Curiga

186 23 7
                                    

Sudah dua tahun pernikahan Gakushu dan Akatsuki, tapi mereka belum memiliki anak, wajar saja karena efek samping percobaan pada tubuh Akatsuki membuatnya sulit mendapatkan anak.

Pagi itu, Akatsuki memasak seperti biasa dan bersikap seperti biasa, tapi Gakushu terlihat sama sekali tak tertarik dengan semua yang dilakukan Akatsuki seperti biasanya, bahkan dia tidak menanyakan apa yang Akatsuki masak pagi itu, dia hanya diam dan langsung pergi setelah makan.

'Mungkin dia buru-buru?' batin Akatsuki.

Gakushu bahkan entah kenapa tidak 'menyentuh'nya tiga hari belakangan ini. Tapi semua terlihat normal di mata Akatsuki, dia hanya berpikir positif dengan semua kelakuan tak biasa Gakushu.

Esoknya juga seperti itu, Gakushu pergi setelah makan, tanpa berbicara sedikit pun pada Akatsuki, saat pulang kerja sudah pasti Akatsuki sudah tertidur karena Gakushu pulang jam satu atau setengah dua malam.

Pagi ini, Akatsuki memberanikan diri untuk bertanya.

"Shuu, apa kau sibuk akhir-akhir ini?" tanya Akatsuki lembut. Gakushu hanya berdeham sebagai jawaban.

"Shuu, apa akhir pekan kau juga sibuk? Aku ingin ke bukit belakang Kunugigaoka," ujar Akatsuki lembut.

"Aku sibuk, pergi saja sendiri," jawab Gakushu dengan cepat.

"Ooh, ok," Akatsuki masih berpikir positif.

Akhir pekan, Akatsuki benar-benar pergi sendiri ke bukit belakang Kunugigaoka. Sorenya dia mampir ke cafe yang sering didatanginya dengan Gakushu, tapi dia malah melihat sesuatu yang sangat menyakitinya.

"Pesan saja apa yang mau kau pesan," Gakushu berbicara dengan gadis yang datang bersamanya.

Akatsuki duduk di ujung cafe dengan membelakangi arah orang masuk dan dengan kemampuan assassin-nya tidak akan ada orang yang sadar kalau dia disitu kecuali dengan sengaja melihat kesitu.

'Siapa gadis itu?' batin Akatsuki yang menoleh karena mendengar suara Gakushu.

"Mungkin rekan bisnisnya?" Akatsuki masih berpikir positif, dia melanjutkan memakan burgernya.

Gakushu dan gadis itu duduk di belakang Akatsuki, tentu saja Akatsuki bisa mendengar semua pembicaraan mereka, telinganya cukup sensitif dari dulu.

"Apa istrimu tidak marah jika kau jalan denganku?" tanya gadis itu.

"Dia tak punya hak untuk marah," jawab Gakushu.

'Hei... Aku juga bisa marah tahu!!' batin Akatsuki.

"Gakushu-kun, kenapa kau memilihnya dibandingkan aku yang jelas-jelas jauh lebih baik darinya? Dia hanya guru untuk kelas buangan sedangkan aku adalah sekretarismu, aku juga jauh lebih cantik darinya, tubuhku juga lebih bagus darinya, aku lebih sering bersamamu dibandingkan dengannya. Jadi apa yang membuatmu bertahan dengan wanita yang jelas-jelas tidak bisa memberikan anak padamu?" desak gadis itu.

"Kalian dijodohkan kan? Lalu kenapa kau mau dengan wanita cacat sepertinya? Lebih baik denganku kan?" gadis itu mendesaknya lagi.

Gakushu tak menjawab, entah kenapa rasanya yang dikatakan gadis di depannya ini benar.

"Ya, kau memang benar. Tapi walau aku sudah tidak mencintainya lagi, orangtuaku tidak akan mau kami bercerai," jawabnya enteng.

'Cerai ya... Jadi apa selama seminggu ini kau mengabaikanku karena gadis ini?' Akatsuki membendung air matanya.

Akatsuki tetap berada disana, takut jika dia mendengar setengah-setengah malah menjadi salah paham. Tapi tidak, gadis itu dan Gakushu malah membahas hal-hal romantis yang tidak pernah dibahas dengannya.

Gakushu dan gadis itu pergi dari cafe itu, Akatsuki juga menyelesaikan makannya dan pergi ke rumah Subaru yang ada di Tokyo, sebuah keberuntungan karena Subaru sedang ada di rumah. Akatsuki menceritakan semua pada Subaru dan Akatsuki meminta untuk menginap disana, Subaru mengijinkannya dan memberikan baju ganti pada Akatsuki.

Subaru ingin sekali menghajar Gakushu, tapi dia tidak ingin Akatsuki marah padanya karena mengambil keputusan tanpa persetujuan Akatsuki.

Pagi harinya, Akatsuki merasa sangat tidak enak badan, Subaru memeriksanya dan tidak ada yang aneh.

"Tidak ada yang aneh darimu, Yuki.." ujarnya lembut.

"Mual... Kepalaku juga seperti berputar.." Akatsuki semakin mendekap bantal gulingnya.

Tiba-tiba Akatsuki bangkit dan berlari ke kamar mandi yang ada di kamar itu, dia memuntahkan semua isi perutnya. Subaru mengusap-usap tengkuk wanita itu, mencoba meredakan rasa mualnya.

"Kita ke dokter ya? Ayo kuantar kau pulang dan ganti baju," Subaru menarik pelan tangan Akatsuki setelah Akatsuki membersihkan muntahannya.

Akatsuki langsung berganti baju saat sampai di rumahnya, lalu dia langsung pergi dan mengirim pesan singkat pada Gakuhou kalau dia tidak bisa mengajar hari ini karena sakit.

Dokter yang memeriksa Akatsuki hanya tersenyum dan memanggil dokter yang lain, dokter kedua juga tersenyum dan menghampiri Subaru.

"Selamat Tuan, istri Anda hamil dan sudah satu minggu, rasa mual di pagi hari memang umum terjadi saat hamil muda, sebaiknya jangan bebankan pikiran dan tubuhnya, berikan makanan yang bergizi dan lebih perhatikan dia," ujar dokter itu. Dokter itu lalu menulis resep obat untuk Akatsuki dan memberikannya pada Subaru.

"Ah, baiklah, terimakasih banyak Sensei.." Subaru lalu membantu Akatsuki turun dari ranjang pasien, Akatsuki terkejut dengan yang dikatakan Subaru, setelah mengambil obat mereka langsung pergi.

"Kenapa dengan ekspresimu itu? Seharusnya kau senang kan?" Subaru sesekali melirik Akatsuki dari kursi kemudinya.

"Memangnya aku akan senang saat suamiku selingkuh di kehamilan pertamaku?" gumam Akatsuki tapi masih bisa di dengar Subaru.

"Sudahlah... Lakukan saja yang terbaik, oke? Jika kau tidak tahan di rumahnya, datang saja ke rumahku, jika saat syuting biasanya ada maid di rumahku," Subaru mengusap lembut rambut Akatsuki.

"Terimakasih, Subaru.." Akatsuki tersenyum manis padanya.

"Sama-sama... Hei jagoan kecilku.. ini paman Subaru... Tumbuhlah yang sehat di perut ibumu dan jangan terlalu menyusahkannya, cukup ayahmu saja yang menyusahkannya..." Subaru sedikit mengelus perut Akatsuki yang masih datar.

Akatsuki tertawa pelan, Subaru mengajaknya ke cafe untuk sarapan karena mereka berdua belum sempat sarapan tadi pagi.


















To be Continued

27 Mei 2020

Me Gustas Tu (Asano x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang