💛✨🌟
"Karena kapanpun dan dimanapun awan berada, dia ga pernah ninggalin langit."
💛✨🌟
Disinilah Auryn, di sebuah taman yang berada di Kota Bandung. Galen menepati janjinya untuk mengajak jalan Auryn jika ia mengerjakan soal-soal yang diberikan Bu Sri.
Galen dan Auryn berjalan beriringan sambil sesekali melontarkan candaan. Keduanya terlihat nyaman saat bersama.
"Bentar Len,"
"Cape." ujar Auryn sambil mendudukan dirinya di bangku taman.
"Iya." Galen pun ikut duduk disebelah Auryn.
Keduanya mendongak, melihat langit yang saat itu terlihat mulai mendung. Matahari mengintip di balik awan, tidak lagi secerah pagi tadi.
"Permisi kak,"
"Ada makanan ngga? Buat adik saya."
Seorang anak laki-laki datang menghampiri keduanya. Bajunya terlihat sedikit lusuh dan badannya kurus.
Galen mengalihkan pandangannya, begitupun Auryn.
"Kak! Tungguin Dara."
Seorang anak perempuan berlari sambil memegang boneka beruang ditangan kirinya.
Galen mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman, ia mencari apakah ada yang menjual nasi disekitar sini.
"Suka nasi kuning?" tanya Galen begitu matanya menemukan penjual nasi kuning.
Anak laki-laki tadi mengangguk, "Apa aja kak, asal adik saya bisa kenyang."
Galen pun berlari meninggalkan ketiganya untuk membelikan nasi kuning.
"Nama kamu Dara?" Auryn berjongkok, menyamakan tingginya.
Anak perempuan tadi mengangguk, "Iya aku Dara."
"Kalo kamu namanya siapa?" tanya Auryn.
"Alvin kak." jawab anak laki-laki tadi.
"Tadi pacar kakak ya?"
"Hmm.. Maunya sih gitu,"
"Kenapa?" tanya Auryn
"Ganteng! Kalo Dara udah besar, Dara mau punya pacar kayak kakak tadi." ujarnya polos.
Auryn tertawa melihat kepolosan anak perempuan didepannya ini. Sementara Alvin tampak tidak terlalu peduli dengan percakapan keduanya.
"Alvin pasti banyak yang suka ya."
"Gatau," jawabnya singkat. Alvin memiliki karakter yang sedikit cuek tetapi dapat diandalkan.
"Kakak tau darimana Kak Alvin banyak yang suka?" tanya Dara.
"Nebak aja," balas Auryn sambil tersenyum.
"Iya, Kak Alvin banyak yang suka! Banyak fansnya." Dara menganggukan kepalanya.
Setelah lima belas menit, Galen kembali membawa kantung plastik hitam berisi dua bungkus nasi kuning dan juga dua botol air mineral.
"Hai,"
"Maaf lama, dimakan ya." Galen memberikan kantung plastik ditangannya kepada Alvin.
"Makasih kak." ujar Alvin.
"Iya," Galen mengusap rambut Alvin.
"Ayo dek." Alvin mengajak Dara pergi.
"Kakak jangan berantem kayak mama papa Dara ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Ketos
Novela Juvenil"Pernah nyaman, sampai lupa yang membuat nyaman belum tentu memilih untuk tinggal." "Pada akhirnya skenario tuhan tidak bisa ditebak," "Yang pasti, skenario tuhan adalah skenario terbaik untuk kita." Started : 21 oktober 2019 Do not copy my story. M...