Part7. TOD

565 63 0
                                    

"Truth Or Dare?" Fauziah menunjuk Anshori. Sekarang, mereka sedang bermain TOD, guna mengisi jam kosong. Kali ini sudah giliran Anshori, karena ia pulpen mengarah ke arahnya.

Anshori sudah cengengesan dan hendak lari. Tetapi mereka semua menahan Anshori.

"Jangan kabur!" Azzam sudah memegang lengan Anshori. Oh, ya! Azzam dan Anshori adalah sepupu dekat, bahkan tanggal lahir mereka juga sama. Sehingga saat pertama mmasuk mereka mengira Anshori dan Azzam saudara kembar, eh ternyata salah.

"Kita tidak mau! So tidak mo barmain kita," Bagas, si ketua kelas menyentil mulut Anshor.
(Aku gak mau! Aku nggak main lagi,)

"Bahasanya di ganti, udah buat janji sama ustadzah lo" Anshori kemudian mengiyakan dengan raut kesal.

"Aku pilih jujur aja," jawab Anshori. Fauziah dan inggit yang berada di situ kemudian saling bertatapan jahil.

"Kamu suka sama Amanah?" Tanya Inggit. Anshori langsung mendongak dan membulatkan matanya. Sebenarnya yang sedang bermain sekarang adalah Anshori, Azzam, Bagas, Raden, Aswan, Fauziah, Inggit dan Nashwa.

"Kok pertanyaannya itu?" Kesal Anshori.

"Jawab jujur, nggak boleh bohong!" Tekan Nashwa. Anshori mendumel.

"Aku ganti jadi tantangan aja!" Anshori mengganti challenge saja. Ia tidak mau mengungkapkan isi hatinya pada orang-orang. Kepo!

"Ya udah, kamu ke kelas Amanah terus bilang 'Amanah Ana uhibka fillah' gitu'' mereka semua sudah tertawa mendengar tantangan itu. Sedangkan Anshori, ia melongo, ini malah lebih parah lagi.

"Aku nggak mau!" Tolak Anshori. Fauziah sudah menatapnya horor.

"Ya udah, kalau kamu nggak mau, kamu traktir kita semua sebentar di kantin!" Anshori di buat lebih kaget. Bisa miskin dia lama-lama.

"Kamu kan anak Ongkay," inggit buka suara. Mereka semua sudah tertawa melihat raut muka Anshori. Ia bingung sekali harus apa.

Tapi, dari pada menjalankan tantangan gila ini lebih baik dia mentraktir teman-teman nya saja. Lebih aman! Menyesal juga dia ikutan permainan ini.

"Iya, Aku traktir entar!" Pasrah Anshori. Fauziah dan inggit saling bertos ria. Lumayan rezeki nih.

"Lanjut, yah!" Fauziah memutar kembali pulpen nya, kemudian berhenti tepat di arah Azzam. Azzam sudah menggaruk tengkuknya, aduhh! Gawat ini!

"Nah! Giliran Azzam, Nih! Aku yang nanya boleh?" Pinta Anshori pada Fauziah. Fauziah mengangguk.

"Truth or Dare?" Tanya Anshori menunjuk Azzam dengan telunjuknya, ia menatap Azzam intens.

"Nggak usah gitu juga liatnya," Azzam menjitak dahi Anshori. "Aku milih jujur," Anshori tersenyum sumringah.

"Siapa cewek yang kamu suka?" Tanya Anshori.

"Nggak ada,"

"Masa nggak ada?" Protes Aswan di susul oleh yang lainnya. Azzam mengeluarkan songkonya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Emang nggak ada,"

"Bohong tuh. Kalian kenal Zahra? Itu yang dia suka!" Dari belakang sana Uki angkat suara. Mereka semua menatap ke arah Uki. Azzam kemudian melempar Uki dengan buku nya.

"Sembarang kalau ngomong!"

"Beneran Zam?" Tanya Fauziah. Kali ini Azzam tak tau harus menjawab apa.

"Ukhtiasyah Azzahara Abdullah? Dia sekamar sama Aku loh Zam?" Azzam semakin merasa terpojok. Banyak juga yang bingung.

"Zahra siapa, sih?" Azzam merasa terpojok.

"Udah!! Pokoknya ada yang Aku suka! Si Zumi, ia Zumi! Aku sukanya sama zumi bukan Zahra!" Tangkis Azzam. Mereka menatap Azzam tak percaya. Benarkan Azzam suka pada Zumi? Anak IPS.

"Nikung si Mario, Nih!" Celutup Anshori. Azzam kemudian menarik songkok Anshori hingga menutupi matanya. Ia segera berlari keluar kelas.

Sementara Fauziah terus saja berfikir.

***

Adzan dzuhur sudah berkumandang. Para santri segera kembali ke asrama. Zahra juga sudah di tinggal oleh Difa dan Syila, Fidiya juga sudah pergi ke rumahnya.

Di pesantren ini memang masih ada anak yang di diperbolehkan untuk tidak asrama. Rumah Fidiya juga dekat, itu sebabnya dia tidak di asramakan.

Zahra berjalan sendiri saja. Ketika ia melewati kelas Agama, ada seseorang yang memanggilnya.

"Zahra!" Zahra menoleh ke arahnya, ada beberapa santri putra di situ. Zahra tidak mengenal siapa mereka. Zahra pun merasa di mainkan, dia langsung saja pergi ke asrama.

"Itu yang namanya Zahra!" Pekik Raden. Anshori kemudian mengangguk-ngangguk, dia adalah Gadis yang selalu berjalan bersama dengan Amanah juga.

Azzam hanya diam menanggapinya. Anshori menatap Azzam intens.

"Ciee cinta dalam diam," goda Anshori.

"Nanti juga Aku dapetin! Liat aja!" Ucap Azzam PD.

_______________

VOTE DAN KOMEN DONG:))))

Allah With Azzam ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang