14. Someone From the Past

622 107 45
                                    

Jungyeon memutuskan menginap setelah kejadian semalam. Tentu saja, dia juga tidak mungkin pulang di tengah malam'kan? Apalagi Miko pasti membutuhkannya.

Sekarang, dia dan Nayeon tengah menyiapkan sarapan untuk tiga bocah yang sekarang mungkin sedang bersiap ke sekolah.

"Selamat pagi, mama. Selamat pagi, bibi!"

Sina yang baru sampai di dapur itu memekik.

"Sina, jangan suka teriak-teriak, sayang. Ini masih pagi," kata Nayeon.

Sina hanya terkik.

"Mana kakak dan adikmu?" tanya Jungyeon.

Sina bergidik. "Belum siap mungkin."

"Aku akan lihat mereka di kamar," kata Jungyeon.

Baru saja kakinya melangkah, secara bersamaan dua pintu kamar itu terbuka. Muncul lah Sammy dan Miko yang berjalan ke arah dapur.

"Selamat pagi," sapa Sammy.

"Ah, keponakan bibi tampan sekali," kata Jungyeon sambil mencubit gemas pipi Sammy.

"Ah, bibi. Aku sudah besar. Jangan suka cubit pipiku seperti anak kecil," keluhnya. Jungyeon hanya terkekeh kecil.

Wanita itu beralih menatap Miko yang sudah siap di kursinya. Dia tersenyum lalu menangkup pipi Miko.

"Aigoo... Keponakanku yang satu ini juga tampan."

Miko menatap Jungyeon sambil mengerjap.

Aigoo... Apa itu aigoo?

"Apa artinya aigu bibi?" tanya Sina.

Jungyeon menatap Sina. "Um.. Artinya seperti OMG, mungkin."

Sina mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aigu. Aku akan ingat kata-kata itu," kata Sina.

"Baiklah. Karena sudah semakin siang, cepat kalian habiskan sarapan kalian. Bibi Jung yang mengantar," kata Nayeon sambil meletakkan roti isi di piring ketiga anaknya.

Mereka sarapan dalam keheningan. Jungyeon tidak sengaja menatap Miko saat sarapan. Anak itu sepertinya masih bad mood. Tidak ada rona ceria di wajahnya. Bahkan saat selesai pun dia memilih langsung pamit berangkat sekolah dan keluar rumah lebih dulu. Sekarang Jungyeon tidak bisa mengatakan apapun. Mungkin nanti dia bisa menghiburnya dengan mengatakan hal-hal yang Miko tau semua itu dusta. Ah, anak itu semakin bertambah usia dan semakin dewasa. Semakin mengerti kebencian yang diberikan ibunya.

***

"Nah, sudah sampai."

"Terima kasih, bi."

Jungyeon tersenyum menatap ketiga keponakannya.

"Sama-sama. Sekarang kalian ke sekolah. Belajar yang pintar dan buat mama kalian bangga."

"Siap, bibi!" pekik Sina.

Kemudian Sammy dan Sina keluar, sementara Miko ditahan oleh Jungyeon.

"Kalian berdua duluan saja. Bibi ingin mengatakan sesuatu pada Miko," kata Jungyeon.

Sammy dan Sina mengangguk lalu turun dari mobil.

"Ada apa, bi?" tanya Miko.

Jungyeon tersenyum lalu memberikan sebuah pelukan hangat pada Miko.

"Jangan sedih. Bibi sangat menyayangimu, Miko."

Miko terdiam sebelum mengangguk.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang