WASPADA

675 64 0
                                    

ALOHA! JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM @rubanabe KALIAN BISA SHARE PENGALAMAN KALIAN BACA CERITA-CERITA FIA, JANGAN LUPA DI TAG :)

YUK BELAJAR MENGHARGAI DAN APRESIASI KARYA SESEORANG DENGAN DUKUNG DISETIAP KARYANYA. DITUNGGU VOTE DAN KOMENNYA :)

HAPPY READING!

***

Entah sudah berapa kali Genta mengetuk pintu kamar tamu yang ditempati oleh Dares tetapi tetap saja tidak ada sahutan sama sekali. Hal itu jelas membuat Genta kalang kabut. Apa yang terjadi di dalam? Apa Dares baik-baik saja?!

BRAKKK.

Genta menoleh kaget ke belakang sampai selanjutnya ia berlari ke taman belakang rumahnya. Betapa terkejutnya ia melihat Giana terjungkal dari ayunan dengan kaki terlilit tali ayunan tersebut. Genta lekas berlari dan membantu Giana berdiri.

"Kok bisa sih, Gi!"

Dengan mata berkaca-kaca ia menatap abangnya yang sibuk merapikan rambut dan menepuk bahunya untuk menghilangkan tanah yang menempel.

"Tadi aku berdiri di atas ayunan, niatnya mau lihat dari di situ," bisiknya sambil menunjuk rumah pohon.

"Dares di situ?" tanya Genta, ikut berbisi.

"Iya."

Helaan napas lega terdengar dari Genta. Tapi apa yang di lakukan Dares bersama Giana?

Karena takut mengganggu Dares yang ternyata tertidur di rumah pohon maka dari itu Genta menarik Giana menjauh.

"Kok bisa kamu sama Dares?"

"Aku pake cara ekstrim buat bujuk Dares keluar dari kamar."

"Ha?"

Giana menceritakan kronologi dirinya bisa membujuk Dares yang sudah seminggu ndekem di kamar tamu dan hanya keluar untuk ke kamar mandi dan makan di tengah malam.

Pagi itu Giana terbangun dan saat menuruni anak tangga dan kebetulan ia melihat Dares mengendap-endap seperti maling menuju dapur. Dengan tertatih ia menuruni anak tangga dan juga berusaha mengendap-endap menghampiri Dares. tepat saat Dares berbalik hendak kembali ke kamar tepat saat itu pula ia berhadapan dengan Giana.

Sangking terkejutnya Dares bahkan menjatuhkan gelas air minumnya sampai pecah dan tercecer di lantai. Wajah Dares berubah menjadi pucat dan berkeringat. hal itu tentu saja membuat Giana berpikir keras. jangan sampai Dares pingsan, bisa berabe.

Giana memegang kepalanya, ia berpura-pura pusing dan langsung ambruk di hadapan Dares. Giana sedikit mengintip dan melihat raut wajah Dares yang panik, selanjutnya tubuh Giana kejang-kejang. hal itu membuat Dares kalang kabut. Di sisi lain ia takut dan di sisi satunya ia panik.

"Gia, m-maaf."

Dares mengambil air dalam kulkas dan menyiramnya ke Giana, reflek Giana tersadar dan langsung berdiri.

Merasa sudah tertangkap basah berbohong Giana lekas memutar otak kembali. Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi lega.

"Dares, makasih banget. Kalau kamu tadi nggak siram aku, aku pasti udah kesurupan parah!"

"Itu mah elo goblok, Gi!" potong Genta sambil menjitak Giana.

"Tapi berhasil," Giana menyibakkan siku kanannya yang di perban. "Meskipun aku dapet ini." tunjuknya.

Genta melotot lalu menarik tangan Giana, wajahnya berubah jadi khawatir. "Ko--"

"Santai sodara, cuman lecet."

ARCLA 2 (Colors )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang