Lova.
Gue baru mandi, handuk masih berada di kepala gue untuk mengeringkan rambut gue yang baru saja gue keramasi. Gue keluar dari kamar dan mendapati kembaran gue si Echa udah tiduran di sofa sambil memegang kepalanya. Gue mendekat dan langsung menutup hidung gue.
"Lo minum berapa banyak semalem, dih bau banget alkohol lo." Kata gue yang meneplak pahanya sehingga dia mengaduh. "AUHH!!!!! Kan gue udah bilang jangan minum banyak-banyak, Cha. IH! Bandel banget kalo dibilangin."
"Jangan diomelin dulu, perut gue nggak enak banget ini."
"SYUKURIN! Makanya kalo dibilangin itu jangan ngeyel."
"Ya gimana coba, gue mau udahan eh malah diajak minum lagi sama Arthur."
"Semalem lo keluar sama Arthur juga?"
"Iya, dia yang ngajak ronde dua malah."
"ASTAGA!"
"Sumpah nggak enak banget perut gue, Lov." Echa langsung melarikan diri ke kamar mandi. Gue menghembuskan napas panjang lantas membuntutinya ke kamar mandi. Gue langsung menemukan Echa dalam keadaan muntah-muntah. Gue mendekati kembaran gue dan menepuk-nepuk punggungnya. Sesekali gue mengurut bagian lehernya supaya lebih enakan.
Sekitar sepuluh menit berlalu Echa udah tiduran lagi di sofa. Gue menghampirinya sembari membawa satu mangkuk sup tauge yang sudah gue siapkan sejak semalam, jadi gue tinggal angetin doang. Gue udah tau kalo Echa keluar sama anak bandnya udah pasti dia pulangnya mabok. Nggak kaget lagi gue.
Gue menaruh mangkuk di atas meja. Asapnya masih mengepul. Gue menepuk kaki Echa.
"Makan dulu, baru tidur." Kata gue.
"Suapin ya?"
"Bayi banget sih lo. Kebiasaan kalo habis mabok pasti manja lo kumat." Kata gue. Tapi gue tetap menuruti permintaannya. Gue membantunya bangun dan duduk dengan menyandarkan punggungnya di sofa.
Gue menyuapi Echa tanpa banyak komentar, karena rasanya percuma Echa masih sedikit mabok. Yang ada mulut gue berbusa ngomongin orang yang mabok. Echa nggak menghabiskan sup yang gue buat karena dia sudah geleng-geleng kepala dan berusaha kembali tidur. Gue nggak memaksanya dan menyuruhnya kembali rebahan.
Gue menaruh mangkuk di wastafel kemudian mencucinya. Lalu gue berjalan ke kamar, mengambil selimut dan menyelimuti Echa yang sekarang sudah terpejam.
Mata gue melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Gue buru-buru mengambil tas dan bersiap berangkat ke kantor. Sebelum gue pergi, gue meninggalkan catatan di sebuah sticky notes dan menempelkannya di kulkas berharap nanti saat Echa bangun, dia akan membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Birulova
General Fiction(Selesai) "Waktu kita mendaki bareng gue banyak belajar. Di sini gue nemenin lo dari pagi buta jalan bareng di bawah langit biru tanpa mengeluh ketika gue banjir sama peluh. Di sana, di puncak, kalau pada akhirnya lo lebih milih bersama orang lain y...