SEUTUHNYA.

1.6K 98 0
                                    

HEEE INI PLEASE JANGAN DIBAWA PERASAAN. ADEGAN INI BUKAN UNTUK DEDEK PIYIK-PIYIK PLEASE.

INI FIRST AKU BIKIN ADEGAN SEINTIM INI, AKU NGGAK TAU LAGI GIMANA CARANYA BIKIN ADEGAN BEGINI, PLEASE KALO TERKESAN KAKU ATAU ANEH JANGAN DI HUJAT :)

FIA UDAH GEDE, UDAH GEDE... SUERRR...

🌻🌻🌻🍁🍁🍁🌻🌻🌻


Hujan mengguyur dengan begitu deras, suara kilatan petir terdengar memekakkan telinga. Clara bergetar ketakutan dan tidak bisa tidur. Merasa terganggu karena gerakan Clara membuat Arfa membuka matanya.

"Kenapa?" tanya Arfa dengan suara parau, khas suara orang yang baru saja bagun tidur.

Clara yang bersembunyi di balik selimut mengintip Arfa. "Takut. Petirnya kenceng banget..." adunya dengan suara bergetar.

Arfa mendekat dan meraih pinggang Clara. Lelaki itu membawa Clara ke pelukannya. Clara menyembunyikan wajahnya di dada bidang Arfa.

Mereka diam di posisi saling memeluk sampai suara guntur begitu kencang membuat Clara terlonjak dan menutup telinganya.

Arfa menyibakkan selimut yang menutupi kepala Clara, kini Arfa dapat melihat Clara yang menangis ketakutan. Arfa merenggangkan pelukannya dan menghapus air mata istrinya.

"Sstt... Jangan takut, ada aku."

Clara terisak, ia mendongak menatap Arfa dengan mata berkaca-kaca. "Nggak bisa, petirnya gede banget... Hiks..."

Arfa menatap Clara, tangannya terulur untuk menyingkirkan rambut Clara yang menutupi wajah. "Petirnya nggak akan lama, mending kamu tidur, besok pagi pasti udah ilang."

Clara sebenarnya ingin tidur, tapi semenjak pulang dari rumah Tio tadi Clara terus ketakutan terlebih malam ini hujan lebat di temani suara petir yang menggelegar. Clara tidak tahu mengapa ia sampai ketakutan begini dengan petir, apakah karena kejadian waktu itu? Saat ia terkunci di gudang kampus karena di kurung oleh temannya yg tak menyukainya? Mungkin bisa juga.

Melihat Clara yang memandangnya dengan tatapan kosong membuat Arfa menunduk dan mengecup bibir Clara. Clara kembali pada kesadarannya dan memukul dada Arfa.

"Nyari kesempatan!" serunya.

Arfa terkekeh. Tak lama kemudian keduanya kembali saling pandang, Arfa mendekatkan wajahnya membuat Clara reflek memejamkan matanya. Keduanya hanyut dalam cumbuan, bahkan suara petir yang terdengar keras tak lagi membuat Clara ketakutan.

Arfa merapatkan tubuh Clara dan keduanya terus bercumbu. Suasana menjadi panas didukung dengan kamar yang hanya di sinari oleh lampu tidur.

"Kamu siap?"

Clara terdiam sejenak, Arfa mengerti dan memilih menunggu jawaban Clara. Keduanya juga pertama kali melakukan itu jadi Arfa tidak bisa memaksa Clara jika belum siap.

Clara merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat, sekarang ia bisa memastikan bahwa wajahnya merona. Beruntung pencahayaan di kamar ini minim. Bagaimana ini? Apakah sekarang? Jika iya, maka dirinya seutuhnya adalah milik Arfa. Tapi, apakah ini waktunya?

Dengan menatap Arfa ia mengangguk pelan. Meskipun ragu tapi Clara juga tahu, menolak hak suami adalah dosa. Clara sudah memantapkan hatinya untuk merelakan semuanya pada Arfa. Arfa tersenyum tipis, ia mengecup kening Clara lama membuat Clara menutup mata.

Arfa menatap Clara seolah meminta persetujuan. Clara mengangguk pelan dan Arfa memulainya.











































































ARCLA 2 (Colors )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang