Aku Bisa Lebih Licik Darimu

144 21 8
                                    

Akatsuki, Kurama, dan Gakuhou dirawat di rumah sakit militer. Gakushu sesekali menjenguk mereka, tentu saja bersama ibunya dan Karma.

Sudah dua bulan tapi Akatsuki masih belum sadar juga. Kurama sembuh lebih cepat dari Gakuhou, saat ini dia dan Gakushu ada di ruang rawat Gakuhou.

"Jadi, Kurama... Bagaimana dengan perusahaan mertuamu?" tanya Gakuhou.

"Begitulah, saat ini ji-san masih memegang perusahaan, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi aku takut kalau kedua abang iparku kembali berulah, ditambah saat ini Yuki masih belum sadar...." Kurama mengusap wajahnya risau.

"Memangnya mereka tidak tahu masalah Gakushu yang akan memegang perusahaan?" tanya Gakuhou.

Tangan Gakushu yang sedang mengupas buah terhenti sesaat, "Mungkin karena mereka belum tahu kami bertunangan?"

"Tidak, mereka sudah tahu.." Karma muncul di pintu.

"Kau ini memang seperti setan ya? Suka sekali muncul tiba-tiba," sindir Gakushu.

"Hoho maaf saja Tuan Sempurna, aku kan memang Red Devil~~" Karma mengambil buah yang sudah dikupas Gakushu.

"Hei itu untuk ayahku!" pekik Gakushu.

Karma mengacuhkannya dan memakan buah itu.

"Seandainya saja itu apel beracun, kau pasti sudah mati..." Gakushu menatap Karma sinis.

"Seandainya hanya tinggal seandainya. Jangan lama-lama menatapku, kau membuatku takut.." Karma malah bercanda.

"Kau bisa takut juga?" Gakushu sedikit heran.

"Kau lupa pembicaraan di helikopter waktu itu?" Karma malah tersenyum evil karena dia tahu Gakushu ingin sekali melupakan hal itu.

"Argh dasar setan!! Pergilah kau!!" sesuai dugaan Karma, Gakushu melempar pisau buah yang di tangannya.

"Kalian ini tak bisakah akur?" tanya Kurama.

"Mustahil!!" ujar Gakushu.

"Jadi, apa maksudmu mereka sudah tahu?" Gakuhou kembali ke topik awal.

"Setelah pulang dari Kyoto waktu itu, mereka datang dan aku mengancam mereka sekaligus membawa nama Gakushu. Di kalangan pebisnis, nama si Tuan Sempurna ini sudah sangat dikenal..." Karma berkata dengan nada sedikit tak suka.

"Dan di kalangan preman, namamu sangat terkenal..." sambung Gakushu.

"Hee.. bukankah itu bagus? Mereka tidak akan menyakiti orang terdekatku~~" ujar Karma.

"Ah begitu ya... Atau mungkin, karena kau tidak mau berurusan dengan orang suruhan pamanmu, kau membawa nama Gakushu, dengan begitu Gakushu lah yang diincar kan?" tebak Gakuhou.

"Waahhh, Anda memang pintar... Tiga lebih baik daripada dua kan?" ujar Karma, lalu dia melihat HP-nya dan tersenyum singkat.

"Nah, aku pergi dulu. Jaa~~" Karma keluar dari ruangan.

"Mau kemana dia?" tanya Gakuhou.

"Ini hari Minggu... Kemungkinan dia akan pergi dengan Okuda-san atau mencari perhatian pada orangtua Okuda-san, namanya sudah terlanjur buruk..." wajah Kurama menjadi masam di kata-kata terakhirnya.

"Hahaha, dia sangat mirip denganmu dulu... Kau sampai harus berjuang keras agar mertuamu mau menerimamu..." Gakuhou menertawakan sahabatnya itu.

"Diamlah... Aku ini memang bukan sepertimu yang selalu menjaga image!" Kurama kesal dengan Gakuhou.

HP Kurama berdering dan dia menjauh sedikit dari ayah anak itu untuk mengangkat telpon. Tak lama kemudian dia kembali dengan wajah yang menggelap.

"Ada apa?" tanya Gakuhou.

"Ji-san... Meninggal karena serangan jantung..." ucapan Kurama sukses membuat Gakuhou dan Gakushu terpatung.

"Ji-san akan dimakamkan hari ini juga.." sambung Kurama

"Aku ikut.." Gakuhou ingin beranjak dari kasur rawatnya.

"Kau masih sakit, Gaku!!" Kurama sedikit berteriak, membuat Gakuhou dan Gakushu tersentak.

"Mau bagaimana pun... Dia juga orang yang sangat baik padaku, mana mungkin aku tidak kesana?" Gakuhou menunduk dalam, terakhir kali dia bertemu dengan mertua Kurama sebelum dia diculik Hakuei sehari sebelum natal.

"Seharusnya aku keluar dari sini tiga hari lagi, jadi tak masalah.." pinta Gakuhou.

"Baiklah, tapi... Siapa yang menjaga Yuki?" Kurama tak mungkin menyuruh Gakushu yang disana.

"Ada apa dengan Yuki, Jenderal?" Subaru muncul dengan memakai seragam militernya.

"Oh, Subaru kebetulan... Kenapa kau disini?" tanya Kurama sedikit berbasa-basi.

"Hanya ingin menjenguk Yuki sekaligus melaporkan misi pada Anda karena Anda tidak ada di markas..." Subaru masih stay cool seperti biasa.

"Laporan misinya nanti saja, mertuaku meninggal dan harus ada yang menjaga Yuki. Jadi, Subaru... Kau temannya sejak SMP dan kau juga sangat dekat dengannya, aku percayakan dia padamu," Kurama menepuk kedua pundak Subaru.

Subaru diam sesaat, "Baiklah, saya mengerti, Jenderal."

"Hahaha, kau ini memang kaku ya, Subaru. Jangan terlalu kaku begitu..." Kurama menertawakan sikap Subaru.

Subaru memang tidak mau terlalu kaku saat ini, tapi tatapan mengintimidasi dari duo lipan itu membuatnya menjadi kaku.

Setelah menghubungi Karma dan ibu Gakushu, mereka pergi ke tempat pemakaman mertua Kurama.

Abang ipar tertua Kurama membuat alibi agar perusahaan dia yang pegang, tentu saja hal itu sangat terbaca oleh mereka, Karma saat ini sangat ingin menghajar pamannya itu tapi dia tahu ini tempat yang tidak pantas untuk adu kekuatan.

Gakushu juga ingin menghajar orang itu, tapi dia tetap menjaga sopan santunnya dan mengingat kondisi Akatsuki saat ini. Dia juga tidak ingin disebut perebut warisan, mau bagaimana pun menurut garis keturunan memang orang ini yang pantas atas perusahaan itu.

'Lihat saja nanti kapan kalian membutuhkanku di perusahaan itu...' batin jiwa lipan Gakushu. 'Kau licik, aku bisa lebih licik darimu,' jiwa lipannya semakin bangun.

















To be Continued

22 Mei 2020

Me Gustas Tu (Asano x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang