PENANTIAN

799 67 2
                                    

ALOHA! JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM @rubanabe KALIAN BISA SHARE PENGALAMAN KALIAN BACA CERITA-CERITA FIA, JANGAN LUPA DI TAG :)

YUK BELAJAR MENGHARGAI DAN APRESIASI KARYA SESEORANG DENGAN DUKUNG DISETIAP KARYANYA. DITUNGGU VOTE DAN KOMENNYA :)

HAPPY READING!

***

Arfa dan Aldo memasuki ruangan, dimana ruangan tersebut di dominasi dengan beberapa tahanan.

Perlahan tapi pasti kini ia melihat sosok mengerikan di balik jeruji besi terlihat tengah meratapi nasibnya. Senyum miring Arfa langsung terlihat.

Lain dengan Aldo yang terlihat risih sebab begitu ia masuk para narapidana mengamatinya --tepatnya ia dan Arfa-- sampai berhenti di depan sel tahanan yang hanya berisi satu orang.

Mata Aldo mendelik kaget saat Arfa menendang pelan jeruji besi dengan wajah meremehkan, aksi tersebut berhasil menyita sosok di balik jeruji.

"Bagaimana? Apa kabar?"

Roy. Dia adalah sosok yang berada di balik jeruji. Melihat kehadiran Arfa membuat Roy naik pitam, matanya memerah, wajahnya seolah murka.

"Brengsek!"

Arfa terkekeh ringan, sekarang dia tidak terlihat seperti Arfa yang tenang dan santun. Sekarang Arfa mendadak berubah seolah menjadi psycho. Dia tertawa di atas penderitaan orang lain.

"Ngaca!" sentaknya, kembali menendang jeruji penjara tersebut. "Di sini lo yang brengsek, bodoh."

Aldo memegang lengan Arfa, berusaha memperingatkan Arfa bahwa sekarang is menjadi pusat perhatian beberapa narapidana dan polisi yang sedang bertugas menjaga sel tahanan.

Sayangnya Arfa mengabaikan peringatan tersebut dan berjongkok sejajar dengan Roy.

"Ini belum seberapa, Roy. Lo udah berani mengusik keluarga gue dan menyakiti keluarga lo sendiri," katanya, sekali lagi, dengan mimik wajar puas. "Selamat menikmati kehidupan baru, kehidupan terbatas dan bersama penyesalan."

Roy semakin naik pitam, ia langsung mendekat dan mengulurkan tangannya melewati sel tahanan. Bersiap untuk mencekik Arfa.

Sayangnya usaha itu gagal. arfa memiliki reaksi yang cukup cepat sehingga ia menghindar dan berdiri. Dengan gamblangnya ia menendang tangan Roy ysng berusaha meraihnya.

"Selamat bertemu di pengadilan," ucap Arfa kemudian meludah sedikit ke arah Roy. "Gue pastikan lo mendekam di balik jeruji sampai nafas terakhir lo."

Setelah mengucapkannya, Arfa lekas berbalik meninggalkan Roy yang berteriak lantang ditemani sumpah serapah dan emosi yang meledak-ledak.

🌻🌻🌻🍁🍁🍁🌻🌻🌻

Helaan napas terdengar entah sudah kesekian kalinya, membuat Arfa yang sedang mengemudikan mobil terganggu.

"Sekali lagi lo napas, gue turunin saat itu juga."

Aldo, yang sedang sibuk dengan ponselnya melirik sinis Arfa.

"Mati kalo gue gak napas bego!" kesalnya.

Aldo mengacak rambutnya frustasi. Hari ini tiba-tiba saja Arfa menjemputnya ke kantor dan beralasan mengajaknya ke suatu tempat. Ternyata tempat yang dimaksudkan oleh Arfa adalah penjara, tepat dimana seseorang yang telah berurusan dengan Arfa tertangkap.

"Gara-gara lo, gue jadi batalin makan siang sama Gea!" serunya, memperlihatkan layar ponsel ke Arfa. "Gea marah gara-gara gue tiba-tiba batalin janji makan siang sama dia!"

ARCLA 2 (Colors )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang