27. Dream

529 91 8
                                    

"Miko, kamu istirahat saja ya? Bibi akan bawakan susu dan cemilan ke kamarmu."

"Tidak usah, Bi. Miko baik dan tidak ingin makan apapun sekarang. Miko mau belajar sebentar sebelum istirahat."

"Apa? Belajar? Bibi tidak salah dengar? Miko, kamu baru sembuh dan sudah mau belajar?"

"Kenapa, Bi? Miko tidak terlalu suka main, jadi lebih baik belajar kan? Bibi pergilah dan jemput Kak Sina dan Kak Sammy. Miko tak apa di rumah sendiri."

"Kamu yakin?"

"Iya, Bi. Bibi Jungyeon jangan terlalu khawatir padaku. Aku sudah besar dan aku laki-laki."

Jungyeon menatap ragu keponakannya itu sambil berpikir.

"Tak apa, Bi. Miko sudah baik."

"Hm, baiklah kalau begitu. Bibi harus pergi menjemput kakakmu. Kau tetap di rumah, kunci pintu dan jangan dibuka siapapun tamunya."

"Baik, Bi."

"Kalau begitu Bibi pergi dulu. Ingat, kunci pintunya, oke?"

Miko mengangguk sekali lagi. Kemudian anak itu mengantar bibinya hingga pintu dan mengunci pintu rumahnya, sama seperti perintah bibinya.

Miko memasuki kamar. Dia tersenyum saat menemukan buku hariannya ada di atas meja.

"Uh, lama sekali tidak menulis di buku diary," gumam Miko.

Tanpa pikir panjang Miko membuka lembar kosong dan mengambil pensil untuk mengisi lagi buku hariannya yang sempat dia kira hilang karena tertinggal di rumah Taehyung.

Senang sekali rasanya. Hihihi... Miko bahagia. Mama menyayangiku. Dia sangat menyayangiku. Sejak aku jatuh ke kolam dan tenggelam, semua berubah. Mama jadi baik dan menyayangiku. Kak Sammy juga, walaupun dia tidak menunjukkannya secara langsung, tapi aku tau dia sangat menyayangiku. Uh, andai saja aku tau kalau jatuh ke kolam dan tenggelam bisa mengubah Mama dan Kak Sam jadi sayang padaku, aku harusnya tenggelam saja dari dulu, hihihi...

Ah, aku makin senang lagi karena banyak yang sayang padaku. Mama, Kak Sam, Kak Sina, Bibi Jung, Grandma, Grandpa, Paman Taehyung, Paman Uwu. Banyak sekali kan? Aku ingin berfoto dengan mereka semua. Sebuah foto keluarga, hahaha... Ah, andai saja Papa masih ada. Foto keluargaku akan lebih lengkap.

Miko meletakkan pulpennya kemudian menatap tulisannya sendiri.

Ah, tiba-tiba teringat Papa.

Miko membalik lembar terdepan buku itu. Ada foto orang tuanya. Ada Papa yang tersenyum lebar sekali.

"Miko rindu Papa," gumamnya tanpa sadar.

"Papa sedang apa sekarang? Apa Papa sedang melihat Mama? Atau sedang melihat Miko?"

Mata Miko berkaca-kaca dan tak lama kemudian air matanya menetes. Mulut bocah itu pun mencibik, hampir saja terisak.

"Papa sembunyi dulu, ya? Papa jangan lihat Miko. Miko mau menangis sekarang. Jangan lihat Mama, Mama sedang sakit. Mama juga sedang sedih. Papa jangan lihat kami, kami sedang sedih sekarang, hiks..."

Miko mengusap air matanya, biarpun begitu, dia masih tidak berhenti menangis.

"Hiks... Papa, sampaikan pada Tuhan, Miko ingin Mama sehat lagi. Papa tahan dulu jika mau bertemu Mama. Bertemu saja di Mimpi, jangan hiks... Jangan ajak Mama. Miko masih mau dipeluk dan dicium Mama. Papa sampaikan pada Tuhan, ya, Pa."

Bocah itu terisak sambil menatap foto yang menempel di buku hariannya.

"Ngh... Hiks... Papa, Papa kenapa tidak pernah datang ke mimpi Miko? Miko rindu sekali dengan Papa. Papa apa kabar disana? Papa baik-baik, ya? Hiks..."

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang