Lova.
Gue baru sampai di apartemen saat jam di dinding menunjukkan pukul delapan malam lebih dua puluh menit. Gue meletakkan tas gue di gantungan yang ada di kamar gue. Lalu gue kembali ke ruang tamu, di sana ada cowok yang kemarin malam udah bikin janji sama gue untuk main ke sini. Gue nggak melarangnya karena apartemen gue juga udah sering dimasuki sama cowok. Maksudnya ya nggak jauh-jauh dari Echa, Akasa, Rama dan juga Arthur.
Ah, Arthur, udah beberapa hari ini gue nggak melihatnya. Dia sepertinya sibuk dengan aktivitasnya yang baru yaitu pengambilan gambar untuk film terbarunya. Jadi wajar kalo dia makin sibuk dan jarang ada waktu untuk ketemu gue. Oke ralat, jarang ada waktu untuk ketemu gue dan yang lain.
Biru melepaskan jaketnya sehingga hanya menyisakan kaos di badannya. Gue berjalan melewatinya dan menuju ke dapur. Gue menoleh padanya. "Mau minum apa, Biru?"
Dia nggak menjawab namun langkahnya mendekat ke arah gue. "Bin."
"Bin?"
"Biar lebih gampang lo manggilnya. Panggil gue Bin aja."
"Oh.. oke.. Bin."
Dia mengangguk kemudian ikut melihat isi kulkas apartemen gue. "Wuihhhh rapi bener kulkasnya."
"Udah geu rapihin."
"Niat banger, padahal gue doang yang dateng."
"Lo kan tetap tamu gue."
"Acie. Jadi terharu." Ucapnya sambil menaikkan alis. Gue menepuk lengannya kesal.
"Apaan sih, lo." dia makin ketawa. "Jadi mau minum apa?"
"Lo mau bikin apa?"
"Gue mau bikin coklat panas sih."
"Okay, sekalian aja."
Gue mengangguk, malam ini emang lagi ujan dan gue pengin banget coklat panas biar anget. Gue menyuruh Biru untuk kembali duduk biar gue yang nyiapin, karena berhubung dia tamu gue.
"Udah sana, biar gue yang bikinin."
"Mau nemenin."
"Nemenin siapa?"
"Ya lo lah, Lov, masa mau nemenin setan."
"Kan gue nggak mau ditemenin."
"Gini banget dikacangin." Ucapnya yang mengundang tawa lebar di bibir gue. Dia tetap ada di samping gue pada akhirnya. Gue mencoba untuk nggak memperdulikan kehadiran Biru di samping gue yang tengah menatap gue intens.
"Lo nggak mau makan gue kan, Bin?"
"Heh?"
"Lo ngeliat gue intens banget kayak mau makan orang."
"Abis lo cantik banget sih."
Gue memejamkan mata sembari menekan emosi yang ada di dalam dada gue. Ini yang bikin gue nggak betah sama Biru, dia tuh pinter banget bikin orang salah tingkah. Gue diem aja nggak mau jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Birulova
General Fiction(Selesai) "Waktu kita mendaki bareng gue banyak belajar. Di sini gue nemenin lo dari pagi buta jalan bareng di bawah langit biru tanpa mengeluh ketika gue banjir sama peluh. Di sana, di puncak, kalau pada akhirnya lo lebih milih bersama orang lain y...