[15+] Kim Taehyung, Im Nayeon
Book 2 tersedia di Karyakarsa!
Miko memang tidak sempurna karena berjalan pincang. Namun, Miko anak yang cerdas, lugu, dan berhati mulia. Sayangnya keberuntungan tak berpihak padanya. Sejak kecelakaan tiga tahun lalu, M...
Taehyung hanya bisa berdiri dalam diam melihat empat orang yang kini duduk mengelilingi sebuah makam. Makam siapa lagi jika bukan makam Jungkook.
Tadi setelah pulang, Miko mengatakan jika dia merindukan papanya dan Sina mengajukan untuk mengunjungi makam papanya. Semua tentu setuju. Hanya saja, Jungyeon dan Eunwoo tidak bisa ikut. Sementara Taehyung, dia dipaksa oleh Eunwoo dan Jungyeon untuk mengantar mereka dan yah, tak ada pilihan lain.
Yang Taehyung lihat tak ada air mata, hanya ada senyum di wajah mereka. apalagi saat Miko dan Sina menceritakan perlombaannya. Sedikit berbeda dengan Taehyung yang bingung mengekspresikan dirinya. Melihat makam itu dia marah, kecewa, dan sedih secara bersamaan.
Taehyung tau, kebencian ini tak akan membawa kembali Nayeon dalam pelukannya. Tapi, kenapa dia masih tidak terima jika Jungkook mengkhianatinya?
Hatiku mengatakan kau tidak pernah melakukan itu, Jungkook-ah. Tapi kalung itu mengatakan sebaliknya.
"Paman. Bukankah Papaku sahabatmu? Kenapa kau hanya berdiri sejak tadi? Kenapa tidak duduk dan berdoa bersama? Kenapa tidak mau mengatakan sesuatu pada Papa?"
Taehyung menunduk menatap Miko yang mendongak, menatap ke arahnya. Pun Nayeon, Sina, dan Sammy yang melakukan hal sama dengannya.
Taehyung tersenyum tipis. Dia mengacak gemas surai Miko kemudian berjongkok di samping Miko.
Taehyung menatap gundukan hijau di depannya. Ada nama Jeon Jungkook terukir jelas di marmer hitam itu. Tadi Miko bilang apa? Berbicara dengan gundukan tanah ini? Bukankah percumah saja, toh Jungkook tidak akan mendengar ucapannya. Jika bisa, dia ingin memaki Jungkook sampai puas. Dia juga ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya pada pria itu karena sudah membahagiakan orang yang dia cintai selama dia pergi dan menerima Miko sebagai anaknya.
"Papa, Paman Taehyung ingin mengatakan sesuatu," kata Miko.
Tatapan Taehyung lurus ke depan, tepat di nama yang terukir di batu hitam itu.
Jungkook, bodoh, umpatnya dalam hati.
Kau meninggalkan keluargamu untuk menemukan kebahagiaanmu sendiri? Pengecut. Kau pengecut Jeon Jungkook. Kau pengecut dan pengkhianat.
Mata Taehyung berkaca-kaca begitu mengingat moment terakhir mereka. momen itu adalah momen yang sangat menyakitkan dimana keduanya dipisahkan sebuah kaca dengan status berbeda. Taehyung yang sudah menjadi narapidana, sedang Jungkook adalah orang yang membuatnya mendekam di dalam penjara.
Taehyung ingat benar, dia berjanji tidak akan muncul lagi di hadapan Nayeon dan keluarganya dan hari ini Taehyung menelan ludahnya sendiri. Bahkan, dia tak bisa dan tidak akan mau untuk meninggalkan Nayeon lagi—lebih tepatnya Miko, putranya.
Terima kasih, Jungkook-ah. Mungkin aku akan menghabiskan waktuku untuk membencimu yang sudah mengkianatiku, tapi aku pun akan menghabiskan waktuku untuk berdoa agar kau bahagia di sana. Aku akan berterima kasih setiap aku mengingatmu.
Taehyung berkedip dan sebulir air mata turun begitu saja. Taehyung yang sadar langsung menghapusnya dan segera menetralkan emosinya. Tidak, dia tidak boleh menangis sekarang. Tak ada gunanya juga menangisi Jungkook. Sudah tiga tahun berlalu, mungkin jasad pria itu sudah mnejadi tulang atau bahkan sudah menyatu dengan tanah.
"Aku rasa sudah cukup. Kita sudah lama di sini," kata Sammy.
Si Sulung meletakkan sebuah buket bunga lily di samping nisan Sang Papa kemudian berdiri diikuti yang lainnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.