintu bandara sedang berdiri soso Farid.
Zahra mengerutkann dahinya ketika melihat Farid dengan pakaian biasa. Celana hitam longgar dan sebuah jaket kuning. Bahkan tidak terlihat barang bawaannya.
Zahra berjalan ke arah Farid dan begitu juga dengan Farid.
"Kamu kok kayak nggak siap untuk kembali ke pesantren?" tanya Zahra bingung. Farid menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil nyengir sendiri.
"Aku nggak akan kembali ke pesantren"
Zahra melototkan mata kaget.
"Kenapa?"
"Aku sudah memutuskan akan pindah sekolah. Sekolah dekat sini saja,"
"Aku di pesantren hanya karena mengikuti Kamu saja, bukan benar-benar karena Allah. Aku merasa itu Salah, itu sebabnya Aku memutuskan untuk pindah sekolah saja"
"Kamu marah sama Aku?"
"Nggak-lah, Aku cuma ingin memperbaiki diri aja. Kamu jaga diri yah disana, Maaf selama Ini sudah memusingkan Kamu dengan sikapku yang seenaknya"
Zahra mengangguk. Zahra senang, setidaknya Farid bisa Sadar bahwa dirinya harus ikhlas hanya kepada Allah, bukan pada mahluk ciptaannya.
Mungkin Ini cara terbaik untuk Semuanya. Sekarang Zahra senang dengan keputusan Farid.
/**
Zahra mulai menata kembali pakaian miliknya di lemari. Ia sampai malam hari di pesantren kemudian pagi harinya Zahra mulai menata kembali barangnya.
Zahra menerima banyak sekali oleh-oleh dari teman-temannya. Ia senang dengan hal itu.
"Zahra Ada?" Zahra dan Fauzia yang berada di dalam kamar nampak menoleh ke sumber suara. Nampak Seorang Kakak kelas memanggil Zahra.
"Iya, Kak? Kenapa?" tanya Zahra.
"Kamu di panggil Gus Ali"
Zahra nampak kaget. Ia sedikit bingung harus bersikap bagaimana, Ia tidak mau orang-orang curiga jika Ia memperlihatkan sikap gugup.
"E-iya Kak"
"Nggak pernah Gus Ali manggil santriwati. Kok Kamu di panggil?" tanya Fauzia kepo. Zahra hanya nyengir sambil menggeleng tanda Ia tidak tahu. Zahra tidak ingin di banjiri pertanyaan dari Fauzia, Ia memilih Langsung keluar kamar.
Zahra menuju ke arah masjid. Mereka mengatakan bahwa Ali berada di Masjid. Zahra melihat Ali sedang mengajarkan hadis pada beberapa santri pengurus.
Ali melihat Zahra datang. Ia melambaikan tangannya menyuruh Zahra mendekat. Semua santri putra melihat ke arah Zahra, membuat Zahra sedikit risih.
"Jangan dilihat! Dia calon istri Ana" ucap Ali Pede, membuat Santri putra itu kaget. Gus Ali hanya nyengir sebagai jawabannya.
Saat Zahra mendekat, Ali memberikan ponselnya pada Zahra. Zahra nampak bingung dengan kelakuan Ali.
"Apa?" tanya Zahra bingung.
"Abi kamu menelfon"
Zahra membuka smartlock ponsel Ali. Menemukan bahwa Abi-nya sedang menghubungi Zahra pada Ali. Zahra tersenyum senang kemudian segera menjauh dari Ali.
"Disini saja" titah Ali.
"Nggak Lah! Kepo!" ketus Zahra kemudian menjauh dari masjid. Orang tuanya pasti ingin bertanya soal kabarnya saat sampai.
Anehnya Orang tuanya malah menelfon pada Ali. Biasanya orang tuanya akan menelfon pada Kyai Muhammad saja.
Ali melirik ke arah Zahra.
"Gus Ali!" panggil Salah satu santri.
"Kenapa Anta?" tanya Ali bingung melihat raut wajah kesal pada muridnya itu.
"Kok santriwati itu bisa menelfon? Padahal Kami saja tidak pernah di izinkan menelfon saat di pondok"
Ali mendengus kesal. Ia sebenarnya juga bingung Untuk menjawabnya.
"Soalnya Zahra itu istimewa" bukan Ali yang menjawabnya, melainkan murid Kepercayaan Ali. Dia sudah mengetahui soal hubungan Ali dengan Zahra.
"Istimewa apanya?"
"Calon istrinya Gus Ali"
_______
Assalamuaikum:)
Jawab salamnya aja yah:)
Follow akun aku:)
Makasih buat pembaca gelap:
Cica_
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
SpiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...