15. The Reason: That Night

710 112 29
                                    

South Korea, 8th years ago.

Kota indah itu masih diguyur hujan sejak beberapa jam lalu. Malam yang cukup sunyi karena banyak orang yang lebih memilih diam di rumah daripada harus menerobos air yang dengan brutal turun dari langit.

Jam menunjukkan pukul delapan malam lebih, masih belum terlalu malam tapi wanita itu masih setia menunggu prianya pulang.

Berkali-kali dia menatap ponselnya, tapi nihil. Layarnya masih mati dan tidak ada panggilan atau bahkan pesan.

Im Nayeon, wanita itu mengusap kepala bayinya yang baru berusia beberapa bulan. Dia sudah terlelap setelah mendapatkan ASI darinya. Sementara sulungnya, Sammy sedang tidak di rumah. Anak laki-laki berusia tiga tahun itu sedang berada di rumah neneknya.

Nayeon menghembuskan nafas lalu mengangkat bayi itu dan meletakkannya di box bayi yang tidak jauh disana. Setelahnya, dia kembali menatap jam dinding, lalu menatap ponselnya.

"Kenapa belum pulang?" gumamnya.

Nayeon meraih ponselnya, baru saja dia ingin menekan gambar telfon hijau, ponselnya berbunyi. Seolah yang disebrang sana tau apa yang Nayeon inginkan. Segera dia mengangkatnya.

"Halo, sayang."

"Yak! Jungkook-ah. Kenapa kau belum pulang?"

Nada bicara itu terkesan membentak, tapi lebih banyak terdengar khawatir dengan yang disebrang.

"Maaf, sayang. Aku ada jadwal operasi mendadak malam ini. Kau ingat Tuan Choi yang aku ceritakan beberapa hari lalu? Kondisinya semakin mengkhawatirkan dan keluarganya ingin segera mengambil tindakan. Jadwal operasinya dimajukan jadi malam ini."

"Ah, begitu ya..." suara Nayeon nampak lesu.

"Maaf membuatmu khawatir. Tapi operasinya akan selesai dalam empat atau lima jam bahkan lebih. Kau tau sendiri operasi untuk arteriosklerosis seprti apa. Kami akan memulainya jam setengah sembilan. Kami sedang persiapan."

Nayeon melirik jam dinding. Setengah sembilan kurang beberapa belas menit lagi ternyata.

"Kau sudah makan malam?"

"Sudah. Kau jangan khawatir. Aku selalu menuruti yang kau katakan'kan? Oh iya, dimana Sam dan Sina?"

"Sam di rumah eomma dan appa. Tadi eomma mengiming-iminginya sebuah kue coklat yang besar. Jadi dia ikut. Kalau Sina sudah tidur sejak tadi."

Yang di sebrang sana tertawa. "Ya Tuhan, anakku itu. Suka sekali dengan coklat. Semoga saja dia sikat gigi. Aku khawatir giginya berlubang kalau terlalu banyak makan manis."

Nayeon terkekeh. "Jangan khawatir, eomma pasti mengingatkannya."

"Kau sedang apa?"

"Menunggumu."

"Tidak usah. Aku akan pulang sangat larut. Kau lebih baik istirahat, kau pasti lelah harus mengurus Sam dan Sina."

"Aku mengerti. Oh iya, setelah operasi pasti kau lelah. Tidak usah langsung pulang. Kau istirahat saja di rumah sakit. Besok pagi baru pulang. Lagipula di luar hujan deras, sangat berbahaya apalagi sudah tengah malam."

"Hum, aku mengerti."

"Dokter Jeon, permisi. semua sudah siap."

"Eh, Nayeon. Semua sudah siap. Aku juga harus bersiap. Doakan aku agar semua lancar ya?"

"Tentu."

"Aku tutup. I love you."

"Love you too, Kook."

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang