Padmana Biru Abimanyu
2015.
"Rehersal untuk lagu artis berikutnya. Win7, silahkan naik ke panggung." Suara dari salah satu staf membuyarkan lamunan gue. Gue bahkan nggak sadar kalo kertas yang gue pegang udah kabur kemana-mana. Gue buru-buru mengambilnya saat tangan kecil itu ikut membantu gue mengumpulkan lembaran kertas yang berserakan.
"Punya lo." katanya. Gue menerimanya dan dia buru-buru berlari kecil ke arah sekelompok staf yang tengah duduk di kursi penonton.
Mata gue sama sekali nggak teralih dari tubuh kecil dengan rambut berwarna pirang itu. Rambutnya panjang sampai ke punggung. Saat dia berlari helaian rambut yang dia ikat satu itu bergoyang ke kanan dan ke kiri.
"WOY! NGELAMUN AJA LO!" gue menoleh untuk mendapati Rama yang menepuk bahu gue keras.
"Apaan sih lo?"
"Lo tuh yang apa-apan, udah mau mulai rehersal, Cuy."
"Iya, ini juga gue mau.."
"Lo nggak konsen dari tadi."
"Tau apa sih lo. Lo kan biasanya cuma duduk di studio sambil nulis lagu."
"SIALAN!"
Setiap anggota dari Win7 sudah naik ke atas panggung dan mulai menyetel alat musik masing-masing.
Dari lima orang yang ada di atas panggung gue hanya mengenal satu diantara mereka. Kenal baik maksudnya, sedangkan yang lain hanya sekedar tau namanya.
Samar dari kejauhan lima meter gue bisa mendengar seseorang berbicara dengan nada yang cukup lantang.
"Ambilin teh anget buruan. Freshcare juga. Lo belum makan dari pagi? Astaga, kok bisa sih? Keujanan juga? yaudah lo pake jaket gue aja dulu. Habis rehersal selesai lo langsung ke rumah sakit ya, biar dianterin sama anak cowok." Rentetan kalimatnya mengingatkan gue pada seseorang.
Tanpa sadar mata gue nggak teralihkan dari sosok yang asing itu. Gue nggak tau udah berapa lama gue memandangnya tapi yang jelas karena kelamaan memandangnya, Rama yang ada di samping gue sampai kesal dan menyikut bagian rusuk gue.
"SIALAN LO!"
"Lo ngeliatin apaan sih?"
"Nggak usah ngaco."
"Fokus kek."
"Iya ini fokus." Kata gue membela diri, lantas mata gue mencoba untuk melihat deretan artis yang akan tampil besok malam. Namun otak gue nggak bisa bohong, gue masih penasaran sama cewek berambut pirang tadi.
"Ram."
"Heh."
"Lo kenal sama cewek itu nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Birulova
General Fiction(Selesai) "Waktu kita mendaki bareng gue banyak belajar. Di sini gue nemenin lo dari pagi buta jalan bareng di bawah langit biru tanpa mengeluh ketika gue banjir sama peluh. Di sana, di puncak, kalau pada akhirnya lo lebih milih bersama orang lain y...