17. Confused

612 98 9
                                    

Taehyung bergerak gelisah dalam tidurnya. Pria itu terus berkeringat dingin dan meracau karena mengalami mimpi buruk dan menyakitkan.

Mata itu terbuka tiba-tiba dan bergerak kesana-kemari. Dia menatap sekelilingnya dimana matahari sudah berani masuk menerobos tirai abu yang sedikit tersingkap.

Taehyung mengatur nafasnya yang memburu kemudian bangkit dan mengusap kasar wajahnya. Sesak sekali rasanya, mimpi itu kembali hadir setelah sekian lama menjadi momok menakutkan yang seolah bisa kapan saja merenggut nyawanya.

Taehyung mengerang memegangi kepalanya. Ini adalah hari ketiga setelah pertemuannya dengan Nayeon. Wanita itu kembali mengganggu hidupnya, bahkan saat tidur pun dia tidak bisa tenang.

Dering alarm berbunyi menandalan dia harus bangun dan beraktifitas kembali. Pria itu menyibak selimutnya kemudian berjalan gontai ke kamar mandi. Hari ini jadwalnya tidak terlalu padat, mungkin dia bisa pergi untuk merehatkan sejenak pikirannya yang terlalu kacau.

Berbalut mantel mandi, Taehyung duduk di tepi ranjang. Dia mengeluarkan buku kecil tebal bersampul kelinci dari laci.

Rasa penasaran itu kembali hadir dan mendorongnya untuk membuka buku itu. Setelah tiga hari, baru pagi ini dia berani.

Hal pertama yang Taehyung lihat adalah sebuah nama yang tergores di lembaran bergaris yang usang.

'Jeon Miko'

Taehyung tersenyum simpul.

Jeon. Benar, marganya Jeon dan bukan Kim. Tidak mungkin Miko anaknya kan? Jika saja dulu Nayeon memang mengandung anaknya, dia pasti sudah mengugurkannya. Tidak mungkin mereka--orang-orang kalangan atas menerima anak haram macam anaknya.

Di lembar kedua, dia melihat sebuah foto yang direkatkan di lembarnya. Foto sebuah keluarga kecil yang bahagia. Taehyung tersenyum makin lebar saat melihatnya kemudian mengusap foto itu.

"Ini tiga tahun meninggalnya papa."

"Hey, Kook. Apa-apaan ini? Miko bilang kau sudah tiada. Kenapa cepat sekali?"

Setetes air mata Taehyung keluar dari matanya. Pria itu tersenyum kecut.

"Bodoh. Kenapa kau meninggalkan keluargamu secepat itu? Kau bahkan tidak pamit padaku."

"Maaf," katanya setelah lama diam.

"Mungkin aku pernah menyakitimu dengan perbuatanku, maafkan aku. Maafkan aku kook-ah."

"Miko bukan putraku kan? Dia bukan putraku kan?"

Ada sedikit harapan jika Miko adalah benar putranya tapi sisi lain hatinya menolak semua itu. Dia pikir Nayeon dan keluarga ningrat macam mereka tidak akan membiarkan anak hasil pemerkosaan hidup. Taehyung tau benar, rasa kemanusiaan orang-orang besar itu hanya topeng. Membantu dan berdonasi hanya ajang cari muka. Memang tidak semua, tapi sialnya Taehyung bertemu dengan yang seperti itu dan takdir mengikat mereka.

Taehyung rasa, jika Nayeon mengandung anak seperti itu, akan sangat memalukan. Jadi tidak mungkin keluarga Nayeon, terutama ayahnya membiarkan itu. Tapi ada banyak fakta yang membuat Taehyung yakin Miko putranya.

Jika benar Miko adalah putranya, apa anak itu mau menerimanya sebagai ayahnya? Taehyung adalah penjahat dimata Nayeon dan selamanya akan begitu. Dia adalah seorang mantan narapidana, apa anak itu akan mau menerima dirinya?

Lembar demi lembar sudah Taehyung baca. Anak itu memiliki tulisan yang cukup rapi diusianya, Taehyung yakin Miko punya satu lagi kebiasaan yang sama sepertinya, menulis buku harian.

Ya, kegiatan yang lebih sering dilakukan perempuan itu Taehyung lakukan juga. Tentunya karena dia adalah orang yang terlalu tertutup. Dia hanya memiliki dua sahabat, Nayeon dan Jungkook. Itu pun dulu. Sekarang dia hanya punya Eunwoo, seorang pemuda yang tidak sengaja ditemuinya dan beruntung, pria itu mampu merebut hati Taehyung dan menjadi sahabatnya, sekretarisnya sekaligus adiknya. Latar belakang yang sama menjadi faktor utama kedekatan mereka. Taehyung dan Eunwoo sama-sama yatim piatu yang hidup terlunta-lunta.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang