22. Still Brother

587 102 37
                                    

Meaw

"Enak kan, Marcell?"

Meaw

"Masakan Mama memang enak. Kaus suka? Besok akan aku bawakan lagi. Aku akan berbagi bekal setiap hari."

Meaw

Miko tersenyum simpul melihat kucing kecil yang kembali memakan roti isinya. Bahagia sekali Miko bisa berbagi bekal dengan kucing ini. Dia bisa menyombongkan diri pada sang kucing jika makanan buatan Mamanya itu enak. Yah, kalau tidak bisa sombong pada teman-teman, dia bisa sombong pada kucing kan?

"Marcel, sepertinya aku harus ke kelas. Setelah ini aku ada bimbingan untuk lomba. Aku harus bersiap," kata Miko sambil mengusap bulu kucing lucu itu.

"Sampai jumpa, ya?"

Miko bangkit dan mulai melangkah menjauh dari taman belakang sekolah yang sepi. Anak itu masuk ke kelasnya yabg ramai dimana teman-temannya dengan riang berlarian kecil mengelilingi kelas, bermain kejar-kejaran atau bercengkrama.

Bruk.

"Aw."

Miko jatuh terduduk begitu seseorang menabraknya, nampaknya tak sengaja. Yang menabraknya pun ikut jatuh seperti Miko.

"Kau tak apa, Stella?"

Sang anak yang terjatuh itu mengangguk kemudian bangkit. Begitupun Miko.

"Maafkan aku," kata Miko.

Entah Miko yang terlalu baik atau apa, tapi disini Miko tidak salah dan dia yang minta maaf.

"Hai, cacat! Apa selain lumpuh kau juga buta?" Pekik anak laki-laki yang kini ada di hadapan Miko.

"Apa maksudmu? Aku sudah minta maaf pada Stella," kata Miko.

"Dasar tidak berguna. Untuk apa sih kau masih disini? Kami semua tidak suka ada anak cacat sepertimu. Kau sangat mengganggu. Bahkan kakakmu sendiri tidak menyukaimu kan?"

"Permisi."

Enggan meladeni, Miko berlalu begitu saja. Dia langsung mengambil tasnya guna pergi dari kelas itu. Mungkin dia akan pergi ke ruang bimbingan lebih cepat hari ini.

Bruk!

Tawa semua anak di kelas itu menggema begitu Miko jatuh tersungkur. Dia menatap anak yang sama yang tadi membentaknya. Ya, anak itu sengaja menjegalnya.

"Kau pantas di bawah sana. Kau kan sampah."

Mata Miko memanas. Dia ingin menangis tapi tak ingin terlihat lemah. Miko bangkit kemudian berdiri tegak di hadapan anak itu.

"Glen. Aku rasa bukan aku yang sampah dan tidak berguna di kelas ini. Tapi kau. Kau yang selalu ada di peringkat bawah," kata Miko.

Setelah mengatakan itu Miko langsung keluar dari kelas. Dia tidak peduli lagi. Terserah apa mau semua anak di kelas itu. Yang jelas Miko tau Miko bukan sampah. Memang dia cacat fisik, tapi tidak dengan otaknya. Miko akan membuktikan pada mereka kalau Miko bisa lebih baik dari mereka. Lihat saja.

**

"Baiklah, Miko. Miss rasa sampai disini dulu. Kau kelihatan lelah."

"Tidak, Miss. Aku malah senang sekali. Asyik sekali mengerjakannya," kata Miko sambil tersenyum cerah.

Guru muda itu terkekeh gemas kemudian mengacak rambut Miko.

"Kau ini. Belajarlah yang rajin, ya? Tapi jangan  lupa istirahat yang cukup."

Miko mengangguk semangat. Setelah memasukan semua bukunya ke dalam tas dan berpamitan pada guru itu, Miko langsung keluar. Ruang bimbingan dan gerbang utama jaraknya cukup jauh, harus melewati gedung olah raga. Disana dia bertemu dengan anak bernama Glen dan kelima temannya.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang