20

1.1K 69 7
                                    

💛✨🌟

"Musique et poèmes"

💛✨🌟

"Rin! Kemaren sore gue liat anak Falco sama Adler lagi ribut di belakang sekolah! Keren banget tau ga?!" ujar Ara bersemangat.

Namun seperti dugaannya, Auryn tidak menjawab perkataannya. Temannya itu memang tidak tertarik dengan persoalan 'geng' disekolahnya.

"Jawab napa!"

"Jawab apaan?"

"Tau deh!" Ara meminum jus mangga di tangannya.

"Lagian lo kenapa peduli banget sih soal Falco lah Adler lah! Gajelas banget!"

"Iya deh terserah lo aja,"

"Tapi awas aja lo kepincut sama salah satu anggotanya! Gue ngakak paling keras!" Ara melanjutkan ucapannya.

Auryn sampai sekarang memang belum mengetahui identitas Galen sebagai KETUA dari Adler. Mungkin sebentar lagi ia akan menjilat ludahnya sendiri.

"Kayak gaada kerjaan aja gue kepincut sama anak Adler! Pembuat onar!"

"Terserah!" Ara mendengus kesal.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan yang terjadi diantara keduanya, sampai mereka masuk kedalam ruangan kelas.

Disisi lain, Galen dan teman-temannya sedang berbaris di lapangan upacara. Mereka ketahuan tidak memakai seragam lengkap, contohnya saja Galen yang tidak menggunakan dasi serta sabuk lalu Kenan dengan seragam polos tanpa bet.

"Udah kelas sebelas masih saja melanggar peraturan sekolah tentang seragam!" Bu Siti menatap kelimanya dengan tatapan horor.

Bu siti adalah salah satu guru BK di SMA Antariksa. Beliau adalah guru yang paling dihindari oleh murid-murid nakal ataupun para pelanggar peraturan sekolah. Seluruh warga sekolah tau bahwa ia adalah sosok yang tegas dan juga tidak main-main saat memeberikan hukuman.

"Ya justru karena udah kelas sebelas kita makin semangat ngelanggar peraturan sekolah bu!" celetuk Baran sambil mengipas-ngipaskan tangannya.

Tentu saja celetukan Baran tadi ditanggapi dengan lirikan tajam dari Bu Siti dan teman-temannya yang lain.

Galang yang berada di sebelah Baran, menggelengkan kepalanya. Ia heran kenapa dirinya mempunyai teman sebodoh ini.

Galen dan Kenan sama terkejutnya, tetapi dengan cepat mereka mengubah ekspresi mukanya seperti semula. Poker face.

Jangan tanya soal Galih. Tentu saja dia kaget, tetapi cowok itu sangat pandai menyembunyikan ekspresinya sehingga terlihat sangat datar.

Mereka berempat tidak sepenuhnya menyalahkan jawaban yang diberikan Baran. Hanya saja saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk berkata seperti itu.

Kelas 10 sangat baik dan tidak mau melanggar peraturan sekolah. Kelas 11 mulai melanggar peraturan sekolah, mungkin puncaknya. Kelas 12 waktu untuk tobat karena ingat sebentar lagi lulus. Pasti hampir semua orang pernah melalui fase itu di masa SMA-nya.

"Pinter ngejawab ya kamu!"

"Kalo pinter ngejawab, saya bakalan bisa ngejawab pertanyaan matematika Bu Sri di ulangan ke--"

Galang cepat-cepat menutup mulut temannya, sebelum Baran menyelesaikan ucapannya.

"Goblok banget." Galen mendesis, tatapannya masih ia fokuskan ke arah depan.

Bad KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang