35. Adnan cemburu

761 39 0
                                    

Jangan jadi silent readers ya ^_^

Suara wanita yang melenguh membuat rasa keingintahuan Gilang terusik. Ia beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamar. Suara itu semakin jelas saat langkahnya semakin dekat ke arah ruang keluarga. Terlihat seorang lelaki dengan perempuan di sofa yang menghadap televisi. Gilang memperlambat langkah dan menyipitkan mata guna mempertajam penglihatannya. Sosok yang dilihatnya itu Alita dan..

"Mas Adnan?" gumamnya, alisnya sedikit terangkat dan detik berikutnya turun kembali.

Ia menghentikan langkahnya saat matanya menangkap celana dalam wanita tergeletak di lantai tidak jauh dari sofa. Ia terperangah saat gadis yang dilihatnya melebarkan kakinya, namun ia tidak bisa melihat jelas mengapa gadis itu melebarkannya karena terhalang tubuh Adnan yang menghadap gadis itu.

Ting!

Suara dentingan dari sabuk yang jatuh ke lantai membuat mata Gilang membulat lebar, gesper yang dilepas Adnan dari pinggangnya. Buru-buru Gilang menutup matanya rapat saat pria bertubuh tinggi tegap itu semakin mendekati gadis itu.

"Hah?"

Gilang membuka mata dan langsung beringsut duduk. "Sial!" umpatnya, pipinya memerah.

Ia menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dan menghela napas panjang. Bisa-bisanya ia bermimpi seperti itu.

"Brengsek!" umpatnya lagi. Video berdurasi tiga menit yang didapat dari Adi di whatsapp itu terbawa mimpi. Vidio di menit pertama ada gadis manis yang bernyanyi merdu, namun ternyata di menit ke dua dan ke tiga ada sepasang kekasih yang bercinta tanpa busana. Walaupun Gilang kesal karena video itu jebakan, tapi ia malah melanjutkan menontonnya sampai habis. Dasar lelaki!

Segera Gilang mengelap keringatnya yang menggelayut di kulit kening dan lehernya. Kemudian ia beranjak dari tempat tidur untuk membasahkan kerongkongannya dan kebetulan perutnya juga lapar. Ia harus ke dapur saat itu juga.

Wangi masakan dari dapur menyeruak masuk ke indra penciuman Gilang, membuatnya mengedip pelan, menikmati wangi masakan yang berbau kecap. Perutnya semakin lamar, ia harus merasakan masakan yang nikmat itu.

Deg!

Gilang tertegun. Langkahnya terhenti saat melihat dua insan yang sedang berdiri berdampingan di dapur.

"Tadi gue mimpi mereka dan sekarang gue lihat mereka lagi berduaan di dapur. Tapi untungnya, di dapur mereka gak ngapa-ngapain," gumamnya dalam hati.

Gilang mengernyitkan hidungnya sambil menipiskan bibir kemudian berdehem singkat. Adnan dan Alita tersentak dan langsung menoleh ke arahnya.

Mie goreng yang sudah dikreasi Adnan terlihat menarik dan menggugah selera. Adnan, Alita dan juga Gilang pergi ke meja makan. Harusnya Adnan hanya makan bersama Alita, tapi karena Gilang datang dan tidak menolak saat ditawarkan, mau tidak mau ia harus makan dengan adiknya pula. Pria itu menyesal karena telah menawarkan Gilang masakannya. Sebenarnya ia tidak sungguh-sungguh menawarkannya.

Adnan duduk berhadapan dengan Alita dengan meja yang menjadi jarak. Sialnya, Gilang malah duduk di samping gadis itu. Lebih parahnya, Gilang menggeser kursinya ke kursi Alita. Begitu dekat hingga lengan mereka saling menyentuh. Menyebalkan!

Pria dewasa itu menatap keduanya. Ia melepas dua kancing paling atas kemejanya. Entah sejak kapan suasana malam yang sebelumnya sejuk menjadi panas. Ah, itu mungkin karena pemandangan di depan mata Adnan. Harusnya malam ini ia tidak mengenakan kemeja hanya karena ingin terlihat rapih saat menjemput Alita di kampus, harusnya ia tidak memedulikan itu karena menggunakan kaos di malam hari lebih nyaman dari pada kemeja. Apa lagi di saat-saat seperti ini. Panas!

"Mas Adnan."

Adnan langsung menoleh ke arah pemilik suara yang memanggilnya. Ia tersenyum tipis ke arah Gilang seakan bertanya, 'kenapa?'

"Ayo dong pimpin doa. Aku udah laper nih," pintanya yang diangguki Alita sebagai tanda setuju.

Kemudian Adnan menengadahkan kedua tangannya dan membaca doa, Alita serta Gilang pun ikut menengadahkan tangan dan memejamkan mata, baru lah mereka menyantap makanan mereka.

"Mas Gilang." Sang pemilik nama menoleh ke samping.

"Seandainya aku jadi kakaknya Mas Gilang gimana?" Alita memasang senyum setelahnya sambil menaik-turunkan alisnya beberapa kali.

Mendengar pertanyaan itu Gilang terkekeh. Pasalnya, dia saja tidak lebih tua dari Gilang.

"Ihhh..."

Alita menggertakkan giginya membuat dirinya terlihat manja sehingga Adnan dan Gilang yang melihatnya tertawa kecil. Kedua lelaki itu kemudian melanjutkan makannya.

"Mas Gilang!" panggilnya lagi. Gilang menghentikan makannya, Adnan pun ikut berhenti makan karena perhatiannya teralihkan kepada gadis itu.

"Seandainya aku jadi istri kakaknya Mas Gilang gimana?" tanyanya lagi sambil melirik Adnan.

Seketika itu Gilang tersedak dan wajahnya merah. Adnan mendelik menatap Alita. Merasa risih dengan tatapan Adnan, gadis itu buru-buru mengambil gelas berisi air putih dan menyerahkannya pada Gilang.

Setelah meneguk, Gilang meletakan kembali gelasnya di samping piring. "Mas, Gilang duluan ya," ucapnya menatap Adnan, kemudian beralih pandang ke Alita, "Tolong lo cuciin ya piring gue," ucapnya lagi sebelum beranjak dari kursinya dan berlalu meninggalkan mi di piringnya yang sisa setengah.

Adnan mendengus menatap Alita, sementara yang ditatap bereaksi kebingungan. Ia terdiam melihat Adnan yang buru-buru menyantap makanannya.

Setelah Adnan melahap habis makanannya, ia beranjak dari kursi dan melangkah mendekati Alita. Pria itu mengambil piring Alita membuat gadis itu membulatkan mata. Adnan sama sekali tidak menghiraukan ekspresi Alita, ia mengambil piring Gilang juga dan berlalu meninggalkan Alita sendirian.

Alita berdecak sambil memandangi punggung Adnan yang semakin menjauh. "Ada apa dengan dua lelaki itu?" gumamnya.

Kemudian Alita menatap meja di depannya yang sudah kosong. Padahal ia baru makan sedikit mi yang lezat itu. Ia juga beranjak dari kursinya dan menyusul Adnan ke dapur.

Adnan membuang mi Gilang yang sisa setengah dan mi milik Alita yang masih banyak ke tempat sampah. Kemudian ia membersihkan piring-piring itu pada air yang mengalir dari keran wastafel.

"Mas."

Suara lembut Alita tidak membuatnya menghentikan dirinya yang tengah mencuci piring.

"Mas Adnan marah ya?" tanyanya. Adnan tidak menjawab. Ia menaruh piring-piring itu ke tempatnya tanpa memedulikan keberadaan Alita.

"Aku salah apa, Mas?" tanyanya lagi. Alisnya terangkat dan hampir bertaut.

Mendengar pertanyaan itu, Adnan menoleh spontan dan menatap tajam Alita, "Kamu gak tahu?" tanyanya, Alita menggeleng.

"Pertanyaan kamu ke Gilang itu seolah meyakinkan kalau Gilang suka dan bakalan cemburu sama kamu." ucapnya. Alita terdiam, mencoba mencerna ucapan Adnan.

"Seakan kamu berharap Gilang cemburu." Alita menatap Adnan.

Adnan berdecak. Dan tanpa aba-aba, ia merangkul tubuh Alita dan mendorongnya hingga pinggul gadis itu menabrak countertop. Dan dengan garang Adnan mengangkat tubuh Alita dan mendudukkannya di atas countertop.

Tentu saja Alita terkejut. Ia membulatkan mata saat Adnan menarik lehernya dan mengecup ganas bibir tebal nan seksi milik Alita. Kaki Alita terbuka karena tubuh Adnan memisahkannya.

Pria itu melepas ciumannya, kemudian ia menarik pinggul Alita hingga tubuhnya dengan Alita menempel dan hanya pakaian mereka lah yang menjadi penghalang, membuat gadis itu tersentak.

"Jangan buat saya cemburu, Al," ucapnya. Ia kembali mencium Alita. Namun kali ini tidak di bibir, melainkan di leher hingga gadis itu melenguh dan matanya memejam.




To be continued,-

Tekan bintang, bila perlu komen biar aku semangat 😚

Harta Tahta AlitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang