Zahra sudah berkeringat dingin saat ustad Arman sedang memeriksa Materi kultum yang sudah ia buat sejam yang lalu. Zahra kali ini KO, dia tidak mengikuti puisi karena takut ustad Arman yang akan menjadi juri, justru saat ini malah ustad Armanlah yang menjadi juri di cabang lomba yang ia ikuti.
Ustad Arman sembari bertanya-tanya. Zahra menjawab dengan waktu yang lama, bukan karena ia tidak tahu jawabannya akan tetapi karena ia takut buka suara.
"Pantas saja kamu kalau puisi, kamu nya saja penakut gini," ucapan itu keluar dari mulut ustad Arman yang di selingi tertawa olehnya. Walaupun itu hanya berniat bergurau, akan tetapi Zahra sudah ikut takut.
Setelah sesi tanya jawab antara Zahra dan Ustad Arman selesai akhirnya ustad Arman membebaskan mereka semua dari pertanyaan ustad Arman, Ia membebaskan para santri yang mengikuti lomba Cipta Materi Kultum ini.
Saat tiba malam harinya, ini adalah pengumuman kejuaraan. Kak Rahmatia telah berdiri di panggung di saksikan oleh semua santri di situ.
Zahra sebenarnya tidak terlalu berharap bisa mendapatkan juara. Akan tetapi entah kenapa ia berprasangka kalau ia akan juara.
"Juara satu, Cipta Materi Kultum tingkat Madrasah Aliyah di raih oleh Ukhtiasyah Azzahara Abdullah," mereka mengucapkan kalimat takbir. Zahra kemudian segera naik ke panggung.
"Cieee si Calon makmum juara nih," goda Anshori. Azzam yang merasa di goda kemudian hanya senyum-senyum sambil melihat Zahra.
"Besok lihat aja, persembahan kelas 10, pasti dia bakal tau Aku di situ," Batin Azzam.
***
Hari ini adalah hari santri. Malam ini semua santriwan dan santriawati sudah duduk di Aula. Banyak persembahan malam ini.
Malam ini, para laki-laki kelas 10 akan mempersembahkan sebuah drama. Para santri putri kelas 10 tentu menunggu hal itu.
"Ra! Nanti kamu lihat, Azzam yah!" titah Difa. Zahra hanya mengangguk saja. Beberapa persembahan sudah berlangsung. Zahra sudah mengantuk sekarang.
"Penampilan berikutnya adalah Drama dari Vanjava ten!!" Seru kak Aron. Para santri putri sudah bertepuk tangan pelan.
Mereka mulai naik ke panggung.
"Ra! Itu si Azzam!" Difa menunjuk ke arah Azzam yang memakai koko warna hitam. Zahra melihat Azzam, kemudian segera menunduk saja.
Zahra hanya berohria saja. Jadi itu yang namanya Azzam, tapi bodo amatlah. Ia malas jika berurusan dengan santri putra.
Drama pun segera berlangsung, itu adalah Drama komedi. Zahra cukup terhibur dengan penampilan mereka.
Tiba-tiba, Abip Berbicara Di mic.
"Saya boleh minta partisipasi dari kelas Sepuluh Putri nggak?" tanya Abip. Kelas Sepuluh yang di maksud mengangguk Mantap. Zahra bingung apa yang Akan mereka lakukan.
"Kita punya persembahan kata-kata Motivasi Di sini, Dan kita mau Kalau Zahra Abdullah maju ke depan dengan beberapa teman kelas Sepuluh untuk membacakannya" pinta Abip. Zahra nampak terkejut.
"Ra! Kamu di panggil, Tuh! Ayo, maju!" histeris Difa.
"Apaan, Sih!" Zahra bangkit dari duduknya kemudian segera pergi ke arah asrama. Tidak memepedulikan teman-teman memanggil namanya.
Sedangkan di panggung, Abip nampak bingung. Ia menoleh ke arah Azzam. Azzam yang menyuruhnya untuk agar Zahra yang membacakan beberapa kata-kata Motivasi Itu.
"Gimana, Nih?"
"Ganti yang lain aja. Si Difa aja, tuh" suruh Anshori. Abip ingin memukulnya Saat ini juga. Ia sangat malu sekarang.
Azzam masih terdiam saja. Ia melihat ke arah jendela kamar Zahra.
"Hidup Itu butuh usaha, Yah" gumamnya.
________
Hello Aku kambekkkk!!!
Baca terus yahhh
Di jamin seruuu
Sabar nunggu makanyaaaa
![](https://img.wattpad.com/cover/221516988-288-k185987.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
SpiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...