18. Ternyata

973 57 0
                                    

Rachel sedang dalam perjalanannya menuju kantor polisi. Dia sebenarnya masih tidak percaya bahwa selama ini pelakunya adalah Hyuga. Ada perasaan tidak rela di hatinya bahwa yang harus dilaporkannya nanti di kantor polisi adalah pacarnya sendiri. Tapi dia tetap harus menegakkan kebenaran sekalipun kebenaran tersebut terkadang pahit.

Saat dia sedang berjalan menuju kantor polisi, tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang aneh. Daerah di sekitar situ memang sepi karena hari sudah mau menjelang malam. Dan Rachel dapat merasakan bahwa ada orang yang mengikutinya. Karena merasa tidak aman, Rachel mempercepat jalannya. Terdengar suara langkah kaki di belakang Rachel yang juga ikut mempercepat langkahnya. Kantor polisi sudah berada di depan matanya.

"Sedikit lagi."

Tiba-tiba ada yang menarik tangan Rachel. Rachel sudah ingin berteriak minta tolong, tapi orang yang berada dibelakang Rachel saat ini sudah lebih dulu menutup mulut Rachel menggunakan kain. Rachel meronta-ronta agar dirinya bisa lepas dari orang yang menggunakan pakaian serba hitam ini. Tapi tenaganya tidak sebanding dengan orang yang berada di belakangnya.

"Pasti dia laki-laki." Batin Rachel.

Terlintas ide untuk melepaskan diri dari orang jahat di belakangnya ini, Rachel akhirnya menendang selangkangan orang yang ada di belakangnya menggunakan lututnya. Dan ternyata benar, orang tersebut kesakitan sambil memegangi tubuh bagian bawahnya. Rachel langsung melepaskan diri, dan sudah ingin berlari kalau saja kepalanya tidak pusing.

Sial, ternyata kain yang dipakai oleh pria ini bukan kain biasa. Melainkan kain yang sudah dicampur oleh obat, dan Rachel sudah terlanjur menghirupnya. Rachel tetap berusaha berjalan kearah kantor polisi walaupun kepalanya sangatlah pusing.

Tetapi baru beberapa langkah, Rachel sudah jatuh tak sadarkan diri. Laki-laki yang tadinya masih kesakitan karena tubuh bagian bawahnya ditendang, berjalan tertatih-tatih menghampiri Rachel dan membawanya ke mobil yang tak jauh dari mereka.

***
Sementara itu, di tempat lain.

"Aduuhh....Rachel kok belom pulang-pulang ya? Udah jam segini juga. Hp nya juga gak aktif" Gumam Brian yang sedang mondar-mandir di dalam kamarnya.

"Brian." Panggil wanita paruh baya dari lantai bawah.

"Iya mah, bentar." Jawab Brian agak sedikit berteriak agar ibunya mendengar dari bawah.

Brian keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga.

"Kenapa mah?" Tanya Brian saat sudah berada di ruang keluarga tempat ibunya berada.

"Kamu tau Rachel dimana?" Tanya mamah Ellen.

Deg.

"Kok jam segini belum pulang ya? Mamah telfon-telfon tapi nomornya gak aktif."

'Brian juga gak tau mah.' Ingin sekali Brian menjawab seperti itu. Tapi dia tidak ingin ibunya khawatir. Dia harus mencari alasan yang masuk akal.

"Euhh...ta, tadi Rachel udah nelfon Brian kok mah. Katanya dia lagi kerja kelompok di rumah temennya. Jadi pulangnya mungkin agak maleman." Jawab Brian agak sedikit tergagap.

"Tenang Brian, tenang."

"Ooh..gitu, tapi kok Rachel gak ngabarin mamah sih?"

"Oh, oohh...mungkin dia lupa. Biasa, gara-gara tugas numpuk banyak." Jawab Brian sambil tersenyum senatural mungkin.

"Tapi perasaan mamah gak enak nih Brian." Ujar mamah Ellen terlihat gelisah.

"Perasaan mamah aja kali." Jawab Brian.

"Iya, semoga aja sih gitu."

"Ya, yaudah Brian mau susulin Rachel dulu ya mah, takutnya nanti dia lupa terus malah kemaleman lagi." Brian langsung mengambil kunci mobilnya dan pergi mencium tangan ibunya.

Psycopath And Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang