Akatsuki kembali setelah selesai berjalan-jalan dengan Subaru. Jangan salahkan Akatsuki jika dia berpikir untuk bercerai karena Subaru jauh lebih perhatian daripada Gakushu.
Malam ini Gakushu pulang lebih awal, dia melihat Akatsuki duduk di meja makan dan beberapa hidangan ada di atas meja.
"Kau akhir-akhir ini pulang terlambat, kenapa?" tanya Akatsuki.
"Ada urusan kantor," jawab Gakushu acuh.
"Urusan kantor atau urusan ranjang dengan wanita lain?" ketus Akatsuki.
"Aku baru pulang dan kau bertanya begitu?!" bentak Gakushu.
"Aku kan hanya bertanya, apa salahnya?" Akatsuki memakai nada meledeknya.
"Kau ini! Kan sudah ku jawab!" Gakushu membentaknya lagi.
Mereka makan dengan diam dan Gakushu langsung ke kamar. Lagi-lagi Gakushu tidak 'menyentuh'nya.
Pagi harinya Akatsuki langsung memasak dan membangunkan Gakushu. Di ruang makan mereka juga saling diam.
"Aku akan pulang terlambat, tidak perlu menungguku," ujar Gakushu sebelum pergi.
Akatsuki pergi ke sekolah Kunugigaoka untuk mengajar, seperti biasanya para murid melakukan apa pun untuk memukul Akatsuki. Sayangnya mereka kembali gagal.
"Ne, Sensei... Sensei kan lulusan Harvard, menantu kepala sekolah lagi... Memangnya Sensei tidak malu mengajar kelas buangan seperti kami?" ujar salah satu muridnya.
"Untuk apa Sensei malu? Seharusnya Sensei bangga karena bisa mengajar kalian, untuk apa mengajar orang yang sudah pandai kan? Kalian lebih membutuhkan Sensei daripada mereka, mengajar mereka juga tidak terlalu enak, mereka terlalu fokus, tidak cocok dengan Sensei yang sering bermain-main ini..." Akatsuki tersenyum pada murid-muridnya.
Akatsuki mengajar mereka walau beberapa kali muridnya ada yang menyerangnya. Tapi tentu saja usaha anak muridnya gagal. Akatsuki pulang setelah berkunjung ke bukit belakang Kunugigaoka.
Akatsuki menunggu Gakushu pulang walau si lelaki menyuruhnya jangan menunggunya. Akatsuki tiduran di sofa sambil menonton tv. Gakushu pulang dan melihat Akatsuki ada di sofa.
"Sudah kubilang jangan menungguku," Gakushu langsung ke kamar.
Akatsuki mengikuti Gakushu, dia mengambil mantel Gakushu yang diletakkan empunya di atas tempat tidur dan menggantungnya.
Gakushu tiduran di kasur dengan lengannya menutupi matanya. Akatsuki duduk di sampingnya dan mengusap rambut oranye lelaki itu.
Gakushu sedikit menepiskan tangannya, "jangan sentuh, panas!"
Akatsuki menjauhkan tangannya dan menghidupkan AC ruangan itu, "kau tidak mau makan dulu?"
"Aku sudah makan," jawab Gakushu singkat.
"Ne, Shuu... Kau berubah," ujar Akatsuki sendu.
"Kaulah yang berubah," Gakushu menjawabnya ketus.
"Hah? Kenapa aku?" Akatsuki sedikit bingung.
"Ya, masakanmu sedikit bermasalah, kau jarang berbuat baik padaku, kau bahkan tidak bisa membahagiakanku," Gakushu malas melihat Akatsuki.
"A-apa? Kau..." Akatsuki tak bisa berucap lagi.
"Kau bahkan gemukan makanya jangan terlalu banyak makan yang manis-manis, argh... Kau sangat berbeda dengan Miku, entah kenapa dulu aku malah memilih menikahimu," Gakushu keluar dengan membanting pintu.
"Apa ku gugurkan saja ya anak ini?" gumam Akatsuki sambil mengelus perutnya. Dia tak mau ambil pusing dan memilih untuk tidur.
Esok paginya, Akatsuki tak mendapati Gakushu di sebelahnya, tapi rasanya biasa saja baginya, dia mandi dan berpakaian kerja lalu langsung pergi tanpa memasak ataupun makan, dia memutuskan untuk makan di cafe saja.
Sialnya, di cafe dia bertemu dengan Gakushu dan gadis yang waktu itu. Dia acuh saja dan makan dengan tenang, gadis itu mendekati Akatsuki.
"Boleh kami duduk disini? Meja yang lain sudah penuh?" tanya gadis itu dengan polosnya.
"Hmm, silahkan saja," Akatsuki nampak acuh.
Akatsuki makan dengan tenang tanpa menghiraukan kedua orang yang ada di depannya, dia mendapat telpon dari Subaru dan langsung mengangkatnya.
"Moshi, moshi, doushite Subaru?" Akatsuki benar-benar mengacuhkan kedua orang di depannya.
"...."
"Aku masih makan, lagipula aku akan berangkat ke sekolah, mertuaku itu tidak suka sikap tidak disiplin," ujarnya ditelpon.
"...."
"Iya, akhir pekan mungkin aku bisa, kau tahu aku cukup sibuk dengan anak-anakku."
"...."
"Arigatou, jaa..." Akatsuki menutup telponnya.
"Kau kan tidak punya anak?" tanya gadis di depannya.
"Jadi? Sebagai guru, aku adalah orang tua mereka di sekolah. Aku mengajar di kelas buangan dimana anak-anak itu bahkan tidak dianggap oleh orang tua mereka dan dianggap sudah mati. Biar saja aku tidak punya anak, aku memiliki banyak anak yang lebih membutuhkan perhatianku," ujar Akatsuki lalu memakan burgernya.
"Hahaha... Lucu sekali... Begitukah kau menghibur dirimu? Wanita yang cacat memang akan berkata begitu..." ujar gadis itu lagi.
"Lalu kenapa? Lebih baik tidak memiliki anak daripada mengandung saat suamiku selingkuh dengan sekretarisnya. Ah dan juga, Asano-kun, urus saja perceraian secepatnya. Cepat urus atau kau dan pacarmu ini mati di tanganku, jangan lupa kalau aku ini dulunya pembunuh," Akatsuki kembali makan dengan tenang dan langsung pergi tanpa mengatakan apa pun pada mereka.
Sore harinya, Akatsuki pergi ke rumah Subaru, dia hanya ingin menenangkan pikirannya.
To be Continued
27 Mei 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/214985043-288-k445797.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Gustas Tu (Asano x OC)
Fanfiction"Me gustas tu" berasal dari bahasa Prancis yang berarti "Aku menyukaimu", Me Gustas Tu juga merupakan judul lagu Gfriend. Asano Gakushū dan Akabane Karma kembali bersaing di SMA Kunugigaoka. Di tahun kedua mereka, kembaran si Setan Merah datang dan...