"Zam?"
"Zam?"
"Azzam?"
Anshori menepuk-nepuk pipi Azzam pelan berkali-kali. Azzam tak terbangun, untuk sesaat Anshori merasa khawatir.
Wajahnya memucat, jangan-jangan Azzam seperti ini Karena efek belum minimum obatnya. Anshori memeriksa air mineral yang belum terbuka Sama sekali, dengan beberapa biji Obat Di atasnya.
Anshori benar-benar panik. Tak Ada siapapun di asrama, mereka semua sedang berada di masjid. Mendengar ceramah dari Ustad Arman.
Wajah Azzam memucat. Anshori segera berlari ke luar, Ia menuju ke rumah Salah Satu pengawas di dekat asrama.
"Ustadzah! Ustadzah!" Anshori dengan panik mengetuk-ngetuk pintu rumah Ustadzah Miftah.
"Astagfirullah, Anshori! Ucap salam dulu, dimana adab kamu?"
Anshori menunduk. "Afwan ustadzah. Ana panik, Azzam pingsan di kamar!"
"Innalillahi, pingsan? Kenapa?" Ustadzah Miftah nampaknya juga mulai panik.
"Sepertinya lupa minum obatnya Ustadzah" jawab Anshori. Ustadzah nampak mengunci pintunya, kemudian segera berlari ke arah asrama Di ikuti oleh Anshori.
***
Semua santri sudah masuk ke kelas masing-masing. Tidak dengan kelas 10-MIA. Mereka bergabung dengan kelas 10-IIK.
Sebenarnya Zahra sudah sangat malas jika bersangkutan dengan IIK apalagi Azzam. Tapi, aneh sih. Sejak tadi pagi Zahra tak melihatnya.
Zahra Memang tak memperhatikan Azzam. Akan tetapi, Tak sengaja Ia berpapasan dengan Anshori dan tidak melihat aksi seorang Azzam yang mengganggunya.
Seperti ada yang kurang jika hari-hari Zahra tak di ganggu oleh seseorang yang selalu menyebut Zahra dengan sebutan 'Calon Makmum'
Mereka sudah masuk ke kelas IIK (Ilmu-ilmu keagamaan). Ustadzah juga sudah masuk ke kelas dan mulai mengambil daftar hadir.
"Multazzam Afrizal Abukasi?"
Hening...
Aku memberanikan melihat ke arah laki-laki. Sepertinya Azzam tidak ada.
Seseorang mengangkat tangannya. Itu adalah Anshori.
"Iya, Anshori?"
"Azzam sedang sakit, Ustadzah"
Zahra tersenyum kecil. Entahlah, Zahra refleks.
"Alhamdulillah" Zahra mengucapkannya. Setidaknya hari ini dia bebas dari hama Itu. Akan tetapi, suara Zahra cukup terdengar di telinga Anshori.
Karena Anshori Memang melihat Zahra mengusap wajahnya seperti bersyukur. Anshori merasa Kesal.
"Anti senang, Yah Zahra?" sinis Anshori. Zahra kaget. Mereka menoleh ke arah Zahra.
"Ada apa, Anshori?" tanya Ustadzah bingung. Anshori menggeleng.
"Afwan Ustadzah"
Absen berlanjut. Zahra tak tenang dengan ucapan Anshori, Itu membuat Ia Jadi bahan tontonan orang.
Tanpa di sadari, seseorang melempar kertas ke arahnya. Ia menoleh ke belakang, menemukan Anshori yang menatapnya seperti menahan Kesal.
Anshori menunjuk kertas Itu dengan tatapan matanya. Zahra mengambil kertas Itu. Membukanya.
Dari Anshori.
Jangan talalu Jahat Jadi parampuan!
Kita butuh ngana pe bantuan, untuk Bakase sadar pati Azzam.Note:(Nanti Cica kasih tau artinya)
Apa-apan maksud Anshori. Ia Sama sekali tak mengerti dengan bahasa yang Anshori gunakan. Nanti akan Ia tanyakan pada Fidiya saja. Fidiya kan tidak ember mulutnya.
***
"Maksud surat ini Itu, kamu jangan terlalu Jahat Jadi perempuan. Anshori Itu butuh bantuan kamu, untuk nyadarin si Azzam" jelas Fidiya. Zahra Malah Jadi semakin bingung.
"Emangnya Azzam Kenapa, Sih? Aca hubungannya nyadarin dia Ama dia sakit?" Fidiya juga ikut-ikutan bingung..
"Aku juga nggak tau, Fid" jawab Zahra. Kenapa juga Anshori terlihat tak suka dengan tingkah Zahra Saat mengucapkan Alhamdulillah tadi.
"Apa jangan-jangan Azzam Itu sakit Parah?" tebak Fidiya. Zahra lebih berfikir lagi.
"Nggak, Lah! Anak pecicilan kayak dia Itu, mustahil sakit! Paling juga alasan aja sakit, padahal cuma mau tiduran Di asrama aja" canda Zahra. Ia tak terlalu menganggap serius semua ini. Ia tak suka mengurusi orang lain.
"Kamu khawatir, Yah?" goda Fidiya.
"Jangan-jangan Kamu suka Sama dia lagi"
______________
Cica comebackkkk!!!
Follow Akun Cica yah:))
Gak maksa, Kok:)))
Terus baca, Yah!!
Assalamualaikum:)))
Pas lima part untuk Hari ini Kan? Wkwk, papay
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
EspiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...