Beberapa hari kemudian setelah kejadian tersebut kedua orang tua Arion semakin memperhatikan kehidupan Nazra seperti kapan ia pulang kerja, berapa lama Javin di Day Care atau mencari informasi lebih tentang anak kandungnya yang semakin lepas kendali, sekarang orang tua Arion sudah seperti orang tua kandung Nazra. Mereka begitu siap dibarisan pertama saat menyangkut dirinya dan cucu mereka. Mungkin mereka dahulu merasa bersalah telah menyakiti Nazra, bak membelah dengan pisau lalu di peras dengan inti sari jeruk nipis.Tetapi kini pasangan paruh bayah yang terkenal dermawan itu teah berubah, saat ia melihat kesungguhan cinta mereka berdua kala itu, entah sekarang kenapa Arion berbeda. Bukan lagi seperti anaknya yang dahulu. Mereka pun saat ini tidak tahu penyebab anaknya berubah.
Saat ini Nazra sedang memagang sebuah undangan pernikahan dari salah satu teman Saturday kampusnya. Besok adalah pernikahannya.
Undangan tersebut epik, dengan hiasan modern yang menambah kesan istimewa serta warna biru cerah yang menjadi background undangan tersebut.
Jadwal undangannya adalah malam, dimana para teman seangkatan akan datang. Seperti reunian.Nazra berfikir sejenak, ia harus pergi dengan siapa? Javin akan ia panggilkan baby sitter terpercayanya sejak Javin lahir. Bukan berarti ia tidak sayang pada anaknya tetapi jika balita berumur 5 tahun itu dibawa malam-malam seperti ini tidaklah bagus, ditambah lagi ia tidak tahu kapan ia akan pulang.
Hmmm benar kata orang dulu disaat masih lajang kita bebas mau kemana pun tanpa memikirkan rumah, sekarang mau keluar beberapa jam saja kepikiran anak dan rumah. Cepatlah sekali waktu berputar, rasanya baru kemarin ia pulang tengah malam bersama teman kuliahnya. Sekarang itu semua hanya kenangan manis yang menghibur dihari tua.
Pikirannya buyar saat ponsel andoridnya begetar di atas meja kerjanya. Ia segera mengambil ponselnya, nomor tidak dikenal?
Apa jangan-jangan Arion?
Shit, lelaki itu menghantui pikirannya sejak kejadian kemarin. Lama-lama ia akan gila.
Nazra tidak mengangkat panggilan tersebut, hingga menjadi panggilan tidak terjawab.Seolah tak mau berputus asa begitu saja, benda persegi panjang itu kembali bergetar. Nazra memutar bola matanya, awas saja kalau ia mengangkat telfon ini dan ternyata benar Arion yang menelfon ia akan segara mungkin memblok nomor tersebut.
"halo?"
"Oh halo Naz! Ini Yash!" Jawab seseorang diseberang sana. Yash? ah sepupunya yang sebaya dengan dirinya. Yash setahunya sedang melanjutkan s2 nya diluar kota, lelaki yang masih lajang itu mengambil jurusan Teknik Sipil. Jadi kenapa Yash menelfonnya?
"Yash kau mengganti nomor ponselmu lagi?"
"Iya Naz, oh iya kau akan pergi ke pesta pernikahannya Ariska kan?" Yash bertanya
Nazra menautkan alisnya nyaris bersatu, kebetulan sekali.
"Hmm, kenapa?"
Diseberang sana terdengar Yash terkekeh pelan "Sudah ada partner?"
Yash ini lajang sejak S1 ngomong-ngomong. Ia katanya mau berfokus dalam pendidikan kemudian kerja baru ia akan mencari pasangan hidup. Dengan kata lain ia ingin mapan dulu."Belum"
"Perfect! Aku jemput ya"
"Eh kau sudah disini? Bukannya sedang kuliah?" Nazra bertanya penasaran, setahunya belum ada libur semester.
"Bolos beberapa hari demi reunian tidak dosa"
Nazra memutar bola matanya jengah, Yash memang tidak berubah. Dulu mereka satu kampus, kalau ada penghargaan tentang Mahasiswa yang rajin bolos mungkin akan masuk salah satu nominasi tersebut, Yash hobi bolos seminggu setelah libur semester, baginya dosen juga belum masuk.
"Yasudah kalau begitu"
"Siap bos!"
----------
Nazra dan Yash sampai ditempat acara, mereka masuk di gedung. Tidak terlalu mewah tetapi terlihat berkelas. Dengan beberapa hiasan lampu di setiap sudut gedung lalu jalan masuk di buat seperti jembatan kecil lengkap dengan kolam dibawahnya.
Nazra dan Yash melewati jembatan tersebut, mereka berdiri di dekat meja yang menyajikan air soda. Sambil melihat-lihat sekitar mungkin saja ada yang mereka kenal karena Ariska mengundang beberapa anak prodi lain.
Samar-sama terdengar suara sepasang lelaki dan perempuan sedang beradu mulut.
"Makanya kan aku bilang jangan pakai dress warna putih!" Sang lelaki berucap dengan tatapan datar.
"Ya kan ini airnya tumpah juga karna kau!" Balas sang perempuan sambil menunjuk-nunjuk lelaki.
"Siapa mereka?" Bisik Nazra bingung, bisa-bisanya mereka bertengkar di tempat umum seperti ini.
Yash menghela nafas. Ia kenal mereka berdua. Yang lelaki adalah sepupu jauh Ariska. Garen dan Boonsri. Ariska pernah mengenalkan mereka berdua saat tak sengaja bertemu di mall. Sifat Garen dan Boonsri memang seperti itu. Tom and Jerry in relationship version.
"Kan ga sengaja!"
"Apanya ga sengaja! Dari awal pergi kau sudah bilang aku seperti kunti. Lalu sengaja menumpahkan air biar aku mengganti dress ini!" Mereka berlanjut beradu mulut.
"Itu sudah tau"
"Dasar lelaki sesat!"
Drama berlanjut ketika Boonsri keluar dari gedung, lalu disusul dengan Garen.
Ada-ada saja percintaan jaman sekarang."Mereka fenomenal ya?" Tanya seseorang yang jelas bukan Yash. Suara Yash tidak seberat itu. Nazra mengalihkan pandangannya.
Seorang lelaki tinggi menggunakan tuxedo hitam, ia kenal wajahnya tetapi ia lupa namanya. Lelaki ini beda prodi dengannya."Oh hey Rizt!"
Rizt? Tanya Nazra dalam hati.
"Apa kabar?" Tanya lelaki itu kemudian pandangannya berhenti pada Nazra.
"Kami berdua baik" jawab Yash. Yash mengetahui sinyal yang berbeda dengan tatapan milik Rizt. Apa Rizt suka dengan sepupunya?
"Baguslah kalau begitu"
"Kau juga kenal dengan Garen dan pacarnya?" Yash bertanya seraya mengambil segelas air soda berwarna merah mudah didepannya.
"Tidak terlalu, tetapi mereka memang seperti itu di manapun hahaha"
"Benarkah?" Tanya Nazra penasaran.
"Ya, walau begitu aku percaya mereka saling mencintai dengan tulus, by the way kau Nazra kan?"
"Ya"
"Aku Rizt, kau mungkin tidak mengenalku karena aku mahasiswa transferan"
"Oh pantas saja"
"Kau tambah cantik"
"Eheeeeem" Yash berdehem dengan sengaja, Rizt baru saja menggoda Nazra? Ia tidak tau wanita ini bisa saja mengeluarkan jurus silatnya?
"Terimakasih" Nazra awalnya terkejut tetapi karena ia masih tau adat, ia menjawab dengan ucapan yang seharusnya orang-orang jawab jikalau mereka sedang di puji.
"Mau minum?" Rizt menyodorkan segelas air yang tersusun didepannya.
"Tidak perlu repot-repot, aku bisa mengambil sendiri" tolak halus Nazra.
"Aku tidak keberatan, ambilah. Aku senang berbincang denganmu"
Nazra dan Yash saling bertatap. Kenapa secara tiba-tiba seperti ini?
Dan tanpa mereka ketahui sosok Arion berdiri tegak didekat pintu. Ia melihat adegan picisan yang membuatnya ingin melemparkan meja hidangan ini di wajah lelaki yang terlihat jelas menggoda Nazra.
"Brengsek!"
Vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Husband [Complete ✔]
Teen FictionApril 2020-Juli 2020 COMPLETE Initinya ini menceritakan sebuah obsesi. Bukan dari mantan suami, bukan pula dari sang istri. Ada seorang wanita yang terobsesi pada 1 laki-laki. Ia rela menghancurkan pernikahan sahabatnya sendiri. Bertahun-tahun laman...