"Fidiya! Ngagetin aja!" kesal Zahra melihat Fidiya dengan senyum sumringahnya mendekat ke arah Zahra. Fidiya duduk di samping Zahra sekarang, Ia melihat sebuah buku di pangkuan Zahra dan langsung mengambilnya tanpa Izin.
"Masya Allah, ini dari siapa?" tanya Fidiya, merasa kagum dengan sampul buku beserta judul bukunya. Tanpa izin, Ia membuka plastik di buku itu membuat Zahra melotot.
"Fidiya! Kenapa di buka?" kesal Zahra, hendak mengambil buku itu dari Fidiya. Tapi, Fidiya tak memberikannya dan meneruskan membuka lagi plastik itu hingga benar-benar terlepas.
Zahra mendengus kasar. Dasar Fidiya!
Zahra beralih pada suratnya Gus Ali. Fidiya melototkan matanya melihat surat itu.
"Cieee dapat surat ni yee" goda Fidiya membuat Zahra berdecak.
"Dari siapa?" tanya Fidiya kepo.
"Gus Ali" jawab Zahra. Fidiya hanya mengangguk, Ia memang sudah menebak pasti ini dari Ali. Zahra sudah menceritakan semuanya pada Fidiya, karena memang hanya Fidiya yang bisa mengerti Zahra. Zahra juga percaya pada gadis itu.
Fidiya memang mengangumi Gus Ali, sehingga ketika mendengar cerita Zahra, Fidiya menjadi merasa cemburu. Tapi, sudahlah Ia juga tidak ingin hafalannya menjadi samar gara-gara memikirkan seorang laki-laki bukan mahramnya.
"Ngintip, yah" kali ini Fidiya meminta izin pada Zahra untuk ikut melihat isi surat dari Ali. Siapa coba yang tak kepo?
Zahra hanya mengangguk sebagai jawaban, lagi pula Fidiya bisa di percaya. Ia tidak bermulut ember sehingga selalu menyebar gosip sana-sini.
Zahra dan Fidiya membaca surat itu.
Assalamualaikum Bunga.
Saya ingin memberitahukan pada anti bahwa Azzam tidak akan ke singapura. Ia lebih memilih untuk di Indonesia saja, Karena ingin lebih fokus dalam ibadahnya saja.
Azzam sudah berubah, Bunga. Dia kembali seperti semula, Ia sudah sadar bahwa apa yang ia lakukan selama ini salah. Traumanya juga sudah mulai bisa di atasi, Aluamdulillah saya bersyukur sekali.
Oh, iya.
Ambillah buku yang saya berikan. Jangan Kamu berfikir bahwa saya menyindir kamu atau Saya hendak membuat kamu bimbang. Saya memberikan buku itu untuk Kamu karena saya ingin Kamu membacanya dan mengambil pelajaran dari buku itu.
Ingat, yah!
Jangan sampai ada asatidz yang menemukan buku itu. Bisa-bisa buku itu di ambil, setelah Kamu selesai membacanya Kamu bisa sembunyikan.
Syukron, Assalamualaikum.
"Alhamdulillah," Fidiya dan Zahra mengucapnya berbarengan setelah membaca surat Ali. Mereka juga ikut bahagia jika Azzam bisa kembali seperti semula. Setidaknya Do'a mereka terkabulkan.
"Ra? Kalau di suruh milih antara Azzam sama Gus Ali kamu milih siapa?" tanya Fidiya kepo. Zahra nampak kaget dengan pertanyaan itu, sontak Zahra menjadi kebingungan.
"Pertanyaan sampah macam apa itu"
Zahra hendak berdiri namun tangannya di cegah oleh Fidiya. Zahra menemukan raut keseriusan pada wajah Fidiya. Fidiya sedang bertanya serius.
"Kamu mungkin bisa menghindar saat Aku tanya. Tapi, apa Kamu yakin bisa menghindar jika suatu saat Gus Ali atau Azzam bertanya itu sama Kamu?"
Zahra menjadi ngeri mendengar ucapan Fidiya. Zahra diam membisu tak menjawab. Fidiya tahu, posisi Zahra sekarang sedang dalam fase kebingungan sekali. Fidiya menjadi kasihan Pada Zahra.
"Insya Allah, Ra. Kalau misalnya salah satu di antara mereka itu jodoh Kamu, pasti itu yang terbaik buat Kamu"
Zahra tersenyum melihat Fidiya. Zahra kemudian memeluk Fidiya erat. Fidiya memang teman muslimah yang baik karena selalu memberikan Zahra motivasi. Zahra juga merasa beruntung bisa berteman akrab dengan Fidiya, karena sikap Fidiya yang memilih teman yang sepemikirannya dengannya saja membuat banyak orang menjauhi Fidiya karena ketidak cocokan, tapi akhirnya ia bisa berteman dengan Zahra.
________
Vote Komen selalu di tunggu)
Maaf banyak typo, Maaf mulai membosankan, maaf juga karena nggak dapat feel-nya. Aku nggak maksimal bikin, karena sekarang ngatuk.
Aku sengaja cepetin tamatnya karena Aku mau bikin cerita baru lagi. Nanti akan Aku promosikn disini.
Makasih
A/N
Cica_
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
EspiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...