Happy Reading><
____
Ali hanya memandang dari jauh keakraban Zahra dan Azzam. Apapun itu, Ali cemburu melihat hal itu. Ali bahkan tidak tahu, kalau Zahra adalah gadis yang Azzam sukai.
Setahu Ali, Azzam sangat mencintai Fatimah. Ia bebar-benar tidak bisa melupakan Fatimah, tapi kenapa Ia bisa dengan cepat mencintai Zahra?
"Sebentar yah. Azzam mau ambil cemilan"
Azzam berdiri kemudian segera pergi ke dapur. Ali berdiri di dekat kompor melihat Azzam mengambil beberapa cemilan dari kulkas
Ali tidak tahan lagi. Ia menghampiri Azzam.
"Zam!" Ali menepuk bahu Azzam. Azzam menoleh dengan beberapa cemilan di tangannya.
"Kamu mencintai Zahra?" tanya Ali to the point. Azzam nampam mengerutkan dahinya.
"Siapa bilang?" tanya Azzam bingung. "Aku belum bisa melupakan Fatimah"
"Lalu Zahra?" tanya Ali tak mengerti.
"Bagiku Zahra adalah Fatimah, bukan Zahra" jawab Azzam. Ali memegang tangan Azzam sedikit mencengkram.
"Maksud Kamu, Kamu tidak bebar-benar mencintai Zahra? Kamu hanya mencintai Fatimah lalu Kamu menganggap Zahra itu Fatimah?" tanya Ali. Azzam mengangguk polos. Apa ada yang salah dengan hal itu?
"Azzam, dia Zahra bukan Fatimah"
"Lantas apa yang salah jika Aku menganggap dia Fatimah? Sama saja, Kan? Aku mencintai Fatimah" tanya Azzam.
Ali hanya mendengus saja. Ia tidak tahu, apakah Ia yang bodoh ataukah Azzam. Ia bingung akan hal ini.
"Dia Zahra bukan Fatimah" ucap Ali Finish. Ia beranjak pergi dari dapur. Meninggalkan Azzam dengan raut kebingungan miliknya.
***
Zahra sudah berada di luar hotel. Ia akan segera pulang saja. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya.
Kaca mobil di turunkan dan memperlihatkan wajah Ali. Zahra nampak heran dengan yang di lihatnya.
"Ayo masuk" titah Ali. Zahra menggeleng sambil tersenyum.
"Nggak usah, Gus. Ana balik ke rumah sendiri saja" tolak Zahra. Ali kemudian diam sejenak. Ia kemudian segera memasang wajah datarnya.
"Saya bilang masuk" terdengar menakutkan di telinga Zahra. Zahra nampak nyengir kemudian dengan terpaksa masuk ke dalam mobil Ali.
Zahra nampak canggung ketika memasuki mobil Ali. Ali segera menjalankan mobilnya.
***Sesampainya di rumah, Zahra melihat mobil Abi-nya terparkir di depan rumahnya. Ia sekarang tinggal dengan Umi-nya. Zahra dengan langkah cepat segera masuk ie dalam rumahnya.
Ali juga mengikuti Zahra. Zahra masuk rumah dengab terkejut ketika melihat Umi dan Abinya saling berbicara dengan canda tawa?
"Eh, Zahra" Mereka sadar dengan keberadaan Zahra. Mereka tersenyum melihat Zahra.
"Sini, Nak" panggil Abi. Zahra mengangguk kemudian duduk di samping Abi-nya. Abi mengelus kepala Zahra dan tersenyum ke arah Umi.
"Abi sudah memutuskan bahwa Abi dan Umi tidak akan bercerai"
Zahra kaget sekaligus senang. Ia kemudian memeluk Abi-nya.
"Makasih, Bi. Zahra senang sekali, Zahra senang keluarga ini tidak akan terpecah lagi" ungkap Zahra. Umi juga menghampiri Zahra kemudian memeluknya.
Yang Zahra inginkan tercapai. Orangtuanya tidak berpisah dan itu membuat Zahra sangat senang.
"Eh, Gus Ali" mereka baru sadar dengan keberadaan Ali.
"Silahkan duduk, Maaf nggak melihat" Ali mengangguk kemudian segera duduk di sofa rumah itu.
"Saya ikut senang, jika pak Arifin bisa berbaikan lagi dengan bu Maryam" ucap Ali.
"Iya, semua berkat nasehat Kyai dan Gus Ali"
Zahra nampak bingung. Ia tidak mengerti maksudnya apa.
"Oh, iya, bapak sudah bicarakan dengan Zahra?" tanya Ali. Abi nampak menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Nampak rasa tidak enakan.
"Belum, Gus. Baru Saya ceritakan pada Umi-nya"
"Apaan, Bi?" tanya Zahra semakin penasaran. Umi mengelus punggung Zahra.
"Beberapa hari yang lalu, Abi nemuin Pak Kyai dan bertanya soal masalah ini" Zahra mengangguk mengerti
"Kemudian Gus Ali juga mengungkapkan bahwa dia ingin melamar Kamu menjadi istrinya"
________
Aku kembali lagi^^
Gimana untuk Part ini? Seru atau biasa aja?
99,9% biasa aja, Kan:))Tapi, jangan khawatir. Terus baca aja, supaya nggak ketinggalan. Insya Allah akan semakin seru gaess^^
Cicaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Allah With Azzam ✔
SpiritualKetenangan dalam hidup adalah hal yang selalu Zahra inginkan. Saat akan masuk pesantren artinya dia meninggalkan kegiatan kesehariannya yang introvert dan harus berbaur dengan banyak orang dan tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Zahra. Firasatny...