Alif celingak-celinguk memastikan suasana kelasnya benar-benar sepi saat jam belajar hari ini sudah selesai. Setelah dirasanya sudah tidak ada orang yang tersisa selain dirinya, ia mengambil cermin dan liptint yang ia ambil dari kamar milik kakak perempuannya, Gea saat ia sudah pergi ke Korea.
“Walaupun aku gak segagah Mas Adnan dan sekeren Bang Gilang, tapi aku manis. Hehe.” Alif bergumam sambil melihat bayangannya pada cermin usai mengoles tipis lip tint ke bagian dalam bibir bawahnya. Ia juga menyisir rambut dengan jari-jemarinya sebelum meninggalkan kelas.
Langkah kaki pria yang mengenakan seragam putih abu-abu itu terhenti saat gadis cantik dari kelas sebelah tiba-tiba berdiri menghalangi jalannya.
“Kamu keliatan beda,” kata gadis itu sambil mengusap-usap dagunya dengan jari telunjuk dan jempol sedangkan tangan yang lain melipat di depan perut, matanya menyapu penampilan Alif dari pucuk rambut hingga ujung kakinya dan senyumnya mengembang ketika pandangan gadis itu kembali ke atas dan berhenti pada bibir tipis Alif yang terlihat sangat manis.
Sementara itu Alif hanya diam mencerna kalimat yang terlontar dari bibir gadis itu sambil mengerutkan dahi.
“Kamu tampan.”
“Lo baru nyadar?” tanyanya dan tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, Alif langsung melangkah melewatinya.
“Maksudku, kamu makin ganteng,” teriak gadis itu.
Alif menghentikan langkahnya dan menebar pesona dengan tatapan mata genitnya ke arah gadis-gadis yang sedari tadi menatapnya kagum, kemudian ia membalikkan tubuhnya dan menatap gadis yang masih berdiri di ambang pintu kelas, ia melempar senyum miring kepada gadis yang tadi menghalangi jalannya tersebut lantas memutar tubuhnya dan melanjutkan kembali langkahnya.
Dan gadis itu berlari hingga kakinya berhasil mengiringi langkah kaki Alif, nafasnya tersengal-sengal.
“Aku mau kok dianterin kamu pulang.”Langkah kaki Alif terhenti dan ia menoleh ke samping gadis itu setelah mendengar apa yang dikatakannya.
“Ha? Siapa yang nawarin buat anterin kamu?” tanya Alif sambil tertawa mengejek, kemudian ia berlalu sebelum gadis itu menjawab.Gadis itu mendengus kesal. Biasanya Alif sering menggodanya dan menawarkannya untuk diantar pulang namun selalu ditolak. Sekarang, saat gadis itu berharap diantar pulang, Alif malah acuh.
Masam di wajah gadis itu hanya bertahan sekilas, kini berubah menjadi senyum manis di bibirnya.
“Namanya ke Arab-Araban, tapi mukanya Korea,” gumamnya. Entah kenapa, saat Alif memperhatikan penampilannya dan sikapnya yang tiba-tiba dingin, itu malah menjadi daya tariknya tersendiri.Alif berdecak kesal ketika tak dilihatnya mobil Adnan di depan sekolah, padahal 15 menit yang lalu ia sudah mengirim pesan kepada kakak tertuanya itu.
“Ke mana dia”" gumamnya sambil menyapu pandang ke arah kanan dan kiri jalan.
Akhirnya ia memutuskan untuk menelponnya langsung, dan sialnya— beberapa panggilan yang sudah ia lakukan ternyata tidak mendapatkan jawaban.
Alif menarik napas pelan dan menghembuskannya dengan kasar sebelum ia berlalu dari sekolah. Ya, akhirnya ia memutuskan pulang dengan ojeg online.
Sesampainya di depan rumah, Alif membayar ojeg online itu dan meninggalkannya sebelum mendapatkan kembali. Wajahnya memerah seakan darahnya sudah bergemuruh, ia kesal dengan kakaknya karena tidak dijemput.
Amarah itu mereda saat ia melihat mobil pribadi Mamahnya yang terpampang di garasi rumah. Alif menepak dahi, ia sama sekali tidak terlintas sedikit pun untuk menghubungi supir pribadi Arumi untuk menjemputnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harta Tahta Alita
RomanceCOMPLETED ✓ Ini bukan cerita tentang perebutan harta, bukan juga tentang berebut kedudukan atau tahta. Tapi ini cerita tentang tiga laki-laki tampan dalam satu rumah yang berebut hati Alita. "Gue dulu, jadi Alita itu milik gue!" hardik pria yang men...