Alita menghapus kasar bibirnya. Ia bergidik membayangkan saat-saat Gilang menciumnya tadi. Kepalanya terasa sakit karena dikagetkan saat ia tidur, ditambah lagi ia marah-marah hingga membuat kepalanya semakin terasa sakit.
Gadis itu melangkah cepat, menyusul bi Asih. "Bu, Al sakit kepala," ucapnya manja.
Kening bi Asih mengerut. Baru saja wanita paruh baya itu mau mengangkat suara, tapi Gilang sudah datang dan mengatakan, "Minum ini."
Netra Alita tertuju pada obat di tangan Gilang. Pipi gadis itu memerah saat diperlakukan hangat pria bertubuh tinggi tegap di depannya, padahal tadi Gilang sudah membuatnya kesal.
"Gimana Mas Gilang bisa tahu kalo aku lagi sakit kepala?" tanyanya sambil menyipitkan mata.
Gilang terdiam. Ia bingung akan menjawab apa. Tidak mungkin kan kalau ia mengatakan dirinya sedari tadi memantaunya?
"Ekhmm.."
Deheman bi Asih menyelamatkan Gilang. Pria itu bernapas lega saat melihat raut wajah Alita yang sebelumnya seperti tengah menyelidiki kini berubah memerah seperti orang kasmaran.
Dan ya ... Gilang menyukai mimik wajah Alita yang seperti itu. Terlihat manis sehingga wajah Gilang sama memerah seperti gadis itu.
"Diminum ya obatnya. G-gue ti-tinggal," ucapnya sambil menggaruk kepala di belakang daun telinga kanannya, kemudian berlalu dengan kepala menunduk. Sementara Alita hanya diam memperhatikan Gilang yang menurutnya bertingkah aneh.
"Kamu gak bilang makasih sama Mas Gilang, Al?" tanya Bi Asih sambil menyiku lengan Alita, pelan namun berkali-kali.
"Aku lupa." Gadis itu menyengir kuda. Kemudian ia berteriak mengucapkan terimakasih kepada Gilang yang berjalan semakin menjauh. Gilang bisa mendengarnya, ia tidak menyahut namun senyumnya merekah.
***
Gea tak henti-hentinya tersenyum saat ia duduk di sebelah pemuda yang kini tengah memegang kemudi mobilnya. Gadis itu mencuri-curi pandang teman sekelasnya itu di kampus. Ia senang bukan main jika ia bisa bersama dengan pemuda itu tidak hanya di kelas saja, tapi di luar kelas dan tidak ada kaitannya dengan mata kuliah.Hari ini sepulang dari kampus, Gea mengajak teman laki-lakinya yang sangat dekat itu main ke rumah. Andai saja dia tidak terjebak di zona pertemanan. Ya, Gea berharap bisa menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
"Sudah sampai," ucap pemuda itu sambil menatap Gea. Pemuda itu tersenyum dan Gea membalasnya.
"Ayo kita turun, Dit."
Pemuda yang bernama Adit itu meraih tangan Gea, "Bentar dulu."
Kemudian Adit buru-buru turun dari mobilnya, sementara Gea hanya diam menurut perintah Adit. Ia menatap bingung temannya itu.
Gea terperangah. Ternyata Adit ingin membukakan pintu mobil untuk Gea dan membantunya turun dari sana. Pipi Gea memerah. Ia menatap Adit dan tersenyum hangat ke pemuda tampan asli Indonesia. Gadis itu benar-benar terpesona oleh pemuda itu.
Bagaimana tidak? Adit bertubuh tinggi tegap dan berat badannya proporsional, memiliki tinggi yang sama dengan Gilang, 181 cm. Selain itu, sorot matanya tajam. Alisnya hitam tebal dan berserat. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan membelah pada bawahnya. Serta terdapat gingsul.
Jika pemuda itu tersenyum, gadis-gadis akan terpesona. Begitu pun dengan Gea. Gadis itu tidak minat dengan lelaki asal Korea walaupun dia sendiri keturunan Korea. Gea lebih senang dengan laki-laki asal Indonesia. Menurutnya, tampannya orang Indonesia itu beda, kayak ada manis-manisnya gitu. Salah satunya Adit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harta Tahta Alita
RomanceCOMPLETED ✓ Ini bukan cerita tentang perebutan harta, bukan juga tentang berebut kedudukan atau tahta. Tapi ini cerita tentang tiga laki-laki tampan dalam satu rumah yang berebut hati Alita. "Gue dulu, jadi Alita itu milik gue!" hardik pria yang men...