"Apakah Allah akan mengampuni Azzam?" lirih Azzam. Kyai Muhammad tersenyum bahagia kemudian membeli kepala Azzam.
"Iya, Allah akan mengampuni tobat Seorang hamba jika Ia bertobat dengan ikhlas sepenuh hatinya"
Umi Sa'diyah menatap nanar cucunya itu. Ia memegangi dadanya sembari menitikkan air matanya. Ia bahagia, Azzam kembali pada dirinya yang dulu.
Ali menghampiri Azzam dengan membawa sebuah sarung dan sajadah untuk shalat. Ia meletakkan itu di atas dada Azzam dan kemudian Azzam mendekapnya.
Dengan di bantu oleh Kyai dan Ali, Azzam berusaha untuk duduk dan bertayamum.
Setelah selesai, Azzam kembali tidur dan melaksanakan sholat duha' dua rakaat. Karena Ia belum bisa dan tidak punya Tenaga untuk sholat berdiri, maka Ia memilih sholat dengan tiduran.
Azzam melakukan sholat dengan ikhlas. Ia bersungguh-sungguh melakukannya, Ia ingin kembali seperti semula. Azzam Sadar, Ia butuh Allah bukan Allah yang membutuhkannya.
***
"Ayo baca" suruh Ali. Ia menyodorkan sebuah kitab suci Al-Qur'an pada Azzam. Azzam tersenyum kemudian menerima Al-Qur'an itu dan menciumnya sangat lama.
"itu Al-Qur'an Zahra" infokan Ali. Azzam tersenyum. Ia mendongak ke arah Ali.
"Dimana dia?" tanya Azzam.
"Sudah balik ke pesantren"
Mendengar hal itu. Azzam hanya bisa menunduk. Ali bisa melihat raut wajah Azzam yang nampak sendu itu.
Azzam memilih membuka Al-Qur'an dan mulai membaca surah Yaa'sin sebagai surah favorit yang dulu selalu Ia baca setiap harinya.
Azzam membaca surah itu. Ia merasakan keharuan dalam dirinya, mata Azzam juga nampak berkaca-kaca. Azzam kembali merasakan bagaimana ketakutannya dulu pada hari ini kepada Allah.
Azzam hampir setahun ini menjadi sosok yang seakan seorang kafir dengan status muslim. Ia beragama islam akan tetapi tidak berlaku seperti seorang islam.
Ia bahkan seperti seorang atheis yang tak memiliki agama. Selama setahun ini, ibadahnya selalu Ia lakukan asal-asalan dan tak khusyuk. Ia tak pernah membaca Al-Qur'an dan tak berdzikir.
Selama ini di pesantren Ia hanya sholat dengan keterpaksaan, tanpa niat sedikitpun. Azzam memanfaatkan Kyai Muhammad yang tak akan menghukum dirinya.
Azzam selalu memilih membiarkan Al-Qur'an ketika seluruh santri sedang khusyuk membaca Kitab suci itu.
Azzam tak pernah berdzikir bahkan walaupun hanya mengingat Allah pun Ia merasa tidak ingin. Itu semua karena kebenciannya pada Allah.
Tapi,
Sekarang Ia ingin kembali seperti dulu. Azzam yang taat beribadah dan mendahulukan Allah atas segalanya. Ia akan berusaha menerima takdir bahwa ini semua takdir Allah. Allah akan selalu menguji hambanya yang beriman karena Allah percaya hambanya mampu. Termasuk Azzam, Ia harus yakin bahwa Allah mempercayainya dan yakin Azzam bisa melewati semua ini.
"Nggak usah ke singapura" lirih Azzam. Ali mendongak ke arahnya kaget.
"Kamu tahu?" tanya Ali. Azzam mengangguk sebagai jawabannya.
"Aku dengar percakapan Opa sama Oma," Azzam tersenyum kecil "nggak usah bawa ke Singapura. Aku cuma mau disini, bersama kalian semua" Ali menggeleng. Ia memegang pundak Azzam dan menatap mata yang sendu itu.
"Kamu harus berobat supaya bisa sembuh! Aku yakin kamu bisa selamat!" ucap Ali bersungguh-sungguh.
"Selamat apa? Selamat dari kematian?" Azzam tertawa hambar di akhir kalimatnya.
"Nggak ada yang bisa nunda kematian. Lagi pula, Aku juga nggak bisa sembuh total. Untuk apa berobat jauh-jauh namun pada akhirnya harus meninggal?"
_
__________
_Vote Komennya kakakkkk:)
Tunggu kelanjutannya yah:)
Eh gak jadi:)
Ini dia lanjutannya:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
EspiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...