9. Grandma and Grandpa

564 99 16
                                    


Hari ini Miko dan kedua kakaknya, Sammy dan Sina terpaksa harus pulang dengan bis sekolah. Kak Sammy bilang, mama ada sedikit urusan dan tidak bisa menjemput. Bibi Jungyeon juga sedang repot, jadi mereka harus menaiki transportasi umum itu.

Ketiganya turun tepat di gang depan rumah mereka bersama beberapa anak lainnya. Lalu meneruskan berjalan selama beberapa puluh meter untuk sampai di rumah.

Miko berjalan di belakang Sammy dan Sina yang asik becanda seolah dia tidak ada. Miko hanya bisa terdiam iri melihat interaksi keduanya. Hanya helaan nafas yang menjadi luapan perasaan Miko. Kesal itu pasti, kendati sudah biasa diabaikan, tapi diabaikan kakak kandung sendiri itu menjengkelkan.

Sammy membuka gerbang sepinggang orang dewasa rumah mereka. Mobil mama sudah terparkir di depan, itu artinya mama di rumah. Tapi kenapa mama tidak jemput mereka? Entahlah...

"Kami pulang!" pekik Sina. Gadis itu nampak begitu bersemangat dan ceria.

Ketiganya terdiam begitu sampai di ruang tamu. Senyum mereka semua merekah melihat siapa yang duduk manis di sofa rumah mereka.

"Grandma! Grandpa!"

Sina yang paling bersemangat. Dia berlari lalu memeluk wanita yang sudah lumayan tua itu. Sementara Sammy memeluk pria yang sedikit lebih tua dari wanita itu.

"Grandma, grandpa, kapan tiba dari Korea? Kenapa tidak memberi kabar?" tanya Sina.

"Iya, harusnya kalian bilang kalau mau pulang. Biar kami biaa jemput di bandara," sahut Sammy.

"Dan membuat kalian bolos sekolah? Oh, big no dude."

Lalu mereka tertawa. Tidak terkecuali Nayeon yang duduk bersama mereka.

Pria tua itu menatap satu anak yang hanya berdiri tidak jauh darinya.

"Miko tidak merindukan kami, hum?"

Pria tua itu merentangkan tangannya. Miko yang melihat itu sedikit berlari untuk bisa mendekap pria yang begitu dia rindukan ini. Terakhir kali Miko melihat dan bertemu mereka adalah hari dimana papa dimakamkan. Setelah itu Miko tidak pernah bertemu atau berbicara. Bahkan telfon saja tidak.

"Oh, kenapa menangis cucu kakek yang manis?"

Miko mendongak, menatap sang kakek dengan air mata yang berlinang.

"Miko hiks... Rindu kalian."

Sammy yang melihat itu mencibik kesal.

"Kau itu cengen sekali. Kami juga rindu tapi tidak sampai menangis. Ish!"

"Sammy, tidak boleh begitu, nak. Miko masih anak-anak. Kalau Sam'kan sudah lebih besar. Sam sudah mau remaja," kata wanita tua yang masih memeluk Sina.

Sam merotas bola matanya malas.

"Kalian lebih baik ganti pakaian dulu. Grandma dan grandpa ada hadiah untuk kalian bertiga."

"Asiiikkk! Sina suka hadiah! Yeay!"

Lali Sina berlari ke kamarnya. Diikuti Sam yang undur diri lalu berlari juga ke kamarnya. Menyisakan Miko yang masih bertahan dalam pelukan kakeknya. Sungguh dia rindu sekali dipeluk begini.

"Miko kenapa tidak ke kamar?" tanya sang nenek.

Miko hanya menggelengkan kepalanya.

"Miko, cepat ganti bajumu."

Suara Nayeon membuat bibirnya mengerucut kesal. Lalu dia melepaskan pelukannya dan menatap kedua orang tua papanya.

"Grandma, grandpa, Miko ke kamar dulu," kata Miko sambil tersenyum manis.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang