💛✨🌟
"Mulai perhatian nih ceritanya?"
💛✨🌟
Lima menit yang lalu bel istirahat pertama di bunyikan. Siswa dan siswi berhamburan keluar kelas, membuat koridor dan kantin penuh sesak. Auryn adalah salah satu siswi yang berdesakan di kantin saat ini.
"Pak Darto, nasi goreng ga pedes satu dibungkus!" Auryn sedikit berteriak karena ramainya kantin saat ini.
"Siap neng!"
Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya ia mendapatkan pesanannya. Dengan langkah ringan ia berjalan menuju uks sebelum akhirnya sampai di depan sebuah ruangan bertuliskan 'XI IPA 4'.
Setelah meyakinkan hatinya, Auryn melihat kedalam kelas tersebut. Tampak tidak terlalu ramai karena sedang jam istirahat.
"Permisi kak, ada Kak Galen?"
"Ada, masuk aja."
Auryn melangkahkan kakinya. Masuk ke dalam ruangan tersebut. Matanya mencari keberadaan Galen saat ini. Senyumnya terukir saat melihat seseorang yang dicarinya sedang menyandarkan kepalanya di meja serta menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan miliknya tidak lupa earphone putih di telinganya.
Auryn mengetuk pelan meja milik Galen, membuat sang pemilik meja mengangkat kepalanya. Galen menatap perempuan dihadapannya dengan tatapan bingung. "Kenapa?"
Auryn menundukan wajahnya dan membisikkaan sesuatu tepat ditelinga cowok itu, "ada perlu, keluar dulu bisa?" yang dibalas anggukan oleh cowok tersebut.
Saat ini mereka sudah berada di koridor kelas XI IPA 4. "Duduk," Auryn menepuk-nepuk tempat kosong disebelahnya. Cowok itu menuruti perkataan Auryn.
"Kenapa?" tanya Galen lagi.
Auryn membuka kotak P3K yang tadi dipinjamnya dari UKS. "Mau ngobatin luka lo."
"Kelas lo lumayan banyak orang, jadi gue ajak lo keluar." lanjutnya. Koridor depan kelas XI IPA 4 memang tidak terlalu ramai karena kelas ini berada di ujung koridor, menyebabkan jarang sekali ada siswa yang berlalulalang di koridor ini. Kecuali jika siswa tersebut memiliki kepentingan di kelas ini.
"Mulai perhatian nih ceritanya?" Galen tersenyum jahil.
Tentu saja tidak ditanggapi oleh Auryn. Cewek itu masih sibuk mengobati setiap luka yang ada pada wajah kakak kelasnya itu. Sesekali Galen meringis sakit saat kapas yang sudah diolesi Betadine mengenai lukanya.
"Len, kok lukanya tambah banyak?" tanya Auryn saat melihat luka lebam di dahi serta pergelangan tangan cowok itu.
Galen sempat terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Menurutnya, saat ini belum waktunya untuk Auryn menngetahui tentangnya sejauh itu. "Kepentok tangga rumah kemarin." ucapnya final.
Setelah selesai mengobati luka kakak kelasnya, Auryn memasukan kembali Betadine dan kapas yang belum ia gunakan kedalam kotak P3K yang dipinjamnya. "Kata Bang Kenan lo belum makan," Auryn menyodorkan plastik hitam berisi nasi goreng yang dibelinya tadi.
Galen mengulas senyum, "makasih Rin, tau aja gue lagi laper."
Untung saja Galen sedang peka saat itu dan tidak tertawa saat mendengar ucapan Auryn kepadanya. Galen sebenarnya sudah makan dan kenan tahu itu.
Flashback on
Pagi ini Galen berangkat lebih pagi dari rumahnya. Ia tidak mau mamanya mengetahui tentang kejadian semalam dan juga luka serta lebam di wajah dan tubuhnya. Soal nasi padang yang mamanya belikan tadi malam, Galen memakannya saat mamanya sudah tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/189669921-288-k545750.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Ketos
Teen Fiction"Pernah nyaman, sampai lupa yang membuat nyaman belum tentu memilih untuk tinggal." "Pada akhirnya skenario tuhan tidak bisa ditebak," "Yang pasti, skenario tuhan adalah skenario terbaik untuk kita." Started : 21 oktober 2019 Do not copy my story. M...