Arthur.
"Ar, hati gue sakit banget gara-gara Biru.. hancur banget rasanya.." Lova terbata mengucapkan kalimat itu, air matanya meleleh, jatuh begitu saja menuruni pelipisnya. Kedua matanya masih menatap gue penuh rasa yang nggak bisa gue jelaskan.
Kedua tangan gue terkepal di samping badan, saking kuatnya gue mengepal gue khawatir jika nanti akan ada bekas kuku di telapak tangan gue.
Dada gue bergemuruh. Sepertinya hari ini gue sudah kalah. Malam ini, gue tau perasaan Lova untuk siapa. Bukan untuk gue, melainkan untuk Biru. Hati gue mencelos. Bertahun-tahun mengenal Lova, baru kali ini dia menangis sampai sulit bernapas. Tangannya meremas bantal yang dia pegang. Tangisnya tertahan saat gue nggak menanggapi apa yang dia katakan, karena sesungguhnya gue sedang mencoba untuk mengendalikan perasaan gue.
Gue nggak bisa menangis untuk Lova.
Bukan.
Gue nggak mau menangis karena Lova, dia butuh gue sekarang, namun hati gue juga hancur berantakan di detik yang sama.
Tanpa sadar kaki gue malah melangkah untuk kembali mengarah ke pintu utama. Gue hendak pergi saja, nangis Lova terdengar dan itu bikin langkah gue terhenti. Lama gue menimbang, apa yang harus gue lakukan, meninggalkan atau tetap tinggal di sini bersama Lova.
Gue menarik napas panjang lantas berbalik arah. Gue langsung menarik Lova dalam pelukan gue dan dia nggak menolaknya. Lova malah meraih jas gue untuk di remas kuat-kuat, sepertinya hatinya benar-benar berantakan. Lova menangis di dada gue dan gue nggak peduli kalo jas gue basah oleh air mata Lova. Satu tangan gue berada di punggungnya, sedangkan tangan yang lain menyentuh tangannya yang bebas. Meyakinkan dia kalo gue ada di sini, ada di sampingnya. Dan gue mau Lova tau akan fakta itu.
Gue di sini. Untuk dia.
"It's okay, you will be okay, I'm here for you.. just cry on my shoulder."
**
Biru.
Pintu lift akan segera tertutup, namun mata gue menangkap sosok Lova yang berlari dari kejauhan, sehingga refleks tangan gue langsung menahan pintu lift supaya tetap terbuka. Nggak lama setelah itu Lova akhirnya masuk ke dalam lift. Gue baru aja selesai makan siang di cafetaria, sendirian. Tadi gue nggak lihat Lova di cafetarian itu artinya dia barusan makan di luar. Tangannya memegang tali tas selempangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Birulova
General Fiction(Selesai) "Waktu kita mendaki bareng gue banyak belajar. Di sini gue nemenin lo dari pagi buta jalan bareng di bawah langit biru tanpa mengeluh ketika gue banjir sama peluh. Di sana, di puncak, kalau pada akhirnya lo lebih milih bersama orang lain y...