2. A Boring Day

783 116 27
                                    

Pagi yang cerah. Tapi tidak secerah wajah anak laki-laki tampan yang kini tengah duduk sendiri di teras rumah.

Hari Minggu adalah hari yang membosankan baginya.

Ya--berbeda dengan anak sebayanya yang begitu menyukai libur, Miko tidak menyukainya.

Membosankan.

Apa yang bisa dia lakukan di hari libur?

Duduk di teras hingga sang mama marah?

Ya-- setidaknya, walaupun marah, mamanya bicara padanya.

Tak apa. Miko suka jika mamanya marah. Sedikit seram, tapi kadang lucu secara bersamaan.

Atau selain itu, menunggu bibi Jungyeon yang datang sambil membawa kue dan camilan?

Ah-- itu mengasyikan. Miko juga menantikannya.

"Apa yang kamu lakukan disana Miko?"

Miko tersentak. Dia dengan cepat menoleh ke belakang.

Sang mama berdiri di ambang pintu sambil menatapnya. Dia nampak marah.

"Ini sudah siang. Kenapa belum mandi?"

Bukannya takut, Miko malah tersenyum.

"Miko akan mandi, ma," katanya bersemangat.

Wanita cantik itu tak berkata apapun lalu kembali masuk ke dalam. Miko bangun lalu berlari dengan sedikit tergopoh.

"Aw!"

Miko terjatuh. Dia terpeleset lantai yang sepertinya baru dipel mamanya.

"Astaga, Miko! Lantainya baru dipel. Mangkanya jangan lari!"

Nayeon berdecak kesal lalu menarik tangan Miko dengan kasar guna membantu membangunkannya.

"Ck. Dasar menyusahkan."

Miko hanya menatap sendu punggu Nayeon yang semakin menjauh.

Miko menyusahkan ya, ma?

***

Hanya dengan sebuah buku tebal hadiah dari bibi Jungyeon dan sebuah pena dari Kak Sina, Miko menulis ungkapan hatinya.

Bibi Jung bilang, kalau tidak bisa cerita pada siapapun, Miko bisa menuliskannya di buku. Jadi sejak bibi Jung menghadiahkannya sebuah buku tebal bersampul kelinci, Miko selalu menulis disana.

Mama marah lagi karena Miko menyusahkan. Miko tidak suka menyusahkan mama. Miko harus bagaimana? Maaf, ma.

Lalu Miko menutup kembali buku itu.

Dia berjalan ke arah jendela menatap ke luar sana.

Benar'kan? Harinya membosankan.

Kak Sammy pergi untuk latihan sepak bola di sekolah, sedangkan Kak Sina les piano. Mama pasti di kamar untuk bekerja. Lalu Miko? Miko bisa apa?

Bibir merah itu mengerucut lucu.
"Menyebalkan," monolognya.

Deru mobil mengalihkan atensinya. Sebuah BMW memasuki pekarangan rumah sederhananya. Miko tersenyum senang. Dia segera keluar guna menyambut yang datang.

Bel rumah dibunyikan, dengan cepat Miko membuka pintu rumahnya.

"Oh, Miko!"

"Bibi Jungyeon!"

Tubuhnya direngkuh oleh wanita berambut sebahu itu. Begitu hangat. Miko menyukainya.

Andai saja sang mama melakukan hal yang sama.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang