7. Not My False

594 112 32
                                    

Miko menikmati makan siangnya dengan khitmat di bawah pohon rindang di dekat lapangan, sendirian. Ya, seperti biasa.

Sambil mengunyah sandwitch buatan mamanya, dia menatap lapangan di depannya, dimana para anak-anak dengan riang berlarian bermain bola.

Ingin sekali Miko bisa seperti mereka. Sayangnya untuk berlari saja, Miko tidak mampu.

Rindu sekali saat dia bisa bermain bola dengan Kak Sammy dan papa. Dulu, mereka sering melakukannya.

Setiap Hari Minggu, di halaman rumah, dia, Sammy, dan papa selalu bermain bola. Papa yang menjaga gawang sementara Miko dan Sammy bergantian menendang. Lalu saat mereka selesai, mama dan Kak Sina akan datang bawakan sirup dingin dan beberapa cemilan. Lalu mereka menghabiskan waktu bersama.

Miko merindukannya. Miko rindu sekali pada papanya.

Miko meminum susu coklatnya daei botol minum baru pemberian bibi Jungyeon sebagai hadiah ulang tahunnya tiga hari lalu. Omong-omong, mama dan Kak Sam belum mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Tapi tak apa, Miko akan menunggunya.

Dengan santai Miko berjalan kembali ke kelasnya mengingat sudah lumayan lama sejak bel istirahat makan siang berbunyi. Mungkin sebentar lagi bel masuk.

Di pertigaan lorong menuju kelasnya, di sudut, tepatnya di sebuah gudang. Miko mendengar suara gaduh. Kebetulan disana sepi, jadi Miko bisa dengan jelas mendengar suara gaduhnya.

Miko mengintip dari celah jendela. Matanya membulat saat melihat apa yang sedang terjadi di dalam sana.

"Kak Sam," gumamnya.

Di dalam sana, kakak sulungnya itu tengah berhadapan dengan tiga orang anak laki-laki yang sedikit lebih besar dari kakaknya.

Mereka bukan teman Sammy, Miko tau betul siapa saja teman kakaknya. Terutama teman-teman se klub bola.

Mata Miko membulat saat sebuah tinju melayang ke wajah kakaknya, membuat Sam tersungkur ke lantai begitu menerimanya.

"Ayo berikan uangmu!"

"Tidak!"

"Aku tau kau punya beberapa dolar di sakumu! Berikan atau aku ambil sendiri!"

Pemalakan. Ini tidak benar. Kakaknya dipalak dan kakaknya tidak melawan. Padahal setau Miko kakaknya itu pernah belajar taekwondo. Papapun pernah mengajarkan seni bela diri itu pada Sam, Miko, dan Sina dulu.

"Berhenti!"

Miko memekik begitu berhasil membuka pintu gudang. Empat orang itu menoleh pada Miko. Miko takut, tapi demi kakakaknya, dia tidak boleh mundur.

"Aku akan laporkan kalian pada guru!" pekik Miko.

Tiga orang itu nampak tidak terima. Satu dari mereka langsung maju, menarik Miko masuk ke dalam gudang lalu mendorongnya hingga jatuh.

"Heh! Lihat anak cacat itu! Sok pahlawan. Mau menyelamatkan kakakmu?" kata salah satu dari mereka.

"Kebetulan sekali. Kalau kakaknya tidak punya uang, pasti adiknya punya. Pegangi dia!"

Dua anak yang lebih besar dari Miko itu langsung memegangi Miko sementara satu lainnya mencari sesuatu dalam setiap saku pakaian Miko.

"Lepas!" teriak Miko. Dia mencoba berontak dan berteriak. Tapi tidak satupun yang menghiraukannya. Pun Sam yang lebih memilih kabur meninggalkan Miko bersama tiga pemalak itu.

Pengecut, begitu ada kesempatan langsung saja lari.

"Lepaskan aku! Lepas!"

Anak bermata kebiruan itu berhasil mendapat yang mereka inginkan. Setelahnya tubuh Miko didorong begitu saja hingga Miko terjatuh sebelum kepalanya membentur tumpukan meja dan kursi yang ada disana.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang