DARES

697 66 3
                                    

ALOHA! JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM @rubanabe KALIAN BISA SHARE PENGALAMAN KALIAN BACA CERITA-CERITA FIA, JANGAN LUPA DI TAG :)

YUK BELAJAR MENGHARGAI DAN APRESIASI KARYA SESEORANG DENGAN DUKUNG DISETIAP KARYANYA. DITUNGGU VOTE DAN KOMENNYA :)

HAPPY READING!

***

"SINTING!"

Tanpa pikir panjang Giana melemparkan karet ban motor yang ia temukan di di garasi tadi. Bak adegan slow-motion lemparan Giana berhasil menimpuk wajah Roy sampai lelaki itu terjungkal ke belakang.

Giana meninju udara. "YES!" serunya.

Giana menarik napas dalam-dalam lalu mencari senjata untuk membalas perlakuan Roy, ia menoleh dan menatap telfon rumah. Giana tidak bodoh, disaat seperti ini ia harus menelfon polisi.

Gadis kecil itu dengan lancar melaporkan kejadian yang baru saja ia saksikan, tak segan ia bahkan menambahinya dengan sumpah serapah. Dia menyebutkan alamat rumah Dares.

"Bisa sebutkan nama Anda sebagai pelapor kejadian?" tanya polisi di seberang sana.

"Saya Clara, bapak bisa cepat ke sini? Saya tidak bisa mentolerir perbuatan tetangga saya, saya mohon cepat kemari dan tangkap penjahat--"

BUG.

Giana yang belum menyelesaikan teleponnya langsung terhempas ke samping. Betapa sakitnya tubuhnya saat membentur sebuah laci. Sial, Roy benar-benar tidak punya hati nurani! Dia bahkan menendang anak kecil sepertinya!

Giana meringis nyeri, ia rasa punggungnya memar, sikunya pun berdarah. Melihat itu Dares berlari menghampiri Giana. Tepat saat Roy hendak menendang Giana tepat saat itu pula Dares berhasil menghalau tendangan Roy dengan punggungnya.

Giana memekik nyaring dan langsung membantu Dares. Ringisan itu membuat Giana tanpa sadar menangis, ia benar-benar syok dengan kejadian barusan.

Roy terus menendangi Dares tanpa ampun, Giana sempat menutup mulutnya karena ketakutan. Melihat wajah Dares yang kesakitan membangkitkan nyali Giana.

Ia meraih vas bunga di atas laci dan melemparnya dekat kaki Roy, Roy jelas terkejut saat pecahan gici ity hampir melukai kakinya. Ia meninggalkan Dares yang sudah terkapar dan melangkah dengan penuh amarah menuju Giana.

Gimana berdiri dan berniat untuk lari namun kerah baju bagian belakangnya di tarik kencang. Roy menyeret Giana dan mendorong Giana ke depat tangga.

"Kamu jangan ikut campur anak kecil!"

Berdecih, "Anak kecil?" ganya Giana seolah itu lelucon. "Om yang kayak anak kecil," ia menjeda ucalannya dan mengatur napasnya. "Bukan. Om bukan anak kecil. Om penjahat sinting yang nggak punya otak! Nggak punya muka dan nggak punya adab!"

Sentakan itu semakin menyulut emosi Roy, tanpa aba-aba ia langsung memukul, menampar dan menendang Giana. Perlakuan itu tak luput dari pandangan Dares yang tergeletak tak berdaya. Untuk sekedar berteriak saja ia tidak punya tenanga. Sampai akhirnya saat Giana mengigit kaki Roy saat itu pula tubuh Giana terkantuk di anak tangga.

Perlahan, Darah merembes ke anak tangga. Dares hanya mampu menadang Giana yang terluka. Kepala temannya itu membentuk keras anak tangga, ia melihat tubuh Roy bergetar hebat.

Dares terus berusaha menggerakkan tubuhnya namun sayang ia tidak mampu, kepalanya terasa sangat pening karena di tendang tadi. Dari posisinya ia hanya mampu memandang Giana yang terlihat shock dengan napas tersengal. Kepalanya menoleh ke samping.

Kini kedua bocah itu saling beradu tatap, menyampaikan pikiran lewat tatapannya. Perlahan mata Giana yang lesu meredup dan terpejam. Dares menangis, ia tidak mampu menolong Giana, semua karenanya.

ARCLA 2 (Colors )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang