"Maksud Gus Ali apa?" tanya Zahra bingung. Keduanya telah berada di taman depan rumah Zahra, Zahra ingin bicara berdua saja.
Zahra kaget mendengar penuturan Abi-nya tadi. Ia butuh penjelasan.
"Apa belum jelas, Saya ing-"
"Ya tapi kenapa?" potong Zahra. Ali mendengar sedikit nada marah pada ucapannya.
Ali kemudian menatap ke arah kepala Zahra. Zahra nampak menunduk saja.
"Saya mencintai Kamu" ucap Ali tanpa basa basi. Zahra menoleh ke arah Ali, Ali menatap lurus ke depan. Zahra menggeleng kepalanya.
"Nggak masuk akal!" cibir Zahra.
"Apanya?" tanya Ali tidak mengerti.
"Sejak kapan kita akrab? Kenapa juga Gus Ali bisa suka sama Zahra, kita bahkan baru sekali saling bicara. Masa sudah suka saja? Nggak masuk akal!" protes Zahra.
"Sejak lama. Sejak saya masih seumuran Kamu. Kamu selalu datang ke pesantren dengan Abi kamu, Kamu sangat lucu dan menggemaskan. Kamu ingat atau tidak?" tanya Ali.
Zahra nampak mengingat. Jika Gus Ali seumuran Zahra, artinya saat itu Zahra masih berumur delapan tahun. Memang Benar, Zahra sering ke pesantren saat kecil. Tapi, Ia sudah sangat lupa kejadiannya.
"Saya orang yang selalu Kamu panggil Kak Agus, Kamu ingat? Saya yang selalu Kamu cium di Pipi, kamu peluk, bahkan Kamu anggap abi sendiri"
Zahra seperti mengingat sesuatu sedetik kemudian Ia langsung berdiri. Ia menunjuk Ali tak percaya.
"Ja-jadi?" Zahra tak bisa berkata apapun. Ali kemudian nampak tersenyum.
"Saya pikir Kamu tahu, kalau Kak Agus kamu itu anak dari Kyai Muhammad"
Zahra nampak menunduk. Ia sekarang ingat persis masa lalu bersama Ali. Zahra tidak menyangka bahwa Ali adalah Agus yang pernah Ia kenal.
Kakak yang sangat Zahra sayangi dan temui setiap kali dirinya pergi ke gorontalo ini. Walaupun Abi-nya orang gorontalo, tapi Zahra cukup jarang ke daerah ini.
"Kamu sudah ingat? Bunga?"
Zahra mendongak mendengar panggilan itu. Bunga adalah nama yang pernah Kak Agus berikan padanya dan itu adalah Nama dari gus Ali.
Ia mengingat jelas sekarang.
Flashback
"Bunga lagi ngapain?" tanya Ali saat melihat Zahra sedang memetik beberapa tangkai bunga.
"Kak Agus nanya ke Zahra atau bunganya?" tanya Zahra bingung.
"Sama bunga aja deh" Ali menatap lekat mata Zahra. Zahra nampak kesal.
"Ini bunganya! Kalo ini Zahra yang imut" Zahra menunjuk dirinya sendiri.
"Nggak ah. Kak Agus manggil bunga aja nggak apa-apa kan?" tolak Ali.
"Emangnya Zahra bunga apa!" kesal Zahra
"Zahra itu dalam bahasa arab artinya bunga" jelas Ali. Zahra nampak mengangguk mengerti.
"Jadi, Nama Zahra bunga yah. Bunga matahari, supaya Zahra selalu ceria kayak Kak Agus" cengir Zahra. Ali mengelus kepala Zahra kemudian mengecup kepalanya yang terbatas hijab itu.
"Kok disitu?"
Zahra mendekatan wajahnya ke arah pipi Ali. Kemudian mengecupnya.
"Harusnya di pipi. Umi sama Abi kalau mau cium pasti di pipi" protes Zahra. Ali nampak terkekeh.
Siapapun yang melihat mereka pasti akan mengira mereka kakak beradik. Akan sangat menggemaskan.
"Jangan gitu lagi. Kak Agus bukan muhrimnya Bunga, nggak boleh"
"Muhrim itu apa?" tanya Zahra polos.
"Gimana yah. Sama kayak gini, Abi nya bunga sama Uminya bunga itu baru namanya muhrim" Ali memberikan penjelasan yang akan memudahkan agar Zahra mengerti.
"Ya udah, Zahra jadi Umi terus Kak Agus jadi Abi aja"
Flashback off
"Jadi bagaimana Bunga?" tanya Ali setelah Zahra tersadar.
"Apanya?"
"Kamu menerima saya?"
Zahra nampak tidak menjawab. Ia sedikit bingung dan tidak percaya.
"Kamu mencintai Azzam?" tanya Ali membuat Zahra mendongak kaget.
Ali menatap Zahra dengan senyuman. Ia mendekat ke arah Zahra.
"Saya tidak ingin kamu tersakiti"
"Maksudnya?"
"Azzam hanya menganggap Kamu adalah Fatimah. Dia mencintai Kamu sebagai Fatimah, bukan Zahra"
________
Aku publish lagi nih:)
Vote komen follow akun aku:))
Baybayyy
._Cicaa
Ajak yang lain buat baca:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
SpiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...