Sudah cukup bagi Akatsuki melihat kedekatan Gakushū dan Hakuei. Cemburu? Tentu saja, mereka sudah tunangan dan Hakuei tiba-tiba saja datang.
Akatsuki sudah menyelesaikan segala laporan OSIS dan akan mendaki bukit di belakang sekolah. Dimana Karma? Tentu saja adik yang kurang ajar itu sudah duluan dengan Okuda.
"Huhh... Sudah tiga minggu ya, Hakuei ada disini... Semua ini membuatku tambah lelah..." Akatsuki mendaki bukit dengan tidak semangat.
Tapi tak lama dia menyusuri hutan itu, dia melihat Gakushū dan Hakuei. Oke, ini sudah cukup, Akatsuki ingin sekali melemparkan cincin tunangannya.
"Ne, Gakushū, mau ikut berlatih?" tanya Akatsuki.
"Sepertinya tidak, kalian saja," jawabnya.
"Oh, oke.." Akatsuki meninggalkan mereka berdua.
Akatsuki sampai di kelas 3-E, dia melihat mereka sudah mulai berlatih. Akatsuki langsung mengganti bajunya dan ikut melatih mereka. Anak laki-laki akan dilatihnya dan anak perempuan akan dilatih Karasuma, karena Akatsuki terkadang tidak bisa mengontrol emosi saat ini dan jadi membanting lawannya.
Seterusnya begitu, sampai dua bulan mereka berlatih. Dua bulan ini juga Akatsuki semakin menjauhi Gakushū.
Sampai tiba-tiba saat jam istirahat Akatsuki diajak Hakuei ke belakang sekolah.
"Ada apa, Hakuei?"
"Berhentilah mendekati Gakushū," ucap Hakuei tajam. Dia bahkan sudah memanggil lelaki itu dengan nama kecilnya.
"Oh, oke. Hanya itu kan?" Akatsuki hendak pergi.
Hakuei menahan tangan Akatsuki dan meremasnya kuat, "Aku serius.."
Plakk... Akatsuki menamparnya. "Seharusnya aku yang berkata seperti itu, wanita ular. Menjauhlah darinya, kau hanya masa lalu baginya."
"Begitukah? Kurasa... kaulah yang masa lalunya, Akatsuki. Perjodohan kalian hanyalah hal bodoh. Ku pastikan dia akan membatalkannya," Hakuei berjalan meninggalkan Akatsuki.
Akatsuki tak ingin ambil pusing dan kembali ke kelas. Saat pulang sekolah, seperti biasa Akatsuki akan ke ruang OSIS untuk mengerjakan tugasnya.
Tapi, dia malah melihat pemandangan tak enak. Hakuei menangis dan Gakushū memeluknya. Akatsuki langsung pergi ke kelas 3-E yang ada di belakang bukit sekolah.
Lagi-lagi Akatsuki membanting salah seorang anak laki-laki, untungnya yang terkena bantingannya selalu Karma.
"Hei, Yuki... Kenapa kau selalu membantingku?" Karma berdiri dengan memegang pinggangnya.
"Maaf jika melampiaskan semua padamu, hanya kau yang cukup kuat menahan rasa sakit karena ku banting," Akatsuki mengelus pelan punggung Karma.
Karma tersadar maksud kalimat kakaknya itu dan memeluknya, "maaf, aku tahu... Rasa sakitmu tidak sebanding rasa sakitku... Kau boleh menghajarnya kalau kau mau, atau aku saja yang menghajarnya?" Karma mengelus rambut Akatsuki.
Anak kelas 3-E sudah tahu masalah Akatsuki, jadi mereka sudah harap maklum saja.
"Kenapa tidak batalkan saja perjodohan kalian?" tanya Kayano.
Akatsuki melonggarkan pelukan mereka, "Tidak bisa, Akari. Setidaknya aku harus bisa bertahan sampai natal.. setelah itu terserahnya mau bagaimana," jawab Akatsuki.
Musim panas berakhir, musim gugur datang. Hari semakin mendekati hari natal. Akatsuki sudah tidak peduli dengan Gakushū, karena untuk apa peduli pada orang yang sudah dipedulikan orang lain?
Gakushū agak jengah dengan sikap Akatsuki yang semakin dingin padanya, saat pulang dia menarik Akatsuki ke belakang sekolah.
"Kau kenapa sih, Akatsuki?"
"Tidak ada," Akatsuki menjawabnya dengan datar.
"Lalu kenapa kau bersikap dingin padaku?"
"Aku tidak dingin padamu, itu hanya perasaanmu saja."
"Hanya perasaanku? Kau hanya menjawabku tanpa nada, semua kau jawab dengan datar. Apa kau sudah bosan denganku?"
"Hee... itu seharusnya pertanyaanku lho~~" Akatsuki memainkan nada bicaranya.
"Apa? Kenapa pula itu menjadi pertanyaanmu?"
"Tentu saja, kau lebih banyak meluangkan waktu dengan mantan pacarmu daripada tunanganmu ini. Apa aku salah?" Akatsuki masih memainkan nada bicaranya.
"Itu hanya perasaanmu saja!" Gakushū membentak Akatsuki.
"Kau berubah, Shuu... Ah, tidak.. semua orang memang berubah kan? Jadi, jika itu saja yang ingin kau bicarakan, aku mau pergi berlatih," Akatsuki ingin melewati Gakushū.
Gakushū membantingnya ke dinding, "Kau lah yang berubah! Kenapa kau malah sibuk dengan kemiliteranmu itu? Kau juga menampar Hakuei! Apa kau sadar yang kau lakukan?! Kau juga memanggilku Gakushū!" Gakushū menaikkan nada bicaranya.
Akatsuki menatapnya tajam, "Aku sibuk dengan kemiliteran? Aku sibuk melindungimu, kalau kau lupa. Aku juga sadar aku menampar pacarmu itu, jadi maaf saja. Kurasa juga hubungan kita akan berakhir saat Desember nanti, setelah hari natal jika kau dan orangtuamu masih hidup, aku akan mengakhiri hubungan ini. Hakuei benar, ini hanyalah perjodohan bodoh. Lagipula, kau sudah tidak memanggilku Yuki lagi," Akatsuki meninggalkan Gakushū.
Gakushū terdiam di tempatnya. Bagaimana bisa dia lupa apa yang dikerjakan Akatsuki saat ini.
Akatsuki langsung mengambil tasnya dan melesat ke kelas 3-E. Dia menjadi lebih fokus setelah mengungkapkan semua pada Gakushū.
Sampai tiba-tiba bawahan Karasuma datang dan membawa kamera.
"Ada apa?" tanya Karasuma.
"Ini, salah satu bukti yang ada di sekitar bukit ini saat orang yang bernama Koro-sensei itu berhasil mereka bunuh," wanita yang menjadi tangan kanan Karasuma itu memberikan kamera padanya.
"Baiklah, ada lagi?"
"Tidak, Pak."
"Kau boleh pergi."
"Baik, Pak," bawahannya itu pun pergi.
Karasuma menatap kamera itu dan memutuskan untuk melihat memori rekaman itu bersama kelas 3-E, tapi dia masih belum yakin dengan isi rekaman itu.
To be Continued
02 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Gustas Tu (Asano x OC)
Fanfiction"Me gustas tu" berasal dari bahasa Prancis yang berarti "Aku menyukaimu", Me Gustas Tu juga merupakan judul lagu Gfriend. Asano Gakushū dan Akabane Karma kembali bersaing di SMA Kunugigaoka. Di tahun kedua mereka, kembaran si Setan Merah datang dan...