Ella Es Mìa 13 : Tahu Kapan Saatnya Berjuang?

35 10 1
                                    

"Berjuang tanpa ada rintangan sama saja membohongi diri sendiri. Menghindari jalan berliku demi suatu kemenangan tidak ada gunanya. Proses diciptakan agar bisa mempelajari diri sendir, bukan orang lain."

---Ella Es Mìa---

Kali ini pertandingan futsal antar kelas dimenangkan oleh tim kelas Taufan. Meskipun dengan keadaan hati yang memanas, Taufan masih bisa bersikap profesional dalam bermain futsal.

Banyak ucapan selamat yang diterima oleh Taufan dan teman-teman atas kemenangan yang diterimanya, tapi ini barulah pertandingan dalam tahap pertama, mingu depan mereka akan bertanding dalam semi final.

Hari ini Taufan tidak ingin merayakan apa-apa karena menurutnya ini belum ada apa-apanya dan juga suasana hatinya tidak ingin adanya sebuah perayaan walau teman-temannya terus memaksanya agar merayakannya. Taufan terlihat sedikit lebih cuek dari biasanya. Taufan tidak pernah bertingkah bahkan bersikap tidak peduli kepada teman-temannya, malah biasanya ia lah yang menjadi bumbu micin dalam pertemanan mereka.

Ada satu orang yang belum sama sekali mengucapkan apapun kepadanya, padahal sejak tadi ia menungu satu dua kata dari orang itu.

"Pan!"

Ternyata baru saja Taufan memikirkannya, orang tersebut sudah tiba di hadapannya dengan senyuman yang malah membuat hati Taufan semakin ingin marah.

"Cie menang! Selamat, ya! Kalah deh Badai sama lo, gue kirain lo dulu menang futsal karena dikaptenin sama Badai doang," ucap Pelangi kepada Taufan.

Taufan ingin tersenyum, tapi tidak bisa. Ada yang mengganjal di dalam hatinya, tapi ia tidak mengerti apa itu. Apalagi setelah disusul dengan keberadaan Mario di belakang Pelangi sambil tersenyum, yang mana Taufan mengartikan senyuman tersebut sebagai senyuman mengejek.

"Makasih," ucap Taufan singkat lalu pergi meninggalkan Pelangi yang mulai bertanya-tanya kenapa sikap pria itu semakin hari semakin berubah.

"Loh? Kok pergi?" Ucap Mario.

Pelangi menggedikkan bahunya. "Enggak tahu. Kenapa ya? Tumben banget," jawab Pelangi.

Pelangi dan Mario berlalu meninggalkan lapangan futsal tersebut dan segera menuju kantin, di mana teman-temannya sedang berada di sana. Akhir-akhir ini, Mario memang rutin ke kantin bersama Badai dkk. Entah mengapa, rasanya nyaman saja menurut Mario ketika bersama dua pria koplak dan tiga wanita yang memiliki kepribadian berbeda itu, tapi ada satu hal yang masih ia pertanyakan, kenapa Taufan selalu menghindarinya? Seperti ada sesuatu yang menjadi penghalang ketika mereka harus bersama.

***


Perjalanan menuju parkiran menjadi momen paling sepi bagi Taufan untuk saat ini. Tidak adaa satupun yang menemaninya, padahal ia punya lima sahabat, tapi kemana mereka?

Mereka tidak kemana-mana sebenarnya, tapi Taufanlah yang sedang tidak ingin bersama mereka. Mungkin butuh space bagi Taufan agar tidak memunculkan perpecahan karena emosinya sedang tidak baik.

Langkah kaki Taufan terhenti ketika seorang gadis menghadangnya dan berkata, "gue pulang bareng lo, ya!"

Gadis itu adalah Pelangi. Taufan langsung mendorong pelan badan mungil Pelangi ke samping, kemudian melangkahkan kembali kakinya. Pelangi tak berhenti sampai di situ, ia mengikuti langkah Taufan dan terus mengoceh.

"Pan! Kenapa sih? Kita-kita ada salah sama lo? Kok di diemin gini?" Ucap Pelangi yang sama sekali tidak di hiraukan oleh Taufan. Pelangi pun masih melanjutkan mengocehnya hingga Taufan akan menjawabnya.

Ella Es Mía [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang