Gilang menghela napas kasar tatkala melihat Alita sedang bersama Adnan di dapur. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, pria itu mengurungkan niatnya yang ingin mengajak Alita bicara. Gilang melihat Adnan dan Alita sekilas, kemudian berlalu dari sana. Ia akan mencari waktu yang tepat.
***
Adnan berdiri di belakang Alita, memperhatikan gerak-gerik gadis tersebut. Ia masih bingung dengan Alita yang tiba-tiba saja pilek.
Alita memutar tubuhnya usai mencuci gelas-gelas tadi. Tubuh gagah milik Adnan yang sudah berdiri di depannya membuat Alita terkejut bukan main hingga ia beringsut mundur dan hampir saja jatuh. Untungnya, tangan kekar Adnan berhasil meraih tubuh gadis itu. Bola mata milik Alita membulat lebar, memperlihatkan keindahannya membuat jantung Adnan berdetak kencang dalam jarak sedekat ini. Begitu pun dengan Alita. Dari jarak sedekat ini, Adnan terlihat begitu memesona.
"Wahai waktu, tolong berhenti lah agar kami bisa terus seperti ini," batin Alita.
Adnan melepas tubuh Alita dan menegakkan tubuh itu, ia menjadi salah tingkah. Ia memejamkan matanya rapat sambil berpikir keras untuk mencari topik, menghilangkan gugupnya.
"Ah ya, Al." Akhirnya ia memulai topik.
Gadis itu mengangkat wajahnya menatap Adnan sambil mengangkat alisnya kompak. "Kamu sakit, ya?"
Alita memutar bola matanya seakan sedang berpikir. "Nggak," jawabnya.
"Terus tadi pake masker itu?" tanya Adnan, kini Alita sudah tidak mengenakan masker satu kali pakai itu lagi.
Mendengar pertanyaan itu, Alita gelagapan. Ia tidak mengkin mengatakan bahwa ia tidak ingin dilihat kakaknya.
"Tadi pas mau bikinin minuman, aku bersin-bersin terus. Aku pikir aku akan pilek, jadi aku pake masker biar minumannya gak kena bersin, Mas. Eh, ternyata bersinnya cuma kebetulan aja," jelasnya panjang lebar, lalu Adnan mengangguk pelan tanda paham.
"Al, anter saya belanja yuk?"
Lagi?
Alita mengangkat alisnya kompak, ia menghela nalas berat. "Maaf, Mas. Ak-"
"Kamu gak boleh nolak!" hardiknya memotong pembicaraan Alita. Kemudian Adnan menggenggam tangannya lantas menariknya dengan paksa, membuat gadis itu memutar bola matanya malas.
Adnan membuka kan pintu mobil untuk Alita, namun gadis itu diam menatap Adnan. "Mas... Kerjaan aku banyak loh. Nanti kalo aku dimarahin gimana?"
Adnan menghela napas kasar, tangan kanannya yang berpegang pada mobil membuat tubuh Alita seperti terkunci. "Siapa yang bakalan marah, hah?" tanyanya. Alita hanya diam lalu menoleh ke kiri melihat lengan kekar Adnan.
Lalu tangan kanan Adnan beralih ke pipi Alita, mengusapnya lembut dengan ibu jarinya. "Di rumah gak ada Gea. Jadi gak akan ada yang marahin kamu, Al."
Alita menarik leher Adnan hingga bibirnya dekat dengan telinga pria itu "Apa jaminannya?"
Seketika itu bulu kuduk Adnan berdiri setelah mendengar pertanyaan Alita yang setengah berbisik seperti menggelitik telinganya.
"Sa-saya," jawabnya terbata-bata. Kemudian Alita melepaskan tangannya yang menggelayut di leher Adnan, ia mengangkat alis sebelah seakan tidak yakin dengan jawaban pria bertubuh seperti model itu.
"Saya pastikan Gilang maupun Alif nggak bakal marahin kamu kalo kamu keluar sama saya," ucapnya mantap hingga mampu meyakinkan Alita yang mengangguk-angguk tanda percaya.
--
"Emang mas Adnan mau beli apa lagi sih?" tanya Alita yang berjalan mengekor di belakang Adnan.
"Gaun buat makan malam di luar," jawabnya, ia terus berjalan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Alita.
![](https://img.wattpad.com/cover/216277326-288-k282809.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Harta Tahta Alita
RomanceCOMPLETED ✓ Ini bukan cerita tentang perebutan harta, bukan juga tentang berebut kedudukan atau tahta. Tapi ini cerita tentang tiga laki-laki tampan dalam satu rumah yang berebut hati Alita. "Gue dulu, jadi Alita itu milik gue!" hardik pria yang men...