Semakin malam udara dingin juga semakin terasa. Akatsuki semakin merapatkan selimutnya, rasa nyeri di punggungnya semakin terasa dan membuatnya semakin menggigil kedinginan. Kayano yang tidur di samping kirinya terbangun karena mendengar suara erangan kecil dari Akatsuki, Okuda yang tidur di samping kanannya juga ikut terbangun.
"Yuki, kau baik-baik saja?" tanya Kayano.
"Sakit... Dingin... Akari ambilkan tasku.. tolong..." Akatsuki bahkan kesulitan berbicara.
Kayano langsung mengambil tas Akatsuki, "Mau minum obat? Botol warna apa?" tanya Kayano.
"Merah..." gumam Akatsuki.
"Akan kuambilkan minum.." Okuda langsung bangkit dan mengambil air mineral botol yang memang mereka sediakan sekotak di ujung kelas.
Setelah meminum obatnya, Akatsuki semakin mengerang kesakitan dan memegang kepalanya yang terasa pening, membuat semua anak perempuan dan Irina yang ada di kelas itu terbangun.
"Aaaghhh, ittai...." Akatsuki kembali mimisan, Irina langsung memberi tisu padanya, Kayano mengambil tisu itu dan menyeka lembut darah yang keluar dari hidung Akatsuki.
"Okuda!! Panggilkan Karma dan Gakushū!! Mereka pasti satu tenda!!" Kayano langsung panik.
Okuda langsung berlari keluar dan mencari tenda yang diketahuinya milik Karma.
"Karma-kun... Akatsuki-san kesakitan...." teriak Okuda pelan agar yang lain tidak terbangun.
Lalu tenda itu terbuka, Karma dan Gakushū langsung keluar.
"Ada apa kali ini?" tanya Karma agak kuat.
"A-aku tidak mengerti... Sedari tadi dia mengeluh sakit..." Okuda langsung menuntun mereka ke dalam kelas.
Anak laki-laki mendengar Karma meninggikan suaranya juga ikut terbangun, mereka juga mengikuti Okuda ke kelas.
Anak perempuan langsung memberi jalan pada duo rival itu untuk mengecek si gadis merah.
"Yuki... Ada apa?" tanya Gakushū lembut sambil memegang tangan Akatsuki yang gemetaran dan menggantikan Kayano menyeka darah di hidung Akatsuki.
"Ittai... Hiks..." Akatsuki menangis menahan rasa sakitnya.
Karma hanya berdiri di dekat mereka, rasa takut terpancar jelas di matanya. Tangan Karma sedikit bergetar karena takutnya. Beberapa orang disana menyadari bahwa si Setan Merah yang tak pernah setakut itu jadi merasa sedikit iba padanya mengingat Yuki satu-satunya saudaranya yang hidup.
Okuda berdiri di samping Karma dan menggenggam tangannya lembut, mencoba menenangkannya. Karma sedikit tersentak dan menoleh pada Okuda, Okuda tersenyum menenangkan dan sukses membuat Karma sedikit tenang.
Akatsuki bergumam pelan, hanya Gakushū yang bisa mendengar gumamannya itu, Gakushū juga membisikkannya agar dia tenang. Darah yang keluar dari hidung Akatsuki juga sudah berhenti, tapi tubuh Akatsuki masih bergetar kesakitan. Gakushū memeluknya dan sedikit mengusap punggungnya, mencoba mengurangi rasa sakit di punggungnya.
Erangan kesakitan Akatsuki mereda dan menyisakan suara isakan pelan darinya. Karma yang melihat itu juga menjadi tenang.
Gakushū melonggarkan pelukannya dan berbisik pada Akatsuki, Akatsuki membalasnya dengan anggukan kecil.
Gakushū menoleh pada Karasuma, "Karasuma-sensei, apa ruang guru di bangunan ini bisa kami pakai? Aku harus mengurus sesuatu..." ujar Gakushū.
"Oi apa yang mau kau lakukan pada kakakku, hah?!" Karma sedikit marah dengan perkataan Gakushū.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh!! Kau pikir aku ini lelaki macam apa? Walau kami sudah tunangan tapi tak mungkin aku melakukan 'itu' dengannya!!" Gakushū tak terima disangka akan melakukan hal yang tidak senonoh.
Gakushū menghela napasnya, "Karma... Kau tahu seberapa bertanggung jawabnya diriku. Ayahmu yang menyuruhku menjaga kakakmu, tak mungkin kukhianati kepercayaan Ji-san... Lagipula mereka sudah sepakat kami akan menikah lima tahun lagi dan itu bukanlah waktu yang lama bagiku..."
"Ruang guru memang tidak terpakai, tapi anak-anak sudah membersihkannya. Lakukan apa yang harus kau lakukan," Karasuma memberi izin padanya.
Gakushū mengambil tas Akatsuki dan menggendong Akatsuki ala bridal. "Karma, tolong bawakan futonnya," ucap Gakushū lalu meninggalkan mereka semua di ruang kelas. Karma menggulung futon milik Yuki dan mengikuti mereka.
Saat sudah sampai di ruang guru, Karma langsung membentang futon itu dan meninggalkan mereka berdua. Gakushū menurunkan Akatsuki dan mengunci pintu itu, dia juga menutup jendela ruang guru dengan tirai yang memang ada disitu.
"Bisa membukanya sendiri?" tanya Gakushū lembut. Akatsuki menggeleng lemah.
"Baiklah..." Gakushū duduk di belakangnya dan membantunya membuka bajunya, lalu 'benda' itu muncul dari tubuhnya dan bergerak bebas.
Gakushū lalu mencari kotak kecil di tas Akatsuki dan membukanya, kotak itu berisi suntikan dan serum berwarna merah. Gakushū memasang jarum suntik ke suntikan itu dan mengisi suntikan itu dengan serum merah itu.
Gakushū membasahi sedikit kapas dengan alkohol yang ada di tas Akatsuki dan menyapukannya di tempat yang akan disuntiknya.
"Mungkin akan sedikit lebih sakit dari biasanya, tahan oke?" Gakushū mulai menyuntikkan serum itu ke punggung Akatsuki, tempat 'benda' itu keluar.
Setelah selesai, Gakushū membereskan semuanya, "Mau kutemani tidur?" ujarnya lembut. Akatsuki mengangguk pelan.
"Baiklah..." Gakushū meletakkan tas Akatsuki di ujung ruang guru itu. Lalu membantu Akatsuki berbaring.
"Mau kunyanyikan lagu tidur?" tanya Gakushū sambil membaringkan diri di samping Akatsuki dan menyelimuti tubuh mereka.
"Aku bukan anak kecil..." gumam Akatsuki.
Gakushū terkekeh pelan dan mengusap lembut rambut Akatsuki, "Cobalah untuk tidur..."
Mata Akatsuki terpejam dan napasnya mulai teratur pelan. "Kenapa kau tidak memberitahu yang lain saja, Yuki? Mereka akan salah paham jika aku yang membantumu menyuntikkan serum itu..." bisik Gakushū. Tak lama kemudian Gakushū ikut terlelap.
To be Continued
14 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Gustas Tu (Asano x OC)
Fanfiction"Me gustas tu" berasal dari bahasa Prancis yang berarti "Aku menyukaimu", Me Gustas Tu juga merupakan judul lagu Gfriend. Asano Gakushū dan Akabane Karma kembali bersaing di SMA Kunugigaoka. Di tahun kedua mereka, kembaran si Setan Merah datang dan...