SLOGAN KB

906 66 4
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM @rubanabe KALIAN BISA SHARE PENGALAMAN KALIAN BACA CERITA-CERITA FIA, JANGAN LUPA DI TAG :)

HAPPY READING! YUKKK BELAJAR MENGHARGAI KARYA SESEORANG DENGAN SELALU BERI DUKUNGAN DI SETIAP KARYANYA. DITUNGGU VOTE DAN KOMENNYA :)

***

"Dua anak cukup!"

Ya, seruan itu berasal dari Clara. Memiliki Genta dan Giana sudah lebih dari cukup. Hal yang membuat Clara di bikin pusing tujuh keliling adalah keseharian setelah melahirkan Giana. Berbeda dengan Genta waktu dulu, dimana Genta anteng dan tidak rewel sedangkan pada Giana. Dia rewel, cengeng, dan wahhh Clara hampir saja angkat tangan mengurus putri satu-satunya itu.

"Arfa! Genta mau mandi!"

Arfa yang baru saja hendak menutup pintu kamar mandi langsung berlari menghampiri Clara. Dengan wajah khas bangun tidur ia menggendong Genta sementara Clara sibuk dengan Giana.

"Aduhhh... Cup... Cup... Cup... Anak cantik nggak boleh nangis terus yaaa..."

Tangisan Giana semakin kencang membuat telinga Clara berdengung. Tidak ada cara lain, ia harus menelpon Berta.

"Ma, ini gimana? Giana rewel terus, udah Ara susuin, udah Ara mandiin, udah Ara ajak main tapi tetep nangis terus."

Di seberang Berta mengernyit mendengar suara menantunya yang bergetar. Dari situ Berta dapat menyimpulkan Giana sukses membuat Arfa dan Clara kebingungan, kurang tidur dan banyak kesal.

"Coba kamu cek badannya, panas nggak?"

Clara mengecek suhu tubuh Giana, "Nggak panas, ma." jawabnya.

"Gia sudah buah hajat hari ini?"

"Udah."

Berta terdiam, kasus seperti ini pernah menimpanya saat membesarkan Arfa. Waktu itu Arfa kecil rewel sekali dan ternyata--

"Kayaknya Giana pengen dimanja, Ra."

"Ha? Di manja gimana, ma?"

"Coba di elusin itu telinga, alis atau hidungnya. Kalo diem, berarti Gia beneran pengen di manja. Dulu waktu bayi Arfa juga begitu, mama elus telinganya langsung diem, nggak nangis lagi."

Clara mengangguk dan mencoba mengikuti saran Berta. Dari telinga Gia tidak berhenti menangis, beralih ke alis malah Giana semakin kencang menangis. Oke, terakhir di hidung. Clara bersumpah, jika Gia benar-benar berhenti menangis saat di elus hidungnya maka ia akan memberi promo 50% semua jenis kue di tokonya.

Elusan pertama Gia sedikit meredakan tangis Gia sampai beberapa kali tangisan putrinya itu mereda. Senyum Clara mengembang lebar dan ia langsung berseru senang pada Berta.

"Ma! Berhasil!"

Berta tersenyum lega, "Nah, besok lagi kalo rewel di elusin aja, ya."

"Makasih, ma."

Panggilan telepon diputuskan sepihak oleh Berta, Clara terus mengelus pangkal hidung sampai ujung hidung mancung bayinya. Perlahan Giana menguap dan terlelap. Clara bernapas lega, ia menyandarkan punggungnya di sofa, kakinya berselonjor dan tangannya merengkuh tubuh Gia.

Arfa turun bersama Genta yang sudah rapi dengan baju rumahannya. Genta berjalan dengan tertatih kemudian memeluk leher Clara.

"Eh, anak mama udah cakep. Wangi hmm.."

Genta tersipu malu dan beralih mencium kening Giana. Usia Genta sudah menginjak 18 bulan sementara Giana baru saja menginjak usia tujuh bulan. Arfa pergi ke dapur dan menyiapkan makanan, setelah selesai lelaki itu membawa makanan tersebut ke ruang tengah. Arfa memberikan bubur untuk Genta, mereka bersyukur Genta mandiri dan sudah bisa makan sendiri meskipun masih berantakan kemana-mana.

ARCLA 2 (Colors )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang